[1]

591 42 4
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 10 siang. Hayeon bergegas mengambil tas dan berjalan keluar rumah untuk segera ke kampus.

"Eomma, aku berangkat." Pamitnya sambil memasang earphone di telinganya.

Kali ini dia tidak membiarkan earphonenya hanya sebagai pajangan. Dia memutar trek favoritnya berputar untuk mengisi perjalanannya ke kampus.

"Hayeon-ah.." Hayeon berbalik dengan malas setelah mendengar panggilan ibunya. Dia sudah tau apa yang akan dikatakan ibunya.

"Tunggu Daseol. Dia akan ikut denganmu."

"Untuk apa ? Dia kan juga sudah tau jalan ke kampus." Jawabku malas.

"Tapi dia kan masih baru di Seoul. Dia masih butuh bantuan untuk beradaptasi."

"..."

"Bersikaplah lebih baik pada Daseol. Dia tidak seburuk yang kau pikirkan." Menyebalkan. Rutuk Hayeon.

Setelah 5 tahun merasa nyaman dengan kesendiriannya. Sekarang dia harus mengurusi bayi besar bernama Shin Daseol. Anak dari adik ayahnya. Dan perlu di ketahui sebenarnya Daseol itu..

"Daseol-ah, kamu berangkatlah bersama Hayeon." Kata Eomma pada Daseol yang baru saja keluar kamarnya.

"Ne, imo." Jawab Daseol.

"Hati - hati di jalan. Hayeon-ah, jaga Daseol." Pesan eomma.

"Hmm."

Hayeon berjalan duluan meninggalkan Daseol setelah melihat pintu rumahnya sudah tertutup.

"Eonni, tunggu aku !" Kata Daseol dengan nada bicara khasnya yang imut. Tapi bagi Hayeon itu terdengar menyebalkan.

Sebenarnya Daseol itu memiliki wajah ulzzang. Jika mendengar suara imutnya yang tidak dibuat - buat itu, semua orang juga akan gemas dengannya. Jadi sudah dipastikan dia tidak akan memiliki kesulitan untuk beradaptasi atau hanya untuk mendapat teman di kampus.

Tapi memang dasar jiwa keibuan pada ibu Hayeon yang tinggi, sampai Hayeon sendiri harus ikut menjaga Daseol seperti adiknya sendiri.

Jika saja Daseol memiliki tubuh yang lebih tinggi, dia juga pasti ditawari menjadi seorang model. Sayangnya, tubuhnya ini bisa dibilang pendek. Jika dia jadi model, Hayeon tidak perlu repot menjaganya seperti ini.

"Eonni, apa di sana banyak orang menyeramkan ?"

"Molla."

"Apa di sana prianya lebih banyak dari perempuan ?"

"Molla."

"Apa--?"

"Kau berisik sekali. Jalani saja dengan normal." Bentak Hayeon.

Hayeon melirik sekilas ke arah Daseol. Wajahnya terlihat pucat dibalik syal tebal yang dipakainya. Dulu Daseol memang bersekolah di sekolah khusus perempuan, jadi dia tidak pernah menemui pria sekali pun.

Apa aku terlalu keras padanya ? Arhh.. untuk apa aku memikirkannya ?! Kesal Hayeon pada dirinya sendiri.

Karena jarak kampus yang tak terlalu jauh, mereka hanya perlu berjalan selama 30 menit untuk sampai di sana. Bisa menghemat uang sekaligus berolahraga.

"Eonni, tolong temani aku mencari kelas." Pinta Daseol. Anak ini manja sekali.

"Kau cari sendiri saja."

"Tapi eonni.. Aku belum mengingat tata letak kampus ini."

Dengan berat hati Hayeon mau mengantarnya. Bukan karena kasihan. Tapi akibat wajah ulzzang-nya, kini mereka menjadi pusat perhatian. Lagipula kelas Daseol tidak terlalu jauh dengan kelas yang akan dia ikuti sekarang.

Sebelum hendak membuka pintu kelasnya, Hayeon mendengar teriakan seseorang. Tidak memanggil namanya, tapi dia merasa teriakan itu ditujukan untuknya.

Hayeon mengedarkan pandangan ke seluruh tempat yang dapat dijangkau matanya. Ishh.. pria itu lagi.

Hayeon meraih knop pintu kelas yang tadi hendak dibukanya. Namun terlambat karena pria itu sudah menahan tangannya.

"Lepaskan !!" Perintah Hayeon.

"M-mian." Kata Soonyoung tergagap.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan, aku akan masuk." Kata Hayeon. Beberapa detik waktunya terbuang hanya untuk menunggu pria itu bicara.

"Ne.. Ne.. Ne.."

"..."

"Mengenai yang kemarin. Aku ingin menunjukan bukti itu padamu jika kau menggunakan nama Allegra saat menulis."

Deg

Jantung Hayeon berhenti berdetak. Tapi dia masih dapat mengontrol ekspresinya dengan baik.

Soonyoung menunjukkan sebuah kertas dengan ketikan cerita yang pendek. Darimana dia mendapatkan ini ??

"Ini belum cukup membuktikan jika aku orangnya." Elak Hayeon.

"Dari perkataanmu, sepertinya kau tau darimana aku mendapatkan kertas itu." Sial. Ini jebakan !? Tentu saja Hayeon tau dengan tulisannya sendiri. Dia juga yang sengaja menempelkan ceritanya ini di mading saat menjadi mahasiswi baru.

Saat itu dia hanya iseng menempelkannya karena mading tersebut tidak ada isinya.

Tapi Hayeon tidak semudah itu terpancing. Dia menyunjingkan senyum. "Kau terlalu percaya diri." Hayeon mengembalikan kertas itu pada Soonyoung. "Semua orang juga tau jika kertas seperti itu bisa mudah ditemukan di mading kampus."

Soonyoung memberikan raut kecewa. "Aku tidak akan menyerah. Sebentar lagi aku pasti bisa menemukan bukti yang jelas seperti blog atau semacamnya."

Perkataannya sukses membuat Hayeon kembali mematung. "Berusahalah sekuat tenagamu." Ucap Hayeon berbalik membuka pintu kelas.

"Tapi kau juga harus ingat. Aku tidak akan semudah itu kau dekati." Ingatkan Hayeon sebelum meninggalkan Soonyoung yang berdiri diambang pintu.

Soonyoung tersenyum penuh arti. "Kau lihat saja Shin Hayeon. Kau juga tidak tau, jika aku bukan orang yang semudah itu melepaskan apa yang ku mau."

°•♡•°

Next Chapter >>
 
  
  
"Lagu ini mirip dengan ceritaku ?!"
  
  
  
"Aku bisa dengan mudah mendapatkannya."

°•♡•°

Secret Love [Hoshi & Woozi Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang