10. Terkuak

34 5 0
                                    

Salut!!

Terima kasih karena sudah bersama dengan aku sampai pada chapter ini. Aku tuh orangnya baperan. Dibaca aja sudah bikin seneng. Ugh.

P.S: chapter ini mengandung unsur dewasa.

Selamat membaca!!

Sienna duduk didepan teras apartemennya sambil membaca buku kesukaannya, ditemani dengan secangkir kopi. Luka pada wajahnya sudah sembuh, tapi luka dihatinya masih basah.

Pierre kembali ke rumah beberapa minggu setelah insiden pemerkosaan itu berlangsung. Lelaki itu benar benar kembali setelah luka pada wajah Sienna telah memudar. Ia bahkan masih seperti sebelumnya: seolah tidak peduli.

Suami dari Sienna itu masih suka pergi tanpa kabar, lalu kembali hanya untuk menyetubuhi isterinya. Jujur saja, hubungan ini rasanya sudah bukan seperti hubungan suami-isteri.

Sienna menghabiskan hari yang membosankan ini sendirian, dengan buku, kopi, cemilan, juga rasa kesepian. Ia tidak tahu lagi kegiatan menarik lain untuk membunuh waktu. Beberapa hal yang terpikir olehnya hanya Tiffany, tapi perempuan itu sedang sibuk dengan pekerjaannya. Lalu Yuura, tapi ia takut perempuan itu tidak mempedulikannya. Juga Thibault, tapi ia tidak mungkin mengganggu pria itu.

Hari ini hari minggu, tapi Pierre sudah pergi pagi pagi sekali entah kemana. Tentu saja hal ini membuat Sienna patah hati. Semua hal tentang pernikahannya menambah beban pikirannya. Terutama, pertanyaan tentang Apakah Pierre masih mencintaiku?

Sienna bangkit dari tempatnya duduk dengan sigap setelah mendengar suara langkah kaki yang sangat tidak asing baginya. "Chéri?" Panggilnya sambil berjalan kearah suara langkah kaki itu. Ia benar benar tidak sabar menemui suaminya dan memberitahunya suatu hal yang sangat penting. Perempuan itu berharap, berita yang akan ia sampaikan ini akan mengembalikan Pierre yang dikenalnya.

Sienna menghentikan langkah kakinya diujung koridor apartemennya. Ia kini berdiri berhadapan dengan suaminya yang terlihat sangat kacau. Sienna memaksakan senyumnya mengembang sembari berjalan mendekati Pierre dengan hati hati. "Kamu baik baik saja?" Tanyanya.

Pierre tidak menjawab pertanyaan isterinya. Ia hanya menatap Sienna dengan tatapannya yang dalam sambil membuka kancing kemeja hitam yang sedang dikenakannya.

"Akhir akhir ini kamu jarang di-" kalimat Sienna terhenti saat Pierre mendorongnya ke tembok dan menutup mulut perempuan itu dengan ciumannya.

Sienna membalas ciuman Pierre, berusaha mengimbangi permainannya. Sementara Pierre menggerakan tangannya yang besar mencekik leher Sienna dengan pelan, sebelum akhirnya mendaratkan tangannya diatas dada milik Sienna.

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Pierre melepaskan ciumannya dan menarik Sienna dengan kasar menuju tempat tidur. Lelaki itu mendorong isterinya keatas tempat tidur kemudian melucuti pakaian wanita itu.

"Pierre, kita bisa melakukannya dengan perlahan." Kata Sienna dengan napas tercekat. Ia tidak lupa kalau lelaki dihadapannya ini adalah suaminya. Hanya saja, rasanya menakutkan sekali.

Pierre tidak menjawab. Lelaki itu melepaskan pakaiannya kemudian menyerang Sienna yang kini menatapnya dengan rasa takut. Lelaki berambut keemasan itu mencumbu Sienna dengan liar, sesuai dengan keinginannya, tanpa mempedulikan isterinya itu. Lelaki itu kini siap mengarahkan kejantanannya kedalam Sienna, namun wanita itu mendorong Pierre dengan mata berkaca kaca.

Bukannya sadar, Pierre kini menatap Sienna dengan tajam dan malah mendaratkan telapak tangannya dipipi kiri milik Sienna dengan keras, hingga perempuan itu tersungkur.

"Ah merde(sial). Maafkan aku." Kata Pierre dengan lembut pada akhirnya setelah sadar bahwa ia telah menyakiti Sienna.

Lelaki itu kini mendekati Sienna dengan perlahan dan berusaha menyentuhnya.

CARPE DIEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang