#259

480 32 2
                                    

11 September, 9:13.

Hari ini aku membiarkanmu menyetir sekali lagi. Kita hampir tiba di sekolah saat aku tiba-tiba sadar.

Laurel.

Dia sangat sangat posesif mengenai dirimu. Dia tidak akan mau melihat aku dengan kau berjalan di sekitar sekolah bersama, selain itu dia akan membenciku kalau dia melihatku pergi ke sekolah bersamamu.

"Hentikan mobilnya," kataku. Kau mengerutkan dahimu lalu memberikan sebuah tatapan bingung.

"Hentikan mobilnya. Kalau tidak aku akan turun." Aku berkata sekali lagi. Kau terus menatap ke arahku setelah itu.

"Apa maksudmu?" tanyamu.

"Pacarmu akan sangat jengkel kalau melihat hal semacam ini di antara kita," kataku, tapi kau hanya tertawa.

"Hentikan mobilnya. Aku serius."

"Kau takut padanya?" tanyamu, dan kali ini aku yang tertawa.

"Ya ampun. Kau lucu," kataku sinis. "Dia cuma akan jadi sangat memuakkan kalau terkait dirimu dan aku sedang tidak dalam mood untuk bertengkar sekarang."

Kau tersenyum. "Jangan bersikap bodoh."

Apa yang mengejutkanku adalah aku baru saja mengatai dirinya di depanmu dan kau cuma tersenyum seperti itu dan tidak membelanya sedikit pun.

"Aku serius. Hentikan mobilnya," ulangku.

"Tidak."

"Aku serius, Tyler. Hentikan mobilnya."

Kau menepikan mobil lalu berhenti dan aku keluar. Aku terus berjalan dan kau membuka jendelamu saat kau melaluiku.

"Aku tidak pernah mengira kau akan merasa malu berjalan bersama denganku," gumammu.

"Aku tidak seperti itu. Tapi selama ini, kau yang seperti itu," kataku, terus berjalan hingga tiba di sekolah.

Suatu hari, aku harus mengatakan semuanya padamu. Suatu hari.

Aku hanya berharap bahwa hari itu akan datang.

Things I Could Never Tell You [Translation in Bahasa Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang