Part 12 : Unreasonable Reason

2.9K 463 120
                                    

Ada beberapa hal yang Choi Seungcheol sukai dari diri Yoon Jeonghan. Bukan melulu hanya dari parasnya yang menawan, tapi juga dari senyumannya, atau caranya tertawa. Bagaimana terkadang matanya akan terlihat sendu meski mimiknya ceria, atau tentang bagaimana Jeonghan yang sering sekali bermanja-manja kepadanya ketika merajuk, hingga mengeluarkan aegyo-nya, juga bagaimana ketidak-konsistenan perlakuan gadis itu ketika ia kesal.

Sepertinya Seungcheol sudah tersihir dengan segala sifat dan gerak-gerik milik Jeonghan. Seungcheol tahu, mungkin Jeonghan tidak selamanya baik seperti malaikat, ia juga tahu terkadang perempuan itu bisa saja menjadi licik seperti rubahㅡapalagi ketika perempuan itu mulai memainkan perasaannyaㅡtetapi Seungcheol lagi-lagi tahu, tidak ada yang dapat ia lakukan, karena tanpa sadar, ia mulai menyukai hal-hal tersebut.

Seungcheol selalu memperhatikan tingkah lakunya. Jeonghan tidak seperti bunda maria yang suci, kendati wajahnya yang selembut bidadari. Seungcheol akan tahu kapan Jeonghan berbohong kepadanya, atau kapan Jeonghan menyimpan gerutuan dalam hatinya meskipun ia mengulum senyum di bibirnya. Terkadang Seungcheol berpikir, hampir delapan puluh persen ekspresi yang di perlihatkan kepadanya adalah sebuah kebohongan. Seungcheol tahu akan hal itu. Tetapi bukannya ingin menjauhi, Seungcheol malah semakin iba pada gadis itu. Terbesit perasaan ingin melindungi yang kuat pada diri Seungcheol, karena ia tahu Jeonghan tidak setegar kelihatannya. Lagipula Seungcheol juga tahu, meski Jeonghan memiliki senyuman licik layaknya rubah, jauh di dalam hatinya ia tidak seburuk seperti luarannya.

"Perempuan itu,"

Seungcheol mendengar Jeonghan bergumam pelan ketika mereka berdua tengah menyantap makan siang bersama di kantin fakultas sastraㅡkali ini Seungcheol yang berkunjung kesanaㅡdan gumaman tersebut, meski terdengar seperti sebuah bisikan mampu membuat perhatian Seungcheol teralihkan dari bibimbap di hadapannya yang ia pesan.

"Perempuan itu?" Ucap Seungcheol mengulang perkataan Jeonghan. Kali ini ia tidak dapat menebak siapa gadis yang ada dalam pikiran Jeonghan. Tapi yang ia tahu, mood perempuan itu tidak sedang terlalu baik ketika mulutnya bergumam.

Jeonghan melirik malas ke arah Seungcheol. Ia meletakkan sumpit yang sedari tadi hanya ia jadikan mainan untuk mengaduk-aduk ramyun dengan porsi yang belum berkurang sejak sepuluh menit yang lalu. "Perempuan kurus itu." Gumamnya lagi. Kali ini Jeonghan memperjelas perkataannya dengan menyebut ciri fisik milik wanita itu. Sayangnya Seungcheol masih tidak dapat menebak siapa yang ada dalam pikiran Jeonghan. Kedua alisnya bertaut. "Kurus?" Tanyanya lagi, mengulang perkataan Jeonghan.

"Astaga, haruskah ku perjelas dengan mengatakan perempuan-kurus-dengan-sweater-belel-anak-fakultasmu-yang-lengannya-kau-tarik? Perlukah aku mengatakan sepanjang itu Choi Seungcheol?" Jeonghan mulai terlihat tidak sabar. Ia kembali mengambil sumpit yang ia letakkan dan mengaduk ramyun kuah karinya dengan cukup keras.

"Oh," Mata Seungcheol membulat, seperti tersadar akan sesuatu. "Maksudmu Jeon Wonwoo?"

Tentu saja Jeonghan tahu itu adalah Jeon Wonwoo, adik tirinya yang tinggal satu atap dengannya selama lebih kurang lima tahun ini. Jeonghan hanya menginginkan sebuah penjelasan dari bibir Choi Seungcheol, bagaimana lelaki itu mengenal Wonwoo, atau bagaimana lelaki itu terlalu konsen kepada Wonwoo dengan menarik tangannya untuk alasan yang Jeonghan tidak tahu sampai sekarang.

Yoon Jeonghan berusaha menahannya, setidaknya selama dua minggu ini. Ia berusaha menepiskan pikiran-pikiran yang mengganggu otaknya, tentang bagaimana seharusnya ia tidak perlu peduli pada kenyataan bahwa Seungcheol mengenal Wonwoo atau hal lainnya. Namun pikiran-pikiran tersebut terus saja menghatuinya, sampai di titik dimana Jeonghan berpikir, suatu saat nanti, Wonwoo akan merebut Seungcheol miliknya itu. Tidak, Seungcheol memang bukan miliknya. Ia tidak menyukai Seungcheol hingga ia berpikiran bahwa lelaki itu harus menjadi miliknya. Tapi, entahlah. Jeonghan hanya tidak menyukainya.

Fairy Without TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang