Part 20

1.3K 156 8
                                    

"Iyaaa... Aku bentar lagi selesai. Lagian Ka, sekolah itu masih lima hari lagi tauu..." Telpon terputus, sepihak dariku. Mana bisa berbenah sambil telfonan, nanti yang ada konsentrasiku buyar.

Lagipula Ka Viny ada-ada saja, dia minta aku untuk packing semua kebutuhan sekolah dan keseharianku semalam. Mana bisa mendadak begitu, dia bilang dia lupa beritahu, dan pokoknya dia gak mau tau, saat dia sampai untuk menjemputku aku harus sudah siap. Itu katanya.

Tok!

Tok!

"Cah Ayu.... Iku lho, Non Viny sudah datang." Bude' memanggil dari balik pintu.

Aku menyahut, "Suruh masuk aja!" Kataku.

Dia buru-buru masuk ke kamarku, membantuku mengangkat tas dan koper. Dia gak sendiri, ada Okta juga, anak itu sudah lama aku gak lihat dia. 

"Kamu duluan ke mobil, aku mau pamit ke Bude' dulu." Aku bilang padanya. Setelah selesai merapikan rambut aku segera turun ke dapur. Pamitan dengan Bude', dan Papa lewat telpon.

Diluar Ka Viny dan Okta tengah menungguku, mereka datang dengan seorang supir. Mobilnya pun berbeda, bukan mobil yang biasa Ka Viny bawa.

Aku segera masuk ke mobil, duduk disebelah Okta, sementara dia di sebelah supir.

"Mau kemana sih, Kak?" Aku tanya.

Dia gak jawab, malah menyalakan musik, aku tanya Okta, gak mungkin dia gak tau. Anak itu dengan cueknya jawab, "Nanti juga kamu tau." Hh, aku benci ini. Dia gak pernah perlakukan aku begini sebelumnya. Memang dia yang paling cuek dalam lingkaran pertemanan kami sih.

"It would not be a surprise if i told you. Jadi mendingan kamu tidur aja, kalo udah sampe aku bangunin." Ka Viny nyeletuk dari depan, mata kami saling tatap lewat kaca depan mobil selama beberapa detik. Dia ketawa saat lihat wajah cemberutku.

Baru sebentar menutup mata, Okta berbisik ditelingaku. "Tuh dengerin kata pacaranya." Katanya. Pipiku bersemu merah, mataku kembali terbuka bahkan lebih lebar. Sialan.

"Kamu tau?" Aku berbisik.

"Kamu pikir kami baru kenal kemarin? Of course i know that." Huh, aku gak suka tatap mata yang meremehkan seperti itu.

Memang ada yang salah dengan pertanyaanku? Satu lagi predikat yang Nadse berikan padaku dari dulu, sekarang aku akui dia benar. Selain penuh gengsi, aku juga kadang 'gak peka', itu katanya, apalagi dengan perasaan manusia.

Aku gak mau terlalu memikirkan teka-teki dia lagi, just following what she said, 'duduk, diam, istirahat. Kejutan tunggu kamu disaat dan waktu yang tepat'. Huh, bahkan sejak kamu masuk ke dalam kehidupanku, aku sudah gak merasa asing lagi dengan yang namanya kejutan.

~~~~~~

Seseorang menepuk pipiku pelan, memanggil namaku berulang ulang. Kepalaku pusing sekali, mataku berkunang-kunang, badan lemas. Ini pasti perjalanan yang panjang, tapi kami sudah sampai, cuaca lebih dingin disini, itu sebabnya dia suruh aku pakai jaket tebal.

Dia beri aku air mineral saat kami keluar mobil, aku tanya saat beberapa langkahku berjalan, "Kita dimana?" Kataku.

"Ternyata masih hidup." Dia bilang sambil mengacak rambutku.

"Ih kok gitu?!"

"Kamu tidur 8 jam, gak bangun-bangun kaya orang mati." Dia cubit ujung hidungku sampai merah. Lalu malah minta maaf, padahal ini bukan masalah besar.

"Ini dimana?"

Didepan kami ada sebuah rumah besar diatas bukit, tertutup kabut malam yang dingin. Didepan pintu masuk ada pria tua yang menunggu kedatangan kami, sudah dari lama sepertinya.

It's Okay To Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang