Pertanyaan Maxime membuatnya bungkam. Max mengerutkan kening menatap Lexis. Ia tau jawaban apa yang akan ia terima.
"Lexi, apa kamu ingin anak kita bahagia" ucap Max berdehem saat mengucap kita.
"Em.. Ya tentu, tapi aku tak akan bisa bila dipisahkan dengan mereka. Double J adalah anakku, aku yang melahirkan Dan merawat mereka". Ucap lexis sambil mengusap air matanya.
"Iya tapi ....""Aku mohon jangan pisahkan kami, aku tau kamu ayah mereka tapi kamu tak berhak melakukan ini. Kamu boleh menikah dengan siapapun wanita pilihanmu Dan aku akan membiarkan mereka memanggilnya "IBU". Walaupun agak berat juga bagiku. Aku sangat memohon.hiks hiks " ucap Lexis sesegukkan sambil menghadap Max Dan menunduk.
Max terpukul melihat kesakitan Dan ketakutan Lexis akan kehilangan double J. Ingin rasanya ia renguh wanita rapuh di depannya, tapi ia takut nanti Lexis akan memberontak.
Max menggenggam kuat tangannya. Ia akhirnya mengusap lembut kepala ibu Dari kedua putranya. Membuat tangis Lexis mereda lalu menatap Maxime.
"Aku tak akan memisahkan kalian. Aku janji".***
Maxime merenung dalam kegelapan, ia memadamkan lampu kamarnya.
Gagal Sudah rencana bicara dengan Lexis. Ia kira semuanya akan mudah tapi nyatanya.. Max mengusap wajahnya kasar."Aku ingin menikah dengannya tapi kenapa sulit untukku ucapkan" Max menggeram kesal.
"Kenapa juga dia mengira aku akan memisahkannya dengan Jhon Dan Joe. Dan apa katanya tadi? Menikah dengan wanita lain,ck apasih yang ada difikirannya." Max menatap langit langit kamarnya. Mencerna apa yang membuatnya bimbang.Sabar ya bang... Kekekeke~
Maap pendek lagi kurang nutrisi eh bukan ide maksudnya 🙊🙈🙈🙈
Jae 🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Need a Daddy [Revisi]
Fiction générale"Mommy dimana daddy ?"tanya anak berambut pirang kepada mommynya. Sang mommy mengelus anaknya penuh kasih , "baby Daddy sedang sibuk bekerja untuk membelikanmu dan adik mainan yang banyak. Jadi baby Joe dan baby Jhon harus bersabar."terang sang mom...