Part 1

2.8K 238 5
                                    

Shani Pov

Entah ada angin apa Papa memindahkan aku ke sekolah asrama ini. Mungkin untuk menjauhkan aku dari keluarga barunya, menjauhkanku darinya. Semenjak punya istri baru Papa jadi berbeda seratus delapan puluh derajat denganku. Dia jadi seperti ayah tiri.

Tak pernah lagi perhatian denganku, maksudku, bahkan untuk perhatian kecil sekalipun. Seperti mengucapkan selamat malam saat aku mau tidur, atau selamat pagi di meja makan saat sarapan. Semua perhatian ia tujukan ke istri barunya itu.

Salahku juga sih sebenarnya, kenapa juga mau setuju dengan permintaannya itu. Padahal papa bilang kalau aku gak kasih izin dia gak akan lanjutkan hubungannya dengan wanita yang baru ia kenal saat makan malam kantor itu.

Ibu tiriku juga bukan tipikal yang jahat seperti ibunya cinderella. Dia gak baik juga, Miranda aku memanggilnya, dia itu super cuek dan jutek. Manisnya dengan papa saja. Dan kalau ada maunya.

"Sebentar lagi teman sekamar kamu datang." Ucap ibu kepala sekolah baru ku ini. Dia ramah dan baik sekali hari ini. Gak tau besok, biasanyakan kepala sekolah terkenal galak.

Tapi wajahnya begitu terlihat ramah, senyumnya pun enak dilihat. Walaupun sudah tua dia tetap terlihat bugar. Aku sempat curiga dia dulunya guru olahraga.

Seorang gadis berseragam masuk ke ruangan.

Dia mungkin yang katanya teman sekamarku itu. Dia masuk dengan salam yang sopan, senyumnya tak kalah ramah dari si kepala sekolah. Rambutnya pendek sebahu dengan poni 7/3 yang hampir menutupi mata. 

"Ini dia teman sekamarmu. Namanya Shani." Dia bicara pada anak itu setelah menjawab salamnya.

Aku tersenyum tipis padanya, teman sekamarku itu.

Ibu kepala sekolah bilang untuk mengantarku ke kamar lebih dulu, menaruh barang barang dan beristirahat barang satu atau dua jam. Lalu sepulang sekolah ia disuruh untuk mengantarku tour keliling sekolah. Sebenernya aku sendiri malas, tapi memang begitu prosedurnya.

Kami berjalan ke gedung asrama, dituntun oleh lampu atap lorong yang temaram. Tak begitu terang tapi tidak gelap juga, enak dipandang mata.

Teman sekamarku ini, orangnya seramah senyumnya juga ternyata. Dia baik dan suka bicara, kadang dia tertawa disela perkataannya. Aku senang dengar dia bercerita. Nafasnya wangi apel, sangat segar, beda dengan kepala sekolahku tadi yang wangi nafasnya seperti jahe merah.

"Aku udah banyak bicara tapi belum kasih tau nama ya? Hehe." Dia tertawa ringkih. Aku mengangguk.

"Formal aja ya? Aku Ratu Vienny Fitrilya, kelas 11 MIPA 2. Kelasku di sayap kanan pas disebelah perpustakaan. Kalau butuh apa apa cari aku disana." Katanya. Namanya unik, seperti nama putri dari keraton jawa. Sikapnya yang sopan dan berwibawa pun mendukung sekali. Sangat bermartabat.

"Ka Ra...".

"Viny aja. Aku bukan keturunan bangsawan kok." Dia seperti bisa baca pikiranku.

"Kamu?" Aku melongo seperti orang bego. Wajahku pasti bodoh sekali.

"Namamu." Aku tersentak kecil. Iya namaku.

"Aku Shani Indira Natio, kelas sepuluh..." Aku belum tau masuk kelas sepuluh berapa. Ibu kepala sekolah tadi gak bilang apa apa soal kelasku.

"Belum tau kelas ya?" Aku mengangguk lagi.

"Besok pasti kamu tau. Hari ini kamu belum mulai belajar, soalnya dua jam lagi jam sekolah selesai." Dia memberi penjelasan seperti seorang teman ketimbang kakak kelas.

Ka Viny super baik!!

Aku mungkin lupa bilang, Ka Viny bahkan membawakan koperku. Dia minta tanpa sungkan dan membawakannya juga tanpa enggan. Dia bilang kasihan kalau aku yang baru datang ini disuruh membawa tas koper yang berat. Padahal aku masih sanggup, tapi dia memaksa ingin.

It's Okay To Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang