[18]

178 33 13
                                    

Malam gelap di musim gugur. Hayeon berjalan sendirian di tepi sungai Han. Angin yang berhembus kencang menerbangkan beberapa helai rambutnya. Ramalan cuaca mengatakan malam ini suhu kota Seoul akan menyamai musim dingin. Tapi Hayeon tetap nekat keluar rumah dicuaca yang ekstrim ini.

"Hayeon-ssi.." Panggil seseorang dengan mantel besar yang menutupi tubuhnya. Jihoon menghampirinya dengan sedikit berlari.

Di mata Hayeon, cara berpakaian Jihoon saat ini sangat menggemaskan. Syal tebal yang menutupi setengah wajahnya dan mantel besar yang menghilangkan tangannya. Dia seperti anak kecil yang meminjam baju kebesaran.

"Kau sudah lama ?" Tanya Jihoon sambil mengatur nafasnya.

"Aku memang sengaja datang lebih cepat."

Untuk beberapa saat tidak ada yang berbicara diantara mereka sampai Jihoon menyuarakan suaranya. "Kali ini kenapa kau masih mau menemuiku ?"

"Padahal aku sudah membantu Soonyoung mengambil buku harianmu."

Hayeon tidak bergeming dan kembali berjalan. Jihoon mengikuti arah gadis itu berjalan dan bersabar karena ucapannya hanya dianggap angin lalu.

Jihoon berkata sekali lagi. "Kita duduk di sini saja."

Hayeon mengikuti perkataan Jihoon. Tidak ada yang mengeluarkan suaranya kembali. Jihoon membiarkan Hayeon bermain dengan pikirannya. Sedangkan dia sibuk menghangatan tubuhnya.

Dia memang sudah mengenakan mantel dan syal tebal, tapi tubuhnya memang tidak bisa menahan udara yang ekstrim ini. Apalagi malam ini suhu musim gugur akan menjadi musim dingin.

"Aku juga tidak tau kenapa aku mau menemuimu lagi. Aku juga sudah melupakan kesalahan Soonyoung." Perkataan Hayeon sontak membuat Jihoon mengalihkan pandangan pada gadis itu.

"Lalu kenapa kau tidak pernah menemui Soonyoung ?"

"Aku hanya masih kesal, jadi aku sedang tidak ingin menemuinya."

"Kenapa kau mau menemuiku ?"

"Entahlah. Aku hanya.." Hayeon mengantungkan perkatannya.

"Aku hanya ingin ada seseorang yang bisa mengerti keadaanku." Jihoon tidak membalas ucapan Hayeon. Dia sendiri bingung kenapa Hayeon mengatakan hal itu padanya.

"Lalu kenapa kau memilihku ? Kenapa tidak Daseol atau orang tuamu ?"

"Hubunganku dengan Daseol tidak sedekat itu dan aku tidak pernah suka menceritakan masalahku pada orang tuaku." Jihoon terus memperhatikan Hayeon saat bicara. Tatapan mata Hayeon tetap tajam walaupun Jihoon tau pikiran gadis itu sedang melayang pergi.

"Mungkin kau sudah mendengar sedikit tentang masa laluku. Tapi aku akan melengkapinya sedikit."

"Dulu aku punya seorang sahabat." Hayeon tiba - tiba menggeleng. "Bukan sahabat, tepatnya mantan sahabat."

Jihoon dapat merasakan ada rasa sakit, kesal dan marah saat Hayeon mengatakan 'Mantan sahabat' itu. Dia terus mendengarkan ucapan Hayeon tanpa berniat memotongnya.

"Saat pertama aku bertemu dengannya, dia orang yang sangat baik dan perhatian. Dia selalu membantuku dalam hal pertemanan. Tapi saat aku mulai bisa membuka diri dan bergaul dengan orang - orang, sikapnya berubah." Raut Hayeon semakin dingin.

"Dia seakan tidak suka aku punya banyak teman. Dia memintaku terus bersamanya. Semakin lama semakin parah. Dia terus menyuruh dan memerintahku, lalu jika aku tidak mengikutinya maka persahabatan kita selesai sampai di sana."

Hayeon menempelkan telapak tangannya untuk menutupi wajahnya sambil terkekeh sendiri. Jihoon sedikit aneh dengan tingkah Hayeon. Ini pertama kalinya dia melihat Hayeon hilang kendali atas emosinya seperti ini. Dia seperti orang yang kehilangan akal.

Secret Love [Hoshi & Woozi Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang