#250

620 41 5
                                    

2 September, 13:14.

Hari ini ibumu mampir kemari, dan kau juga. Aku turun ke bawah dan melihatmu duduk di sofa, menonton Sponge Bob. Kau tersenyum begitu melihatku.

"S," matamu melebar, "Kau di sini."

"Tentu saja," aku menjawab.

"Aku baru akan ke ruanganmu, tapi lalu aku ingat aku sudah tidak melakukannya lagi," gumammu.

"Iya, kurasa, segalanya berubah." Aku mengangguk.

Kau mengangguk sebagai balasan.

Kau membawa sebuah paket. Lalu kau melihatku melihat ke arahnya dan kau menyerahkannya padaku.

"Untukku?" aku bertanya dan kau mengangguk.

Rasa canggung di antara kita sampai membuat tegang. "Aku membelinya sudah lama. Aku cuma lupa memberikannya padamu selama ini," kata tersenyum. "Setiap kali aku melihatnya aku teringat dirimu. Tentang kita."

Sayangnya, 'kita' sudah tidak ada lagi, Tyler.

Aku membuka paketnya dan di dalamnya ada sebuah dress yang terlipat rapi. Dress hitam. Yang tampak sangat familiar.

"Ini..."

Kau menyela, "Dress yang mau kau beli saat kita berbelanja dulu? Iya, itu dia." Kau bermain-main dengan jemarimu.

"Oh Tuhan," aku berbisik. Itu masih sesempurna seperti dalam ingatanku. "T-terima kasih," aku tergagap begitu aku sadar kau tengah menatap ke arahku.

"Ini bukan apa-apa," katamu. "Aku yakin kau akan kelihatan cantik mengenakannya. Seperti saat itu."

Aku mengabaikan jantungku yang berdebar lebih cepat.

"Terima kasih," kataku sekali lagi. "Aku pikir ini akan indah saat kukenakan pada kencanku bersama Cameron hari Sabtu." Aku tersenyum.

Kau mengalihkan pandanganmu. "Oh," katamu, "Yah, aku cuma berharap dia sadar betapa beruntungnya dia untuk memilikimu." Kau mengingit bibir bawahmu.

"Aku justru berpikir sebaliknya," kataku.

Kau berjalan mendekat dan memberiku sebuah kecupan di pipi. Aku tidak akan berbohong dan bilang kau tidak membuat bulu romaku menegak. Tapi aku mengabaikannya dan berpikir bahwa jauh lebih baik rasanya saat bibir Cameron padaku.

"Aku tidak bisa menyingkirkanmu dari kepalaku tidak peduli seberapa keras aku mencoba," bisikmu lalu berlalu ke dapur.

Aku mematung di tempat selama setidaknya dua menit dan lebih.

Aku masih terpaku karenanya.

Things I Could Never Tell You [Translation in Bahasa Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang