Missunderstanding

613 23 4
                                    

Siang itu, di koridor sekolah, terlihat Shiraishi berjalan cepat menyusuri koridor. Wajahnya mengeras, kulit putihnya pun berubah memerah menandakan gadis itu tengah emosi.

Nafasnya berderu, matanya pun menatap nyalang ke orang-orang disekitar. Membuat siswa-siswi yang berada di koridor mau tak mau menyingkir dan memberi jalan bagi gadis itu.

Shiraishi sendiri menyadari bahwa seluruh pandangan murid sekolahnya mengarah padanya. Namun ia tak perduli, karena baginya ada yang lebih penting dari mengumpati siswa-siswi yang menatapnya ingin tau.

Langkahnya berhenti di taman belakang. Matanya mengedar, seperti mencari sesuatu. Hingga akhirnya tatapannya tertuju ke arah sebuah pohon rindang, dimana dibawahnya duduk bersebelahan seorang gadis berambut panjang juga seorang gadis berambut pendek.

Kedua tangannya mengepal, lalu dengan cepat ia berjalan menghampiri 2 gadis itu.

"Naachan"

Nishino Nanase-atau Naachan-, si gadis berambut panjang itu menoleh. Detik kemudian, air mukanya berubah panik begitu melihat Shiraishi berdiri disana. Dengan cepat, Nishino bangkit. Membuka buku serta peralatan tulisnya terjatuh begitu saja.

"Ma-- Maiyan! A--apa yang..... Bagaimana kau---"

"Siapa dia, Naachan?" Tanya Shiraishi dengan nada yang tak bersahabat. Matanya melirik sinis ke arah gadis berambut pendek itu.

"Aku yang seharusnya bertanya padamu. Kau siapa?" Tanya si gadis berambut pendek. Dia Wakatsuki Yumi.

"Aku kekasihnya! Dan kau, berhenti dekat-dekat dengan kekasihku!"

"Ah! Jadi kau Shiraishi Mai-chan. Perkenalkan, aku Wakatsuki Yumi. Tunangan Nanase"

"Waka!" Sentak Nanase, lalu menatap Shiraishi yang tengah menatapnya sendu. "Maiyan, ini--- jangan dengarkan dia, kumohon!"

"Apa itu benar, Naachan?" Tanya Shiraishi pelan.

"A-- tentu saja t--"

"Tentu saja! Kau lihat?" Ucap Wakatsuki sambil menunjukan sebuah cincin perak yang melingkar di jari manisnya.

"Wakatsuki!" Sentak Nishino sekali lagi. Air mukanya panik saat melihat wajah Shiraishi yang semakin memerah. "Maiyan, ak--- MAIYAN HENTIKAN!"

Nishino refleks berteriak karena Shiraishi yang menerjang Wakatsuki begitu saja. Ia menjadi lebih panik saat kedua orang itu malah berkelahi.

Dengan cepat, tangannya meraih ponselnya yang berada di saku, lalu menghubungi seseorang yang pasti bisa membantunya.

"Ah, Nanamin!" Seru Nishino pada orang di sebranh sana, sesaat setelah panggilannya tersambung. "Ke taman belakang, sekarang. Aku butuh bantuanmu!"

Sementara Nishino meminta bantuan, Shiraishi terus melayangkan pukulannya ke arah Wakatsuki. Wakatsuki sendiri pun tak mau kalah. Jadilah wajah dan tubuh mereka berdua dipenuhi lebam juga luka. Hingga sebuah pukulan yang diarahkan Shiraishi ke dada Wakatsuki, juga sebuah pukulan yang Wakatsuki arahkan ke perut Shiraishi, membuat keduanya ambruk ke tanah.

Shiraishi menggeram, matanya menatap nyalang ke arah Wakatsuki yang terkapar tak jauh darinya. Sorot matanya meredup saat melihat Nishino berjalan menghampiri Wakatsuki dengan wajah panik.

"Apa yang terjadi disini!?"

Hashimoto yang baru datang bersama Fukagawa dan Sakurai berseru kaget. Sakurai sendiri langsung menghampiri Waka, sedangkan ia dan Fukagawa berjalan menghampiri Shiraishi.

"Apa yang terjadi?" Tanya Hashimoto sambil membantu Shiraishi berdiri.

Shiraishi mendesah, "maaf, aku hanya emosi saat mengetahui Naachan membohongiku"

Nogizaka46 - Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang