Part 29

1.8K 135 22
                                    

Aku buka amplop merah itu, pelan-pelan macam adegan drama di film-film, mungkin kalau ada musik latarnya akan lebih dramatis. Anin yang sibuk dengan lokernya pun itu mengalihkan perhatian padaku.

"Itu apa, Shan?". Dia tanya. Aku cuma geleng kepala.

Saat dibuka isinya cuma kertas merah tebal, kamu tau kan kertas karton? Setebal itu mungkin. Dia dilipat jadi dua bagian.

Gak ada yang mencurigakan, saat aku buka isinya cuma tulisan dengan tinta hitam tebal. Kamu bisa tanya Anin kalau gak percaya, dia lihat juga dengan aku.

X X X Coffee Bar jl. Bagas raya no. 02

Hari Sabtu, jam 7 malam

Datang kesana tanpa diketahui siapa pun

Ah, siapa pun orang ini, yang kirim aku surat ini, dia bodoh. Aku baca suratnya saja dengan Anin, dan sekarang Anin tau. Lagipula apa gunanya surat kaleng gak pernting seperti ini, buang-buang waktu.

Rasanya gak ada gunanya dia kirim surat itu, dihari yang sama aku kan mau pergi dengan Ka Viny.

Anin tahan tanganku saat aku jalan ke tong sampah, "mau apa?". Dia tanya.

"Buang ini lah, gak penting". Aku jawab.

Anin dengan relanya kembali pungut sampah itu saat aku sudah jatuhkan ke dalam tong sampah. Dia masukan surat itu ke kantongnya.

"Siapa tau ini penting". Katanya.

Dia simpan amplop usang itu dikantong bajunya baik-baik, aku abaikan anak aneh itu. Percaya hal-hal konyol seperti itu cuma buang-buang waktu, tapi sayangnya dia gak mengerti akan hal itu.

Kami kembali ke kelas setelah kebetulan upacara selesai, ramai siswi yang bergerombol masuk ke kelas. Sebagian ke kantin, perpustakaan, laboratorium, atau kamar mandi. Pokoknya ramai sekali.

Aku dan Anin langsung ke kelas, jam pertama pelajaran kami akan diisi dengan ulangan matematika.

"Dari mana aja?". Sisca tanya. Aku cuma tunjukan cengiranku, sementara Anin cuma tunjukan senyum gak enaknya.

"Ada deh". Balasku. Anak itu cuma cemberut.

Cewek-cewek malang itu sedang bergerombol duduk di depan AC drngan badan penuh keringat. Aku jadi kasihan lihat mereka kelelahan begitu, sementara aku dan Anin masih segar dengan muka kami yang cerah.

Obrolan kami tak bertahan lama, setelah bel masuk bunyi, guru matematika langsung datang dengan tumpukan kertas dalam dekapan. Kamu pasti tau selanjutnya akan jadi sesuram apa kelas nanti.

"Gila ih, aku cuma jawab 4 dari 20 soal". Anin bilang. Aku cuma geleng kepala dengar itu. Berapa nilai yang akan didapatnya nanti.

Wajah-wajah bingung, kesal, dan kelaparan itu buat aku cekikikan, walaupun aku sama rasanya dengan mereka. Lagi pula siapa yang bisa jawab dua puluh soal essay dalam waktu 45 menit dan jawabannya betul semua. Sejak guru itu masuk ke kelas pun aku gak dapat pelajaran apapun darinya. Alih-alih mengajar dia malah sibuk ceramah setiap jam pelajarannya.

Kami segera pergi ke kantin untuk isi perut kami, matematika memang sangat menguras tenaga.

"Shani".

Aku berhenti, didepan pintu seseorang tarik tanganku.

"Ka Viny?".

"Kamu mau kemana?". Dia tanya. Yang lain langsung memperhatikan kami.

Tapi lalu Sinka segera tarik mereka pergi. "Kita duluan ya? Kamu nyusul aja nanti". Bahkan sebelum ku jawab mereka telah lebih dulu pergi.

"Jadi, kenapa?". Aku tanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's Okay To Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang