Part 16 : Library at Noon

2.3K 401 69
                                    

Kim Mingyu Specialㅡ

Pada akhirnya aku berbaikan dengannya.

Ya, aku berbaikan dengannya. Dengan Jeon Wonwoo. Perempuan yang kuanggap sebagai musuhku, perusak hubunganku dengan ayahku, satu-satunya alasan yang membuat ayah tidak lagi tersenyum kepadakuyang tentu saja itu hanya alasan yang kubuat sebagai pembenaran atas tindakanku.

Ngomong-ngomong, ini tidak bisa disebut sebagai berbaikan. Kami bukanlah dua orang sahabat yang bertengkar yang membutuhkan berbaikan. Aku dan Jeon Wonwoo hanyalah dua orang yang tak saling kenal di awal, sama-sama memiliki sedikit persamaan nasib, dan aku cukup brengsek dengan mengatasnamakan persamaan nasib tersebut sebagai asalanku untuk membencinya, ketika ia tidak memiliki kesalahan dalam satu hal apapun.

Pada akhirnya aku, Kim Mingyu, masih cukup waras untuk meminta permohonan maaf darinya. Aku tahu, selama ini aku sangat jahat kepadanya. Membuatnya seolah-olah adalah tersangka utama dalam pikiranku sendiri. Dan yang lebih buruk, aku mengajak orang lain untuk ikut membencinya; Kim Taehyung, Choi Hansol, Kwon Soonyoungsemua teman-temanku.

Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar. Segala kekerasan fisik dan verbal yang kulakukan padanya tidak akan termaafkan sampai kapanpun. Aku tahu akan hal itu. Kalau bisa aku ingin menebus semuanya. Karena itulah terkadang aku berbuat baik padanya. Ingat ketika aku menawarkan diri mengajaknya makan? Atau mengajaknya menonton film? Atau menawarinya kopi ketika kami tidak sengaja bertemu di depan toko kerja sambilannya?

Well, sebetulnya aku berbuat baik padanya bukan seratus persen karena perasaan bersalahku. Dua puluh persen sisanya adalah karena aku ingin membalas kebaikannya pada hari ulang tahunku, atau kebaikannya ketika ia membopongku yang menderita darah rendah ini ketika aku hampir pingsan di koridor kampus tempo tempo lalu. Iya, dia sangat baik padaku.

Sejak hari itu aku merasa seperti bukan diriku. Aku tiba-tiba menjadi pribadi dengan sifat yang lembek dengan terus merengek padanya. Aku memintanya menemaniku, menyetiriku, mengobrol denganku, maka jika aku dapat menyimpulkan satu hal; Jeon Wonwoo telah merubah Kim Mingyu.

Sebetulnya aku tidak tahu apakah kalimat itu sudah cukup pas untuk menggambarkan diriku. Karena akupun tidak tahu kebenarannya. Mungkin saja aku bukannya berubah. Mungkin saja sebetulnya sejak dahulu aku memang memiliki sisi manja. Dan Jeon Wonwoo adalah pelatuk yang telah memancing sifat terpendamku ini keluar ke permukaan.

Sialan.

Bahkan aku tidak bisa mengerti sifatku sendiri.

Ah iya, seperti hari-hari sebelumnya, kali inipun aku sedang mencoba berbuat baik. Siang ini aku sedang menenteng tas usang milik Wonwoo, menjadi satu dengan ransel Gucci milikku di pundak. Anak itu meninggalkannya di kelas 30 menit yang lalu pada jam istirahat. Ngomong-ngomong seharusnya ia pulang saja daripada pergi beristirahat entah kemana. 20 menit yang lalu ada pemberitahuan pembatalan kelas Dosen Park melalui SNS. Namun aku yakin ia tidak tahu, karena namanya tidak tergabung dalam grup; aku tidak tahu apa alasannya tidak bergabung dalam chat grup dan aku tidak memusingkan hal itu.

Aku menemukan Wonwoo dengan mudah di pojokan meja diskusi perpustakaanㅡia tidak pernah memberitahuku tapi feeling ku mengatakan ia pasti berada di perpustakaanㅡperempuan itu duduk sendirian ditemani buku tebalnya. Fiksi? Biografi? Sains? Entahlah. Namun yang pasti bacaannya tersebut terlampau menarik baginya, sampai-sampai ia tidak mengetahui kedatanganku.

Aku tidak langsung menyapanya. Meja lebar berbentuk persegi yang diperuntukkan untuk diskusi saat itu hanya terisi oleh Wonwoo seorang. Aku menarik salah satu bangku dan duduk tepat di depannya. Kami kini dibatasi oleh lebarnya meja berbahan kayu itu. Lagi-lagi mata Jeon Wonwoo masih tidak bergeming dari bacaan.

Fairy Without TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang