Part 21

1.2K 152 8
                                    

"Raise and shine! Today is a big day!!"

Aku bisa dengar jelas teriakan itu menggema disetiap sudut villa. Ya Tuhan! Jam berapa ini? Bahkan matahari pun masih bersembunyi dibalik tirai awan. Telingaku gak bisa menolak suara bising dari sendok sayur dan tutup panci yang dia adu kencang itu.

Aku bersumpah! Ini cara membangunkan orang terburuk dalam sejarah hidupku.

"Ayo bangun! Bangun! Cuci muka tapi jangan mandi!!" Aku terkekeh lihat wajah-wajah kesal itu saat menuruni tangga. Siapa juga orang yang gak marah kalau tidurnya diganggu.

Aku menutup telingaku dengan kedua tangan, bahkan rambutku sekarang pun masih berantakan.

"Kamu berisik tauu!!" Aku menjawil telinganya kuat-kuat, sampai merah.

"A-aww! Sakit." Dia menarik tanganku dari telinganya. Memeluk tubuhku sebentar sambil mengecup pelipisku, dia lalu cepat-cepat mendorong tubuhku menjauh. Aku suka tingkah malu-malunya itu.

"Ganti baju sana."

~~~~~~~

"Mau kemana sih pagi-pagi gini?" Ka Lidya tanya.

Kami semua telah ganti pakaian, masih terasa sedikit mengantuk walaupun tadi sudah cuci muka. Pagi ini super duper dingin, dan dia suruh kami ganti baju olahraga, dilapisi jaket kalau perlu.

Nanti malam tahun baru, dia jelas gak mau kelewatan momen itu, begitu pun aku dan yang lain. Tapi Ka Viny yang paling semangat. Dia bahkan telah menyiapkan segalanya dengan matang dari jauh-jauh hari. Aku sempat berpikir tujuannya bangunkan kami sepagi ini untuk persiapan pesta tahun baru kecil-kecilan kami.

Tapi ternyata salah.

Dia gak beri kami sedikit pun ruang untuk bekerja atau memikirkan apapun. Kami cuma boleh senang-senang disini, itu katanya.

Pagi ini dia mau bawa kami ke tempat kesukaannya, dia bilang. Aku tanya Okta kemana, tapi anak itu sama gak taunya dengan kami. Sekarang semua orang sudah berganti pakaian olahraga, pagi ini akan kami mulai dengan bersepeda.

Masing-masing berboncengan, kali ini aku pilih Manda jadi teman bersepedaku. Dia sempat tawari aku untuk dibonceng olehnya, tapi aku tolak. Akhirnya dia dengan Ka Lidya.

Kami menyusuri jalan telapak yang lembab beriringan dengan aku dibarisan tengah, sedangkan dia didepan sebagai penuntun jalan. Untuk sekarang aku yang mengayuh sepeda, Manda janji akan bergantian saat pulang nanti.

"Kita mau kemana ya, Shan?" Manda tanya aku. Dia masih berdiri dibelakang sambil mencengkram erat pundak-ku.

Aku geleng kepala.

"Pacar kamu itu, ada-ada aja deh." Katanya sambil tertawa. Aku sontak menarik tuas rem mendadak, hingga kami hampir jatuh.

Sisca yang ada dibelakang kami pun terkejut, tapi dia tetap melanjutkan perjalanan saat tau kami baik-baik saja.

"Kamu tau?" Dia mengangguk.

Kami lanjut mengobrol diperjalanan. "Ota yang kasih tau semalam. Aku kaget sih, tapi gak heran." Katanya.

Ah ya, mengenai hubungannya dengan Okta itu, kedekatan mereka, aku masih penasaran.

"Aku mau tanya, tapi aku minta maaf sebelumnya. Kamu sama Okta...kalian pacaran?" Aku agak berhati-hati saat ditanya. Normalnya orang pasti akan tersinggung.

"Iya. Kami memang." Dia santai saja menjawab, tak ada rasa canggung.

"Since..?"

"Satu atau dua bulan lalu? Maybe. Aku agak lupa." Apa-apaan?! Gimana bisa seseorang lupa dengan tanggal jadiannya.

It's Okay To Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang