Gedung Seoul City Hall mendadak dipenuhi oleh orang-orang terkenal pada hari Minggu malam. Jepretan kamera mengarah disana-sini. Lelaki maupun perempuan, semuanya berias dan menggunakan setelan terbaik milik mereka, demi berpose maksimal di depan kamera. Beberapa kru televisi memasuki aula berukuran sedang bernuansa emas tersebut dan membuatnya semakin sesak. Wonwoo tidak tahu akan banyak sekali manusia yang hadir disana.
Acara amal itu kemudian lebih terlihat sebagai adu pamor para pejabat politik dengan cara elegan. Mereka saling mengagungkan kekuasaan secara tersirat. Tidak ada yang dapat menyangka kecuali kau harus betul-betul berada disana, merasakan tendensi yang perlahan mulai memanas.
Wonwoo hanya terdiam setelah menyelesaikan pidatonya. Ia duduk di salah satu meja bundarㅡbersama Tuan Kimㅡdengan setelan formal yang dipinjamnya dari Seungkwan; Wonwoo tidak pernah sekalipun sengaja membeli pakaian semacam itu. Beberapa pasang mata mengarah ke arahnyaㅡjuga kamera. Ia tahu pidatonya tentang hari pendidikanㅡserta sedikit bumbu mengenai yayasan yang dibangun oleh Tuan Kimㅡsukses mendapatkan atensi dari publik dalam konteks positif. Tuan Kim terlihat puas dengan apa yang Wonwoo sampaikan sepuluh menit yang lalu; bibirnya masih mengulum senyum simpul tiada henti.
Wonwoo lalu memperhatikan, bagaimana satu persatu pejabat negara itu menaiki podiumㅡWonwoo mengenali beberapaㅡdan memberikan sambutan kata perkata, serta tidak lupa dengan jumlah nominal yang mereka sumbangkan demi nasib pendidikan koreaㅡTuan Kim sendiri menyumbang dengan nominal yang setara dengan harga satu unit rumah mewah di kawasan elit gangnam, dan Wonwoo tidak terkejut karenanya.
Strategi berkampanye dengan membawa pendukung, sepertinya hanya dilakukan oleh Tuan Kim. Kebanyakan para pejabat politik datang seorang diriㅡatau bersama kerabatnyaㅡdan sama sekali tidak memberikan poin tambahan. Berbeda sekali dengan Tuan Kim yang mempersilahkan gadisㅡyang bahkan bukan siapa-siapaㅡseperti dirinya untuk mewakilinya maju ke atas podium. Tuan Kim mencoba berbuat sombong dengan terlihat sederhana; menggunakan Wonwoo sebagai kuda hitam. Sehingga yang dilihat khalayak publik adalah Pejabat-Kim-yang-rendah-hati-yang-membawa-salah-satu-mahasiswa-pemegang-beasiswa-sebagai-wakil-dari-seluruh-pelajar-Korea. Dan bukannya seperti para ahjussi yang gila kekuasaan lainnya, yang tidak ada habisnya menyombongkan harta mereka. Setidaknya itulah yang bisa dilihat Wonwoo dari kacamata orang awam. Kacamata para ahjumma yang melihat melalui layar televisi. Wonwoo yakin seratus persen Tuan Kim akan menang dalam pemilihan bulan depan.
"Wonwoo," Tuan Kim menyebut namanya dengan suara berbisik, namun tidak menghilangkan intonasi berat pita suaranya. Wonwoo yang sedang memperhatikan bagaimana pembawa acara yang tengah menghitung jumlah sumbangan di depan sana kemudian menoleh. Matanya bertemu dengan bola mata hitam milik Tuan Kim. Tatapan milik lelaki itu teduh dan dalam, namun entah kenapa Wonwoo jauh lebih menyukai bagaimana Kim Mingyu menatapnya daripada Tuan Kim.
"Ya?" Gumamnya. Wonwoo tidak bermaksud untuk tidak sopan dengan hanya menjawab seadanya. Tapi ia berada dalam acara formal, dan Wonwoo rasa Tuan Kim memaklumi hal tersebut karena lelaki itu tidak protes dan melanjutkan perkataannya.
"Kau ada waktu setelah ini? Kuharap jawabanmu adalah iya, karena aku ingin mengajakmu makan malam. Kau tahu, untuk rasa terimakasihku dan yang lainnya."
Wonwoo membulatkan mata sipitnya, ia tidak terlalu menyukai ide Tuan Kim tapi ia sendiri tidak mempunyai kuasa untuk menolak. Jika ada satu hal yang sama-sama dimiliki oleh Tuan Kim dan Kim Mingyu, itu adalah adanya aspek perintah dalam nada suara mereka yang sama-sama tidak bisa dibantah. Sehingga yang dilakukan Wonwoo kemudian adalah mengangguk dan menggumamkan kata 'Iya'. Tuan Kim tersenyum puas.
"Baguslah, aku tahu kau akan menyetujuinya. Dan juga, aku memiliki beberapa hal untuk dibicarakan kepadamu. Malam masih panjang Wonwoo-ya."
Wonwoo menegak ludahnya kasar. Saat itu pukul enam sore, dan mungkin acara baru akan selesai pukul tujuh. Wonwoo hanya dapat berharap Tuan Kim tidak bermaksud mengatakan frasa malam masih panjang miliknya dalam artian negatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Without Tale
FanfictionJeon Wonwoo sedikit banyak memiliki kesamaan seperti Cinderella: Ibu tiri yang menyebalkan, kakak tiri yang angkuh, yatim piatu dan sebatang kara. Perbedaannya, tidak ada pangeran yang menjadi sosok penyelamatnya. Yang ada di hadapannya malah si pre...