3. Jessica KURDIANDA

83 10 0
                                    

Salut!!

Mohon maaf atas kekurangan tulisanku. Masih banyak typo aku harap dapat dimaklumi ya, teman teman.

P.S: untuk chapter ini nggak sepanjang 2 chapter sebelumnya hehehehe.

Selamat membaca!!

Sudah 2 minggu Thibault tidak bertemu dengan Sienna. Wanita itu terus terusan membatalkan janji pertemuan mereka. Kalau saja wanita itu hanya perempuan biasa seperti yang lainnya, Thibault tidak akan sekhawatir ini.

Lelaki itu pada akhirnya memberanikan diri untuk menelepon Sienna.

Tidak ada jawaban.

Entah sudah berapa kali ia mencoba meraih perempuan itu, tapi sia sia saja usahanya.

Setelah melakukan sesi konsultasi dengan seorang pria kaya yang mengeluhkan kisah cintanya, Thibault kembali mengeluarkan ponselnya dari saku celana bahannya lalu kembali mencoba meraih Sienna. Semoga saja kali ini ada jawaban.

Thibault mendengarkan nada sambung sambil terus berdoa dalam hati, agar Sienna menyerah dan menjawab panggilannya.

"Halo?" Jawab Sienna pada akhirnya dengan suara yang serak. Selama beberapa detik Thibault tidak sadar dengan suara Sienna yang tidak biasanya, ia terlalu senang karena lega bahwa wanita itu akhirnya menjawab panggilannya.

"Ada apa dengan suaramu?" Tanya Thibault.

"Oh tidak ada sesuatu." Jawab Sienna yang jelas sekali tidak akan dipercayai oleh Thibault. Lelaki itu hanya diam tidak memberikan respon. Beberapa saat kemudian, Thibault mendengar Sienna menangis.

"Maafkan aku, aku sedang tidak baik." Kata Sienna susah payah ditengah tangisnya.

"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Thibault dengan lembut. Jujur saja, sudah bertahun tahun dirinya menyelami bidang ini. Ia selalu bekerja dengan profesional sehingga dapat sampai ke tahap ini, tahap dimana dirinya menjadi konsultan paling diburu di Perancis. Hanya saja, ini kali pertama baginya untuk merasakan ikatan sekuat ini kepada pasiennya. Ini tidak baik, tapi Sienna membutuhkannya.

"Setelah kepergian Mikaila, aku diteror oleh mimpi buruk tentang masa lalu." Jawab Sienna lirih. "Cerita tentang 5 tahun yang lalu." Sambungnya.

"Cerita apa?" Tanya Thibault berusaha untuk mendapatkan sedikit gambaran.

"Sahabatku yang lewat menulis surat. Kami berbagi lewat surat. Senang, sedih, kecewa, semuanya." Jawab Sienna dengan nada yang lebih tenang. Namun beberapa saat kemudian, isak tangisnya kembali terdengar. "Aku membunuhnya, Thibault!" Sambungnya.

Mata Thibault terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Apa?" Tanyanya menuntut Sienna mengulangi kalimatnya.

"Aku membunuh temanku yang berharga." Ulang Sienna sambil terisak.

Thibault mengatur detak jantungnya dan tetap tenang. Ia meminta Sienna untuk menarik napas panjang selama berkali kali agar lebih tenang sebelum menceritakan kisahnya.

***

Untuk Sienna,

Kita sudah saling menulis surat selama bertahun tahun. Aku sungguh ingin bertemu denganmu secara langsung. Aku membayangkan kamu sebagai sosok perempuan yang penuh lemak, kantung mata tebal, selera fashion yang jelek, dan selalu menggunakan kamus internet untuk berbicara denganku! HAHAHA BERCANDA!

CARPE DIEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang