The Letter

192 12 12
                                    

Kubo dan Yamashita sudah bersahabat sejak kecil. Rumah mereka yang bersebelahan, juga ayah Yamashita dan ayah Kubo yang berteman baik, membuat keduanya sering menghabiskan waktu bersama.

Mereka selalu bermain bersama, bersekolah di tempat yang sama, berada dalam kelas yang sama, juga berada dalam lingkup pertemanan yang sama. Bagi mereka, yang penting ada presensi satu sama lain, maka tak perduli jika teman-teman mereka sedikit atau banyak.

Keduanya sudah terbiasa bersama sejak kecil, tak pernah terpisahkan barang sehari. Disekolah mereka selalu bersama. Pulang sekolah, mereka akan bermain dirumah satu sama lain hingga malam sebelum pulang kerumah masing-masing. Satu-satunya waktu berpisah bagi mereka adalah saat natal dan dua minggu pertama libur musim panas. Di waktu itu, keluarga Kubo akan mengambil liburan singkat untuk mengunjungi keluarga--mengingat keluarga Kubo tidak berasal dari Tokyo--sebelum ayah Yamashita kembali bekerja.

Namun, sejak masuk ke SMA, waktu mereka berpisah menjadi lebih banyak. Yamashita yang memang sejak lama menggeluti tenis, semakin sibuk dengan klubnya yang memiliki banyak turnamen dibanding saat SMP. Sedangkan Kubo, sejak masuk ke SMA, gadis itu memutuskan bergabung dalam klub theater yang juga memiliki banyak lomba.

Jika saat SMP Kubo akan senantiasa menemani Yamashita latihan, kali ini keduanya harus terbiasa berpisah karena jadwal latihan mereka yang bentrok. Namun, keduanya tetap akan pulang bersama setelah latihan.

Seperti kali ini. Yamashita yang sudah selesai latihan, berjalan cepat menuju halte bus dekat sekolahnya. Saat matanya tak melihat kehadiran Kubo, Yamashita memilih duduk dibangku yang ada guna menunggu Kubo. Ia meletakan tas berisi perlengkapan tenisnya ke bawah, lalu menyandarkan tubuh ke pembatas dibelakangnya dan memejamkan mata.

Ia terdiam, merasakan hembusan angin sore yang membelai wajahnya. Dalam diamnya, ia memikirkan sesuatu.

Tentang dirinya, juga Kubo.

Ia tak memungkiri, kalau ia menyukai teman kecilnya itu. Typical childhood feeling, kalau kata salah satu teman dekatnya selain Kubo, Itou Ririan.

Terhitung sejak keduanya masuk ke SMA, ia mulai mengerti kalau perasaannya pada Kubo bukan lagi perasaan sayang antar sahabat, melainkan sudah berevolusi menjadi perasaan suka dari laki-laki kepada perempuan. Dan fakta jika orang-orang seringkali mengira keduanya berkencan, semakin membuat perasaan Yamashita pada Kubo menjadi lebih kuat.

Yamashita tak pandai membaca gelagat seseorang. Ia adalah orang naif, yang mana lebih percaya dengan logikanya dibandingkan hal lain. Termasuk saat teman-temannya menyuruhnya untuk menyatakan perasaannya pada Kubo, ia menolak dengan tegas karena logikanya mengatakan kalau Kubo bersikap seperti itu karena keduanya sudah bersama sejak kecil. Berkali-kali teman-temannya berkata kalau Kubo juga suka adanya, namun ia tetap menolak dan memilih percaya pada logikanya.

Memikirkan hal itu, Yamashita mendesah keras lalu membuka mata.

"OH ASTAGA!!" Yamashita terlonjak kaget hingga menabrak pembatas dibelakangnya, "itte--Ahh, Shiori, kau mengejutkanku!" Rutuk Yamashita sambil mengusap belakang kepalanya yang berdenyut karena membentur pembatas.

Kubo terkikik, merasa lucu saat membayangkan wajah terkejut Yamashita saat membuka mata dan melihat wajahnya begitu membuka mata. Namun, meskipun ia tertawa, tangannya bergerak mengusap kepala Yamashita. Berusaha mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh sahabatnya itu.

"Hahaha, gomen gomen. Hanya saja kau begitu asik dengan fikiranmu, sampai tak menyadari kalau aku sudah sampai." Ucap Kubo, masih dengan tawa di ujung kalimatnya.

"Hmm, sejak kapan kau sampai?" Tanya Yamashita.

"Sepuluh menit yang lalu. Apa yang sebenarnya kau fikirkan?"

Nogizaka46 - Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang