11. Tiffany LAROUSE

44 7 9
                                    

Tiffany mematung ditempatnya berdiri sembari memperhatikan Sienna yang sedang berlari kecil menghampiri seorang pria. Pria itu bertubuh tinggi dengan rambut keemasan dan senyum yang menawan. Lelaki itu sedang mengenakan kacamata hitam, namun Tiffany menebak mata birunya yang menatap dengan tenang.

Perempuan berambut pirang itu memperhatikan lelaki itu menyambut Sienna didepan mobilnya dan tersenyum dengan hangat, sebelum akhirnya membukakan pintu untuk kekasihnya itu.

Tiffany mengepalkan tangannya sambil tersenyum tipis, menyembunyikan tangisnya yang siap pecah. Dari sekian banyak pria di dunia, mengapa harus pria itu yang bersama dengan Sienna?

Perempuan bermata kelabu itu pergi meninggalkan tempatnya, kemudian menyendiri didalam tangga darurat. Wanita itu menangis tanpa suara, mengutuk hari dimana ia dilahirkan. Mengapa ia harus menjadi Tiffany dalam kehidupan ini?

Tiffany pikir Sienna sudah cukup menjadi batu sandungan atas perjalanan karirnya. Hanya saja, semua itu seolah tidak cukup sampai wanita bermata cokelat itu kini memiliki apa yang tidak dimilikinya: pria itu.

***

Tiffany sengaja duduk dibangku paling belakang, agar ia tidak berada begitu dekat dengan pengantin. Wanita itu memperhatikan pengantin yang kini sedang bersumpah dihadapannya dengan dingin.

"Aku bersedia." Kata Pierre sebelum akhirnya mencium bibir Sienna dengan lembut.

Tiffany meneteskan air matanya yang langsung buru buru dihapus olehnya sebelum orang lain melihatnya. Wanita itu ikut bertepuk tangan lalu menyungingkan senyumnya sementara hatinya terluka.

Tidak bisa. Ia tidak lagi sanggup melakukannya. Tiffany memutuskan untuk pergi menjauh, untuk menenangkan pikirannya. Wanita Itu mengambil segelas champagne lalu pergi menjauh, menghindari kerumunan, menghindari pasangan pengantin.

Tiffany kini memperhatikan pasangan pengantin yang sedang tersenyum lebar menghampiri satu persatu tamu yang datang. Ia memperhatikan Pierre dan Sienna dari kejauhan. Bahagia sekali, dan fakta itu meremas jantungnya dengan keras. Harusnya dia yang ada disamping pria itu.

Tiffany menghela napasnya lalu mengalihkan pandangannya. Wanita itu kemudian mengangkat alisnya setelah ia menangkap sosok seorang pria bertubuh tinggi dan berambut gelap. Bukankah pria ini adalah pria yang sama dengan pria yang ditemuinya di club malam waktu itu?

Wanita berambut pirang itu menghampiri pria yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri kemudian ikut memperhatikan pasangan pengantin dari tempatnya kini. "Lihatlah betapa bahagianya mereka." Kata Tiffany yang memecahkan lamunan pria disampingnya. Pria itu kemudian menoleh namun tidak menyahut.

Tiffany menatap pria disampingnya lalu tersenyum dengan lebar sebelum akhirnya kembali melemparkan pandangannya kearah pasangan pengantin. "Dari dulu, Sienna selalu membuatku merasa iri." Katanya. Tentu saja. Sienna memiliki segalanya. Popularitas, kepercayaan, karir cemerlang, bahkan juga memiliki satu satunya pria dari masa lalu milik Tiffany yang tentu saja masih dicintainya.

Pria bermata biru disampingnya masih menghiraukannya. Hanya saja, Tiffany tidak peduli dan masih terus menumpahkan bayangan kegelisahannya. "Sienna selalu bahagia. Aku ingin sekali membuatnya iri padaku walau hanya satu kali." Sambungnya yang kemudian direspon oleh helaan napas pria disampingnya.

Pria berambut gelap itu kini memutar tubuhnya menghadap Tiffany lalu merendahkan tatapannya untuk menatap Tiffany yang jauh lebih pendek darinya. "Aku yakin kamu pasti memiliki apa yang tidak dimiliki oleh Sienna." Katanya.

CARPE DIEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang