Part 4 : The Man She Loved vs The Man Who Didn't Love Her Back

2.4K 435 99
                                    

Setahu Wonwoo lelaki itu memiliki banyak kegemaran; taekwondo, tenis, renang, seni berpidato, ikebana, astronomi dan mungkin beberapa jenis hobi lainnya yang Wonwoo tidak ketahui. Sifatnya periang, membuatnya diterima di segala macam klubㅡjuga diperhitungkan. Maka tidak aneh ketika lelaki dengan segudang teman dan pengalaman itu terpilih sebagai Ketua Dewan Mahasiswa fakultasnya.

Choi Seungcheol menang mutlak atas Wen Junhui di hari pemilihan. Jumlah suaranya empat ratus lima belas berbanding seratus tujuh belas dari seluruh mahasiswa tiap angkatan di fakultasnya. Berterimakasihlah pada hal tersebut, lelaki bermata besar  sayu itu kini memiliki tambahan penggemar wanita dengan jumlah yang tidak sedikit.

Wonwoo sendiri bukanlah orang yang peduli pada organisasi kampus ㅡkecuali klub astronominya. Ia tidak suka hal-hal berbau politik. Perempuan itu terkadang menyesal memilih Fakultas Hukum sebagai tempatnya berkuliah. Hanya dua hal yang membuatnya terpaksa berkuliah jurusan Hukum; Pertama, jurusan hukum adalah jurusan yang menjanjikan. Peluang kerjanya lumayan besar, para alumni tidak kesulitan mencari pekerjaan. Kedua, beasiswa full untuk perkuliahan. Saat itu universitasnya hanya menyediakan beasiswa full untuk fakultas hukum dan kedokteran. Wonwoo tidak mungkin memilih jurusan kedokteran yang terkenal sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk lulus. Wonwoo harus segera menyandang titel sarjananya dengan cepat.

Betul, Wonwoo tidak peduli. Wonwoo tidak pernah tahu bagaimana fungsi Senat ataupun Dewan Mahasiswa. Namun ketika nama Choi Seungcheol ㅡpria pujaannyaㅡ berada dalam poster kampanye yang menempel pada salah satu mading kayu usang di dekat kelasnya, menempel dengan tidak begitu baik ㅡdengan ujung-ujungnya yang hampir terlepasㅡ beberapa minggu yang lalu, maka tanpa berpikir dua kali Wonwoo langsung mengikutsertakan dirinya dalam pesta demokrasi fakultasnya yang diadakan setahun sekali itu.

Wonwoo tidak peduli pada sisanya; debat calon ketua dewan, kampanye, visi misi, ataupun Wen Junhui ㅡlelaki yang belakangan ini harus Wonwoo akui lumayan tampan, itupun karena ocehan Seungkwan. Wonwoo hanya peduli pada Choi Seungcheol dan kertas nomor urut satu yang harus ia bubuhkan tanda checklist pada kolom yang tersedia. Dan setelahnya Wonwoo hanya perlu memasukkan kertas tersebut dalam kotak suara, semuanya selesai, danㅡ

Boom

Choi Seungcheol terpilih sebagai Ketua Dewan Mahasiswa untuk setahun kedepan dengan bantuan satu suara milik Wonwoo.

Dan Kamis sore ini, ketika Wonwoo dengan bola mata hitamnya melihat Seungcheol yang tengah berkutat pada laptopnya, sendirian menunggu para anggota lainnya berdatangan untuk perkumpulan rutin klub astronomi, Wonwoo langsung mengetahui kalau lelaki berambut hitam legam tersebut tengah sibuk untuk urusan dewannya.

"Acara penggalangan dana untuk korban gempa di Daegu." Seungcheol berucap singkat ketika Wonwoo menarik kursi untuk duduk disebelahnya. Gadis itu tidak bertanya apapun, namun Choi Seungcheol sudah berbaik hati untuk menjelaskan kepadanya.

"Harusnya proposal sudah selesai dibuat kemarin, tapi Hong Jisoo, astaga... Lagi-lagi dia pergi seenaknya sebelum rapat selesai."

Wonwoo memutar otaknya untuk mengingat bagaimana rupa milik Jisoo, si sekretaris dewan. Setahu Wonwoo perempuan itu memiliki wajah oval dengan mata yang bulat lengkung seperti kucing. Pembawaannya anggun dan tenang, wajahnya manis ketika tersenyum. Penggemar lelakinya cukup banyak disana-sini.

"Aku bertaruh ia pasti ada kencan kemarin."

Wonwoo tidak menanggapi. Hanya tersenyum singkat mendengar ocehan lelaki yang sudah kurang lebih enam bulan ini mengisi hatinya yang kosong. Ia lalu memperhatikan bagaimana Seungcheol kemudian mengangkat tangannya dan menjambaki rambutnya kasar, membuat rambut ikalnya terlihat sedikit acak-acakan sekarang. Senyuman Wonwoo mengembang menjadi suatu gelakan.

Fairy Without TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang