Part 7 : A Little Secret Which Only She Knows

2.4K 424 83
                                    

Wonwoo mungkin harus mentraktir Boo Seungkwan atas apa yang dilakukannya tadi siang. Di tengah kericuhan antara dirinya, Kim Mingyu dan Choi Seungcheolㅡditambah dengan kedatangan tidak disangka-sangka dari kakak tirinyaㅡyang terjadi di lobi dasar gedung utama, gadis berpipi bulat itu datang dengan mulut cerewetnya. Dengan sigap, ia langsung menarik Wonwoo keluar dari sana, dan menceramahi Mingyu dan Seungcheol seperti seorang ahjumma.

"Yak! Hentikan kalian berdua! Mingyu-ssi, pergi dan jangan ganggu Wonwoo-ku lagi! Dan kau Seungcheol sunbae, lepaskan tanganmu dari Wonwoo!"

Wonwoo tersenyum geli. Mengingat bagaimana protektifnya Boo Seungkwan padanya. Sejenak ia merasa seperti memiliki pendukung, serta alasan untuk masih tetap bisa tersenyum. Kadang mulut cerewet Seungkwan ada gunanya juga.

Namun meskipun dapat memarahi Mingyu atau Seungcheol, ada satu orang yang tidak dapat dikalahkan oleh Boo Seungkwan. Lelaki itu adalah antek Mingyu yang berwajah blasteran. Entah kenapa Seungkwan tidak pernah bisa melawannya. Begitu melihat pandangan mata lelaki itu, sahabatnya itu akan bergetar duluan dan mundur dengan teratur. Siang tadi itu Wonwoo hanya sedang beruntung. Si bule itu sedang tidak kelihatan batang hidungnya, hingga Seungkwan dapat turun tangan untuk menolongnya.

Wonwoo tengah menimang-nimang bantal biru berbentuk bintang dalam pangkuannya. Ia kemudian melirik jam beker di atas nakas samping kasurnya dan mendapati waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Wonwoo sudah mandi dan mengganti bajunya dengan pakaian tidur setelah setegah jam yang lalu ia kembali dari kerja sambilannya. Harusnya ia tidur sekarang untuk menghemat energinya. Masalahnya ia masih saja tidak bisa tidur bahkan ketika ia sudah menghitung domba hingga dua ratus banyaknya.

Brak!

Pintu kamar Wonwoo dibuka dengan bantingan keras dan membuat dirinya setengah terkejut. Di depan pintu, berdiri kakak tirinya dengan pakaian acak-acakan dan wajah yang sedikit memerah. Seperti yang sudah-sudah, Wonwoo tahu jika kakak tirinya itu baru saja pulang dari bar dengan keadaan mabuk.

Tolong lain kali ingatkan Wonwoo untuk membetulkan kunci kamarnya agar kakaknya itu tidak masuk seenaknya ke dalam kamar.

"Yaaah.... Jeon Wonwoo...."

Jeonghan melangkah sempoyongan, masuk kedalam kamarnya. Ia kemudian menarik kursi yang menjadi satu dengan meja belajar, yang terletak di depan jendela, lalu mendudukinya. Perempuan itu melipat kedua lengannya di dada. Sementara kakinya ia silangkan dengan pose begitu angkuhnya.

"Memangnya apa bagusnya dirimu?" Ucap Jeonghan memulai monolognya. Wonwoo masih terduduk diam di atas kasurnya. Menunggu apa yang akan kakak tirinya itu katakan.

"Yatim piatuㅡ" Jeonghan mengambil salah satu novel milik Wonwoo diatas meja belajar dan memainkannya. "ㅡkekurangan gizi, datar dan menyebalkan." Ia kemudian melemparkan ke sembarang arah novel dalam pegangannya tersebut. Membuat Wonwoo harus bangun dan memungut novelnya yang terjatuh di lantai. "Jadi jelaskan, apa yang membuat Cheol-ah begitu membelamu tadi siang?" Jeonghan kemudian bangkit. Dengan ujung kakinya, ia menendang buku novel yang berada dalam genggaman Wonwoo yang masih berada dalam posisi berjongkok. "Apa hubungan kalian, eoh?!"

Wonwoo menghela nafas kesal. Ia tahu cepat atau lambat kakaknya akan protes padanya mengenai masalah tadi siang. Hanya saja Wonwoo tidak mengharapkan perempuan itu akan potes padanya dalam keadaan mabuk seperti saat ini.

"Yak! Jawab!"

Dengan kedua tangannya Jeonghan mendorong bahu milik Wonwoo. Sehingga gadis yang sedang dalam posisi jongkok itu terjungkal karenanya.

"Aish..." Umpat Wonwoo sembari meringis.

"Dan siapa itu lelaki yang merangkulmu? Heol! Ia bahkan tidak membalas senyumanku!" Jeonghan berdiri tegak didepan Wonwoo dengan berkacak pinggang dan tatapan marah. Wonwoo masih terduduk di lantai, namun tatapannya sudah berubah menjadi dingin.

Fairy Without TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang