Pergi

191 17 4
                                    

Shiraishi menutup map terakhir yang ada di mejanya, lalu meletakannya di atas tumpukan map lain yang berada di sisi lain meja kerjanya. Ia menghela nafas lelah, lalu melonggarkan dasinya. Tubuh nya bersandar ke sandaran kursi, sementara kaki-kakinya menggerakannkursi itu, memutar tubuh juga kursi yang didudukinya agar dapat melihat pemandangan luar.

Pemandangan dinluar terasa indah bagi Shiraishi. Langit biru yang dihiasi awan putih, burung-burung yang saling berkejaran di langit, cukup membuat fikiran Shiraishi yang lelah menjadi tenang.

Senyum kecil terlihat di wajah tampannya. Detik berikutnya, tangannya merogoh saku celananya, menarik keluar sebuah ponsel berwarna biru dari sana. Senyumnya semakin terlihat, kala ponsel itu menyala.

Dengan gerakan cepat, jemarinya membuka pesan dan mengetikan sesuatu disana.

Hey, Nanase. Kau sedang apa? Apa kau sudah makan siang? Ah, aku ingin mengabarkan jika mungkin aku akan terlambat. Jangan marah, oke? Balas pesanku jika kau sempat.

Setelah membaca ulang pesannya, dengan segera Shiraishi menekan tombol sent. Setelahnya, ia kembali memutar kursi kerjanya lalu mraih laptopnya dan menyalakannya. Dalam sekejap, pemuda tampan itu kembali larut dalam pekerjaannya.

***

Shiraishi meregangkan otot punggungnya yang terasa kaku setelah selama beberapa jam terakhir berkutat dengan laptopnya. Ia meraih segelas air yang ada di mejanya, lalu menegaknya cepat. Setelah isi gelas itu tandas, perutnya bergemuruh.

Ah, ia baru ingat kalau ia belum makan siang.

Matanya pun melirik ke arah jam yang ada di laptopnya. Pukul 8 malam.

Shiraishi mendesah, lalu meraih ponselnya di saku celana dan mengetikan pesan kepada kekasihnya.

Hey, Nanase. Maaf baru mengabari. Pekerjaanku baru saja selesai, dan aku akan segera kesana. Kau masih menungguku, kan? Kau harus menungguku! Karena aku akan pergi ke tempatmu sebentar lagi. Tunggu aku, ya!

Setelah menekan tombol sent, Shiraishi meraih gagang telfon dan menghubungi asistennya. Meminta asistennya untuk menyiapkan mobilnya. Selesai dengan mobilnya, Shiraishi melangkah cepat ke kamar mandi, mencuci muka.

Begitu merasa penampilannya terlihat segar, Shiraishi meraih jasnya yang tergantung lalu segera pergi dari kantornya.

Shiraishi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Alunan musik classic terdengar di mobil itu. Mulutnya menggumam, mengikuti alunan yang terdengar.

Jalanan yang padat, tak membuat Shiraishi kesal. Alih-alih, pemuda itu tersenyum. Meskipun ia tak sabar untuk sampai ke tempat kekasihnya, tapi ia tau. Apa yang ia alami, tak seberapa dengan penantian yang dilakukan oleh kekasihnya. Jadi, ia hanya bisa sabar. Sembari mengirim pesan kepada kekasihnya. Mengabari kalau ia terjebak macet.

1 jam kemudian, mobil yang ia kendarai sampai di sebuah bukit. Shiraishi menghentikan mobilnya di dekat pagar pembatas, lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Matany menatap lurus ke langit malam yang terlihat gelap.

Shiraishi tersenyum kecil, lalu menghela nafas berat.

Shiraishi kembali meraih ponselnya, lalu mengetikan pesan kepada kekasihnya. Mengabari kalau ianakan segera pergi menemui kekasihnya itu. Setelah pesan terkirim, ia melihat tanggalan juga jam yang tertera.

Tanggal 25 Mei 20xx, pukul 09.15 PM

Senyumnya terkembang melihat tanggal itu. Tubuhnya menegak, sementara pandangannya mengarah lurus ke depan.

“Nanase, sebentar lagi penantianmu akan terbayarkan, sayang. Sebentar lagi, aku akan pergi menemuimu. Sebentar lagi, kita akan kembali bersama. Jadi, tunggu aku ya, Nanase.”

Setelah berucap demikian, Shiraishi menginjak pedal gasnya dalam-dalam. Membuat mobil yang dikendarainya menghantam pagar pembatas, dan terjun ke jurang. Mobil itu terguling beberapa kali, sebelum berhenti karena menabrak pohon dan akhirnya meledak.












HEHEHEHEHE
Jangan marahi aku qq, ini iseng aja koq:(

Nogizaka46 - Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang