14. Pierre CAILLE

36 7 0
                                    

Sienna kini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tertawa dan bekerja. Setelah melahirkan Shane, hidup Sienna semakin penuh dengan warna warni. Akhirnya ia menemukan ujung dari terowongan gelap yang sangat panjang dalam hidupnya.

Setelah melahirkan Shane, Thibault lebih sering datang berkunjung. Lelaki itu tidak lagi berkunjung untuk memastikan kalau perempuan yang dicintainya baik baik saja, tetapi untuk memenuhi janjinya untuk menjadi seorang ayah bagi Shane.

Shane tumbuh seperti anak anak yang lain. Ia tumbuh dengan sosok orangtua yang sangat hebat. Shane mengenal Thibault sebagai ayahnya. Meskipun begitu, bukan berarti anak bermata biru itu tidak mengetahui ayah kandungnya. Sienna sebenarnya telah mengenalkan sosok Pierre pada Shane lewat foto foto lama sejak beberapa bulan terakhir. Wanita itu tidak bermaksud menyembunyikan identitas Pierre. Ia selama ini menunggu sampai Shane mengerti banyak hal dan siap dengan kenyataan rumit yang ada dihadapannya. Tentu saja pada akhirnya Shane tahu kalau Thibault tidak ada ikatan darah dengannya, tapi baginya, ayahnya hanya Thibault seorang.

Hari ini Shane resmi menjadi murid kelas 4 dibangku sekolah dasar. Hal sederhana ini tentu saja membuat Sienna meneteskan air matanya. Mungkin bagi orang lain ini hal sepele yang bahkan seharusnya tidak ditangisi. Hanya saja, Sienna mudah tersentuh dengan hal hal kecil seperti ini. Baginya, Shane tumbuh dengan sangat cepat. Malaikat kecilnya kini tumbuh dan menjadi anak laki laki yang sangat manis.

Shane adalah seorang anak laki laki yang manis. Sopan, pintar, pengertian, mudah bergaul, dan banyak teman. Sosoknya bahkan selalu dipuji guru guru di sekolahnya, yang tentu saja membuat Sienna merasa dirinya pantas disebut sebagai seorang ibu.

"Ma," panggil Shane sambil memeluk Sienna dari belakang yang saat itu sedang menyiapkan sarapan.

"Qu'est-ce qu'il y a mon chouchou(ada apa sayangku)?" Tanya Sienna sambil tertawa kecil.

"Mengapa papa belum tiba?" Tanya Shane sambil mengangkat wajahnya untuk menatap wajah Sienna, sementara wanita bermata cokelat itu melirik anak laki lakinya, kemudian menyunggingkan senyum manis.

"Mengapa kamu tergesa gesa sekali?" Tanya Sienna. "Aku bahkan belum selesai menyiapkan sarapan untuk kalian." Sambungnya yang disambut oleh helaan napas anak laki laki berambut gelap itu.

"Aku ingin membicarakan proyek besar." Katanya yang membuat Sienna tertawa kecil.

"Wah, anakku sedang mengerjakan proyek apa? Mengapa aku tidak mengetahuinya?" Goda Sienna sambil memutar tubuhnya. Wanita itu berjongkok kemudian tersenyum menatap mata biru milik Shane yang menenggelamkan seperti harapannya.

"Ini rahasia diantara aku dan papa." Jawab Shane. Sienna tidak menyahut. Wanita itu  menyentuh kedua bahu milik anak laki lakinya, lalu menempelkan keningnya pada kening anak itu.

"Je t'aime, vraiment(aku benar benar mencintaimu)." Kata Sienna.

"Je t'aime aussi(aku juga mencintaimu)." Jawab Shane yang kemudian mencium kening Sienna dengan lembut yang entah mengapa malah membuat Sienna harus menahan air matanya.

"Ciuman untukku?" Tanya Thibault yang entah sejak kapan berdiri diujung pintu sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok. Tentu saja kehadirannya yang tiba tiba itu telah membuat Sienna kaget setengah mati. Ia bahkan tidak mendengar langkah kaki milik pria bermata biru itu.

"Sejak kapan kamu ada disini?" Tanya Sienna sambil bangkit berdiri dan menatap Thibault dengan lurus. "Aku tidak mendengar suara langkah kakimu." Sambungnya.

"Sejak kata, aku mencintaimu." Jawab Thibault. Lelaki itu menghampiri Sienna sambil menatap wanita dihadapannya dengan mata birunya yang menenggelamkan. Ia kemudian mencium pipi Sienna dengan lembut, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya kearah anak laki laki yang kini sedang tersenyum lebar kearahnya.

CARPE DIEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang