2. Mikaila TOUSSAINT

149 12 2
                                    

Salut!

Maaf ya atas kekurangan tulisanku. Maaf karena banyak typo. Tolong maklum ya huhuhu.

P.S: maaf ya kalo kepanjangan setiap bab. Jangan bosan plis. Biar kita sama sama belajar mengenal Sienna seperti Thibault. Uyuyuyu.

Selamat membaca!!

Thibault sedang kembali membaca goresan goresan tangannya sembari berusaha memecahkan teka teki pasiennya baru baru ini, Sienna GALLAGHAN.

Jujur saja, lelaki berumur 32 tahun itu sangat prihatin dengan kondisi Sienna saat ini. Wanita itu sebenarnya sedang sekarat. Ia benar benar membutuhkan pertolongan. Bahkan menurut test kecil yang mereka lakukan diminggu pertama menunjukkan bawa Sienna akhir akhir ini memikirkan kematian. Tentu saja hal itu membuat Thibault khawatir.

Ponsel Thibault bergergetar dari dalam saku celana bahannya. Karena tidak sedang melakukan konsultasi, lelaki itu dengan sigap meraih ponselnya dan mengeluarkannya.

"Thibault Oberlin, bonjour(halo)."

"Oui, c'est moi(ini aku) GALLAGHAN." Jawab Sienna dengan ragu. Entah mengapa jantung Thibault bekerja dua kali lipat. Ia benar benar tak ingin hal buruk terjadi pada Sienna. "Apa kabar? Apa aku mengganggumu?" Tanya Sienna hati hati.

Mendengar suara wanita itu dari ponselnya, ia langsung menduga bahwa wanita muda itu habis menangis. "Aku baik baik saja. Du coup(kata sambung seperti by the way atau anyway), aku tidak sedang sibuk. Kau baik baik saja?" Balas Thibault bertanya.

"Ya, tidak. Uhm tidak tahu." Jawab Sienna kekanakan. Thibault tersenyum kecil mendengar jawaban Sienna, kemudian membenarkan posisi duduknya.

"Habis menangis?" Tanya lelaki itu lagi yang tak kunjung mendapat jawaban. "Kau tahu saputangan itu aku berikan untukmu, untuk menggantikanku menghapus air matamu." Sambungnya. Sienna tertawa kecil. Tawanya terdengar penuh luka tapi tetap renyah menggelitik telinga.

"Jadi, ceritakan padaku, apa yang terjadi?" Tanya Thibault dengan nada bersahabat.

"Sebenarnya aku tak yakin menghibungimu adalah langkah yang tepat." Akunya.

"Hm?" Lelaki berparas tampan itu mengangkat alisnya. "Jangan begitu. Kita, kan teman. Memangnya bukan?" Sambungnya.

"Tidak, tidak bukan begitu! Maksudku, aku takut kalau aku akan mengganggumu, atau kalau kau tidak mengangkat telepon dariku." Jelas Sienna dengan mantap. Thibault tersenyum menghadapi kenyataan bahwa ini adalah pertama kalinya Sienna berpicara tanpa ragu.

"Aduh, kau pikir aku tidak akan menepati janjiku? Aku kan sudah janji akan selalu ada untukmu sejak saat itu. Aku bukan orang yang asal berjanji." Jelas lelaki yang kini sedang merapikan meja kerjanya.

"Tidak bukan begitu, maaf kalau aku membuatmu salah paham."

Thibault melirik jam tangan yang sedang ia kenakan lalu kembali berbicara dengan lawan bicaranya. "Jangan tutup teleponnya. Berikan aku waktu satu menit saja." Pintanya.

Sienna menuruti permintaan sederhana dari konsultannya itu kemudian mendengar samar samar percakapan Thibault melalui telepon kantor.

"Eleine, aku akan pergi keluar untuk makan siang. Mungkin akan kembali agak terlambat." Kata Thibault kepada asistennya yang sedang berada di perpustakaan untuk mencari buku buku yang diminta olehnya.

"Tapi, kau sudah membuat janji jam 4 sore nanti. Jangan sampai terlambat." Kata Eleine mengingatkan.

"Ya, aku akan kembali sebelum itu." Jawabnya kemudian kembali berbicara dengan Sienna. "Maaf membuatmu menunggu." Katanya.

CARPE DIEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang