Suara deru mesin Porsche 718 terdengar memasuki halaman parkir rumah keluarga Kim. Mobil buatan Jerman tersebut kemudian diparkirkan secara asal dengan mesin mobil yang masih menyala. Tak lama terdengar suara bantingan pintu mobil yang cukup keras. Disusul dengan langkah tergesa-gesa dari pemilik mobil. Kim Mingyu berjalan keluar dari sana dengan wajah gusar menahan amarah.
"BYUN AHJUSSI!" Suara Kim Mingyu menggelegar di seluruh ruangan rumahnya. Yang dipanggil tidak terlihat batang hidungnya.
"BYUN AHJUSSI KAU DIMANA?!"
Byun Ahjussi muncul dari tengah ruangan dengan tergopoh-gopoh. Melihat anak majikannya yang naik pitam tersebut, Byun Ahjussi tahu dengan pasti Kim Mingyu telah mendengar berita menyebalkan soal ayahnya tersebut.
"Tuan mudaㅡ"
"DIMANA APPA?!"
Tanpa menunggu jawaban Byun Ahjussi, Mingyu menyisir kedalam rumah. Ke ruang tengah, ke dapur, ke halaman belakang. Sementara Byun Ahjussi mengekornya dari belakang.
"Tuan, tolong tenang... Tuan Kimㅡ"
"KUBILANG DIMANA APPA?!"
Byun Ahjussi menghela nafas panjang. Ia tidak mengira respon Kim Mingyu akan separah ini. Ia tidak menyangka Kim Mingyu akan begitu marahnya. Kim Moonjae adalah orang nomor satu yang sangat Kim Mingyu hormati. Byun Ahjussi tidak tahu jika Kim Mingyu berani memanggil ayahnya dengan nada yang tinggi.
"Tuan muda, dengarlahㅡ" Byun Ahjussi harus menghadang tubuh besar Mingyu agar fokusnya teralihkan dari sekedar memutari ruangan yang tanpa hasil. "ㅡTuan Kim sedang dalam perjalanan dinas ke Chicago, apakah Tuan muda lupa?" Lanjutnya.
Bola mata Kim Mingyu berputar tertuju pada mata tua milik Byun Ahjussi. Wajahnya terlihat putus asa. Lengannya bergetar.
"A... Apa yang dilakukannya di Chicago pada saat-saat seperti ini..." Ucapnya lirih. "Ia seharusnya pulang... Ia... Ia harus menjelaskan padaku semuanya..."
Byun Ahjussi menatap iba pada anak majikannya. Ini bukan yang pertama kalinya Kim Moonjae terlibat suatu skandal. Tapi baru kali ini ia melihat anak majikannya begitu marah.
Bukan, anak itu kecewa dengan ayahnya.
"Ahjussi... Apakah ayah sudah menghubungi? Aku tidak bisa menelponnya sedari tadi..."
Byun Ahjussi menggeleng. Tidak pernah ada satu panggilan apapun dari tuan besarnya. Kalaupun ia ingin mengorek kebenaran gosip tersebut, ia perlu berbicara dengan Mrs. Lim, sekretaris pribadi Tuan besarnya. Namun perempuan itu terlalu dingin untuk sekedar ditanyai. Ia tidak pernah mau ada seorangpun ikut campur mengenai urusan tuan besar. Meskipun orang itu adalah darah daging tuan besar sendiri; Kim Mingyu.
Minggyu menghela nafas. Bibirnya bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Dimana... Eomma...?"
Byun Ahjussi menatap nanar. Lelaki tua itu tidak sampai hati jika harus mengatakan Nyonya Kim langsung angkat kaki dari rumah itu hanya satu jam setelah berita itu keluar.
w - m
Wonwoo berulang kali membaca artikel berita dirinya dengan Tuan Kim melalui surat kabar cetak. Ia tengah berada di tengah taman kampus, dan seseorang meninggalkan surat kabar pada bangku yang biasa ia duduki. Semilir angin musim semi menyatu dengan peluhnya dan terasa semakin dingin. Ia tidak bersusah payah mengeratkan syal usang yang melilit pada lehernya. Ia hanya terfokus pada surat kabar yang berada di genggamannya.
Artikel tersebut ditulis penuh dengan bumbu-bumbu asal. Opini penulis yang seharusnya tidak perlu, turut menghiasi kata perkata berita tidak benar tersebut. 'Mereka bertatapan mesra,' dan 'Perempuan itu terlihat bahagia,' hanyalah salah dua contoh opini penulis yang tidak bertanggung jawab. Wonwoo tidak pernah merasa menatap mesra. Pun ia tidak pernah merasa bahagia hanya karena ia mendapat dua kali traktiran di restoran mahal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Without Tale
FanfictionJeon Wonwoo sedikit banyak memiliki kesamaan seperti Cinderella: Ibu tiri yang menyebalkan, kakak tiri yang angkuh, yatim piatu dan sebatang kara. Perbedaannya, tidak ada pangeran yang menjadi sosok penyelamatnya. Yang ada di hadapannya malah si pre...