Lapar

181 16 9
                                    

Malam itu, Nishino dan Shiraishi teetidur pulas, dengan posisi Shiraishi yang menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu sang suami. Tangan kanan Nishino beralih fungsi menjadi bantal untuk Shiraishi, sedangkan tangan kirinya berada diatas perut sang istri. Sesekali, tangannya bergerak tanpa sadar mengelus perut Shiraishi yang sudah membesar.

Ditengah suasana damai itu, tiba-tiba Shiraishi terbangun. Setelah terbangun, ia tidak melakukan apa-apa. Hanya menatap langit-langit kamar mereka yang dipasangi hiasan bulan dan bintang yang bersinar saat gelap--permintaan Shiraishi yang sejak hamil takut tidur dalam gelap.

Setengah jam ia hanya berbaring diam, perutnya berbunyi. Ia lapar, tapi terlalu malas untuk turun. Jadi, yang ia lakukan adalah--

"Naakun," ucap Shiraishi, sembari mengguncang pelan tubuh Nishino. "Naakun, bangun.."

"Hmm?" Nishino mengerang, lalu membuka matanya perlahan. "Ada apa, Maiyan?"

"Naakun, aku lapar."

"Ingin makan apa?"

Shiraishi nampak berfikir, sebelum tersenyum lebar. "Aku ingin makan masakan Nanase!"

Nishino menatap Shiraishi lamat, "Maiyan, kau tau kalau Nanase sedang berada di tempat ayah dan ibuku, kan? Di Osaka?" tanya Nishino. Nanase, atau Nishino Nanase, adalah saudari kembar Nao. Teman satu profesi Shiraishi sebagai model yang juga berkarir sebagai aktris dan penyanyi. Itu juga yang menyebabkan ia bisa bertemu, hingga akhirnya menikah dengan Shiraishi setahun lalu.

Shiraishi merengut, matanya berkaca-kaca. "Tapi aku ingin makan masakan Nanase," rengeknya, kali ini dibarengi dengan sebulir air yang jatuh dari sudut matanya.

"Baiklah, baiklah, kau tunggu disini, hmm? Aku akan pergi kesana dan meminta Nanase memasak sesuatu. Atau kau ingin dimasakan sesuatu?" tanya Nishino cepat, tak tahan melihat istrinya itu menangis.

"Iie, yang penting masakan Nanase!"

"Baiklah, aku pergi dulu, hmm?"

Nishino mengecup kening Shiraishi, lalu meraih ponselnya. Setelahnya, ia berjalan ke lemari dan mengambil sebuah jaket darisana. Ia tak ambil pusing dengan tubuhnya yang masih memakai piyama berwarna pink bergambar barbie--hasil paksaan Shiraishi sebelum keduanya tidur tadi.

Begitu keluar, Nishino langsung menyuruh pekerja dirumahnya yang bertugas malam hari untuk menyiapkan helikopter, agar ia cepat sampai ke Osaka. Setelahnya, ia menelfon Nanase. Berharap agar begitu ia sampai di Osaka, masakannya sudah jadi sehingga ia tak perlu menunggu.

Perlu empat kali panggilan agar sambungan itu terhubung.

"Siapa ini?" sebuah suara yang terdengar parau terdengar dari seberang.

"Ini aku."

"Oniichan? Ada apa?"

"Maaf menganggumu tapi.... Kau tau, Shiraishi tengah mengidam masakanmu."

"Hmm? Tumben sekali. Biasanya Maiyan tak mau menemuiku."

Memang, semasa kehamilan ini entah mengapa Shiraishi sangat enggan menemui saudari kembar suaminya itu. Setiap ditanya, alasan yang diberikan adalah; 'aku tidak mau bertemu istri mantan kekasihku!'

Membuat Si kembar Nishino, juga Takayama Kazuki--suami Nishino sekaligus mantan kekasih Shiraishi--menghela nafas, tak mengerti dengan jalan fikiran ibu hamil.

"Aku juga tidak tau. Tapi tadi ia membangunkanku, dan bilang ingin memakan masakanmu. Saat ini, asistenku tengah menyiapkan helikopter untukku kesana. Bisa kau masakan sesuatu sekarang?"

"Baiklah, ada spesifikasi khusus yang diinginkan Maiyan?"

"Tak ada."

"Baiklah. Aku akan menyiapkan makanannya."

"Hmm. Arigatou."

Sambungan terputus. Bersamaan dengan itu, asistennya memberi tau jika helikopternya sudah siap. Dengan segera, Nishino pergi ke tempat dimana helikopternya berada dan segera menaikinya.

Satu jam tiga puluh menit kemudian, helikopter miliknya sudah sampai di Osaka. Pilot helikopter segera mendaratkan helikopter tersebut helipad kepolisian Osaka. Dari sana, Nishino segera pergi menggunakan mobil yang sudah disiapkan kerumah orangtuanya.

Dikarenakan jalanan yang lengang, sepuluh menit kemudian Nishino sudah sampai dirumah besar keluarga Nishino. Segera, asistennya yang kali ini merangkap sebagai supir melajukan mobilnya kedalam dan menghentikan mobilnya tepat didepan pintu utama.

"Kau tunggu disini, aku tak akan lama." ucap Nishino lalu turun dan masuk kedalam.

Begitu masuk, ia disambut oleh ayah dan ibunya yang ikut terbangun. Nishino Nanase dan suaminya juga ada disana, dengan sebuah tas kecil berada ditangan kembarannya.

"Okaasan, otousan, maaf karena kesini tak mengabari." ucap Nishino.

Ibu Nishino tersenyum lembut, "tak apa. Jaa, segera pulang agar Mai-chan tidak menunggu lebih lama."

Nishino mengangguk, meraih tas yang dipegang sang adik, lalu berpamitan dan berjalan keluar. Setelahnya, ia sudah kembali berada dijalan pulang.

Duajam kemudian, helikopter yang membawa Nishino sudah mendarat sempurna di helipad dirumah Nishino yang ada di Tokyo. Dengan segera, ia masuk dan pergi ke kamar, menemui sang istri yang ada disana.

"Maiyan," panggil Nishino, membangunkan Shiraishi yang kembali tertidur.

"Hnng? Naakun, kau sudah kembali?" tanya Shiraishi dengan suara parau.

"Hmm. Mau makan sekarang?"

"Uhn."

Nishino tersenyum, lalu membantu Shiraishi duduk. Ia menyanggah punggung istrinya itu dengan bantal. Setelah memastikan posisi duduj istrinya nyaman, dengan segera Nishino mengeluarkan kotak makan dari dalam tas yang diberikan sang adik.

Dengan telaten, ia menyuapi istrinya itu. Senyumnya terukir saat Shiraishi makan dengan lahap sembari bercerita random disela makannya.

Diam-diam, Nishino menghela nafas lega karena Shiraishi mau memakan makanan yang dibawanya, alih-alih menggantinya dengan hal lain seperti yang sudah-sudah.

Meskipun melelahkan, bagi Nishino asalkan sang istri tetap bahagia dan sehat, ia akan pasrah dengan segala hal aneh yang dilakukan oleh sang istri dimasa kehamilannya ini.

Karena Nishino tau, apa yang ia rasakan, tak sebanding dengan yang akan istrinya itu rasakan saat melahirkan nanti.

Huhu babang Naakun kenapa kamu romantis sekali:((((

Nogizaka46 - Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang