Part 9

1.3K 176 7
                                    

Tau sekarang tanggal berapa? It's august 18! And i'm so excited. Kali ini bukan cuma aku kok, teman-temanku juga sama. Kami kemah dipuncak kalau mau tau, gak terlalu jauh dari sini lah. Tiga bus besar sudah berjejer rapih menunggu kami, dan seluruh peserta kemah sedang berbaris sesuai dengan kelasnya. Aku belum melihat Ka Viny sejak tadi pagi kami berangkat bersama.

Tenang saja, dia gak kesusahan untuk menyusun barang, tadi malam aku membantunya. Lagipula barang bawaannya tidak begitu banyak, dia sangat simpel. Guru-guru sedang mengabsen muridnya, aku memasang telinga tajam tajam kalau-kalau namaku dipanggil.

Absen sudah selesai, kami semua digiring untuk masuk ke dalam bus masing masing. Hari ini aku duduk dengan Sisca, dia yang minta. Padahal kukira dia akan duduk dengan Gracia, mereka kan kawan lama.

Kami duduk dibarisan ketiga dari belakang, aku yang berada didekat jendela. Melihat lihat pemandangan sekitar diperjalanan pasti menyenangkan. Sisca gak banyak bicara, suasana jadi terasa monoton. Kami kan sama sama pendiam, aku jadi bingung harus pakai topik apa untuk mulai obrolan dengan dia. Banyak kalimat bergantung diujung lidahku, tapi segera kutelan lagi.

Dia juga diam saja, cuma mendengar lagu dari headphone-nya tanpa berniat membagi itu padaku. Gumaman kecil bernada keluar dari mulutnya.  Harusnya aku duduk dengan Anin atau Manda tadi, pasti akan lebih seru.

Dia melepas headphone merah itu dari telinganya, lalu matanya beralih padaku. Sudah selesai kah?

"Maaf ya cuekin kamu, aku cuma gak tau harus ngomong apa." Katanya. Ah, dia sadar juga. Aku tersenyum simpul.

"Gak apa kok, jangan canggung." Balasku. Sulit memang buka obrolan, kami jarang bicara juga, lebih banyak diam.

Setelah itu keheningan kembali menyelimuti kami, situasi seperti ini serba salah. Kami sama sama sulit bicara, semua kata-kata yang kusiapkan itu hanya menguap sebatas kerongkongan.

"Kamu... Sahabat Gracia 'kan?" Kalimat tanya itu keluar begitu saja. Entah ada angin apa.

Dia mengangguk, ekspresi mukanya tak bisa kubaca.

"Dari kecil."Katanya. Aku sudah tau, Gracia bilang sendiri padaku.

"Aku jarang lihat kalian sama sama." Aku sudah mulai bisa menguasai percakapan ini. Gak ada rasa canggung lagi.

"Aku yang pergi dari dia." Gracia berkata jujur, tapi kenapa?

"Alasannya?" Dia cuma menggeleng. Ah, ini konteksnya lebih pribadi. Aku gak berhak ikut campur, dan aku tau diri.

Segalanya terasa lebih baik sekarang, aku senang Sisca mau banyak bicara, aku jadi bisa mengimbangi. Soalnya dari SMP temanku itu itu saja, bergaul dengan orang baru rasanya susah sekali. Aku bahkan baru bisa akrab dengan beberapa dari mereka. Aku gak sombong kok, cuma gak tau aja harus ngomong apa. Dari dulu teman-temanku lah yang banyak bicaranya. Jadi agak susah untuk mengimbangi Sisca yang sama pendiamnya.

Ah, aku rindu teman lama.

Nadse, Yansen, Nina dan Andela apa kabarnya ya? Semenjak pindah aku jarang berkabar dengan mereka. Aku rindu!

kami sampai juga, perjalanan sama sekali gak berasa. Bus yang membawaku sampai paling terakhir, saat kami turun beberapa anak telah membangun tenda regunya. regu Ka Viny juga, tenda mereka bagus! mimpi buruk untukku. Aku gak boleh kalah karena akan ada penghargaan untuk regu terbaik, dan aku bertaruh untuk itu dengan Ka Viny. Dia senyum denganku saat tatap mata kami bertemu. 

Anin menarik tanganku, aku kewalahan mengikuti langkahnya yang sangat cepat, dia bilang mau me-landmark tempat dibawah pohon lebih dulu, biar tenda gak panas saat siang katanya. padahal kan seram juga kalau harus tidur dibawah pohon malam-malam. Tendaku dan Ka Viny bersebelahan, cuma tali tambang pembatasnya.  Ka Lidya menyapaku dengan lambaian tangan saat kami sama sama ada dibelakang tenda, semenjak insiden air minum dilapangan itu dia jadi baik sekali padaku. Perkenalan kami sangat gak lazim.

It's Okay To Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang