Part 7

1.4K 191 7
                                    

14 Agustus 2015

Selamat hari pramuka!

Hehe. Aku sih bukan anak pramuka. Formalitas saja.

Hari ini kami upacara memperingati hari pramuka nasional. Dilapangan ramai sekali, semuanya berseragam pramuka termasuk aku. Cuaca pun sedang terik teriknya, panas sekali hari ini. Pembina upacara juga masih memberi amanat yang sangat panjang. Dia itu pidato atau ceramah sih? Gak ada habisnya! Aurel yang anak pramuka bilang amanatnya itu sebelas lembar. Wow.

Memang sih aku lihat kertas-kertas tebal itu ditangan si pembina. Beberapa siswi dibarisanku pun mulai tumbang, satu persatu pingsan. Huh.

Aku juga sudah mulai merasakan pusing, mataku berkunang kunang. Aku dehidrasi akut, butuh asupan air dingin yang banyak. Bahkan berendam dikolam es kalau perlu.

Srett

Seseorang menarik tanganku ke ke belakang barisan. Aku kaget, dia malah tertawa, tangannya dengan jahil menempelkan botol air mineral dingin dipipiku. Hh, segarnya.

Ka Viny. Hehe. Orang itu dia.

"Kamu ngapain disini?" Iya, ini kan barisan kelas sepuluh. Dia harusnya ada dihabitatnya.

"Kamu yang ngapain disini. Ayo ikut aku!" Dia menarik tanganku, pergi dari lapangan yang dipenuhi oleh kerumunan orang banjir keringat. Haha. Aku bebas.

Dia mengajaku ke kantin. Dia bolos upacara. Dasar anak nakal! Aku menjawil telinganya, dia meringis kesakitan.

"Kamu bolos ya? Hih nakal!!" Dia menarik-narik tanganku dari telinganya.

"Aaww sakit tau! Lagian ngapain juga panas-panasan disana?" Dia menatap sebal padaku sambil mengelus telinganya yang merah. Hehe. Maaf Ka Viny.

"Emang gak ketahuan, Kak?".Aku bertanya. Dia geleng-geleng kepala.

Dia mengajaku duduk, kantin sepi sekali, cuma ada kami dan para penjual yang bekerja didapurnya. Aku jadi lapar.

"Mau makan?" Huh. Gak bisa ya kalau gak baca pikiranku.

Aku mengangguk. "Tapi aku gak bawa uang."

"Kamu ini lagi sama siapa sih? Haha. Aku traktir!" Aku berseru senang seperti anak kecil yang baru dapat lolipop.

Dia mengacak-acak rambutku gemas. Hih, apa dia gak tau lamanya aku menata rambutku ini. Dia seenaknya mengacak-acak rambutku. Aku cemberut, dia malah menertawai aku.

Ka Viny lalu pergi ke salah satu gerai, memesankan bubur ayam untuku. Benar benar menu sarapan.

"Kamu kebiasaan Shan. Kalo berangkat sekolah itu sarapan! Jangan cuma minum susu. Liat mukanya udah kaya mayat tuh. Pucet!" Dia ini sedang marah padaku? Atau apa. Tapi iya juga sih, kalau aku lebih lama lagi disana aku bisa pingsan.

Aku cuma menunduk dengar dia mengoceh, jadi ingat mama yang selalu marah kalau aku telat makan. Mama, aku rindu!

Tapi Ka Viny juga jarang makannya, gak teratur. Badannya aja kurus seperti itu, untungnya Ka Viny tinggi. Lebih tinggi sedikit dariku. Sedikit.

Makananku datang, cuma satu mangkuk bubur ayam dan air putih. Mana miliknya? Mana makanannya? Dia cuma beli untukku.

Aku mengambil sendok dan garpu kemudian membersihkan keduanya dengan tisu.

"Kamu gak makan, Kak?" Dia menggeleng.

"Aku udah." Jawabnya. Kapan?

"Bohong. Kapan kamu makan? Kantin aja baru buka, tadi pagi kamu berangkat bareng aku dan kita belum sarapan." Dia nyengir padaku, menunjukan deretan giginya yang rapih.

Dasar!

Menceramahi aku habis-habisan karena gak mau makan, dia sendiri nyatanya belum makan apapun. Dan bohong padaku kalau dia sudah makan. Dia perhatian denganku, tapi menelantarkan dirinya sendiri. Aneh.

"Aku belum lapar." Katanya. Dia pasti bohong.

Aku menyendok makananku dan kuarahkan ke mulutnya. Dia harus makan juga. Tapi Ka Viny menggeleng, mendorong mundur tanganku. Pura-pura kenyang.

"Kamu aja. Aku belinya untuk kamu." Katanya. Aku menggeleng. Aku makan kalau dia makan, jika dia tidak makan maka aku juga.

Aku lantas mendorong mangkuk itu dariku. Bersedekap dada seperti anak kecil yang marah ke ibunya.

"Kalo gitu aku juga gak makan." Dia marah padaku, padahal kan itu hak ku.

"Kamu harus makan." Katanya. Aku menggeleng, biar lah kepalaku ini makin pusing. Aku tak akan menyentuh makanan itu sebelum dia.

Haha. Aku menang. Dia menyerah.

Dia menyendok bubur lalu menyuapkan ke mulutnya dengan terpaksa. Aku tersenyum senang. Dia takluk. Suapan kedua diberikan padaku, dengan senang hati aku menerimanya. Kami makan semangkuk berdua, so romantic! Haha. Kami jadi seperti sepasang kekasih di drama telenovela.

Dia ikut makan, satu dua suap,  sisanya aku yang habiskan. Curang! Dia memaksaku menghabiskan semuanya. Tangannya tak berhenti menyuapi aku, padahal masih ada isi dimulutku. Dia menertawaiku. Katanya aku seperti anak kecil. Huh!

"Tanggal 18 bakal ada camping pramuka. Kamu ikut?" Kemah? Hm, sounds good! Aku mengangguk bersemangat.

"Kamu tau darimana?" Dia berlagak angkuh. Pura-pura membersihkan bahunya dengan tangan.

"Apasih yang gak aku tau?" Katanya. Sombong!

"Okay Ms. Know everything... Kamu sendiri ikut?" Dia mengangguk mantap.

"Kalo kamu ikut aku pasti ikut. Kalo gak ada aku siapa yang bakal jaga kamu?" Katanya. Huh, sepertinya aku akan kena diabetes. Mulutnya itu manis sekali!

Upacara telah selesai, beberapa siswi pergi ke kantin untuk beli minuman. Kasihan mereka, wajah penuh keringat dan bau matahari.

Aku kembali ke kelasku, diantar Ka Viny sampai ke depan kelas. Dia menggandengku sepanjang perjalanan. Kami bahkan diperhatikan orang orang. Oh my goddess! She treat me like a princess.

"Darimana aja kamu?" Manda tanya aku. Tatapannya nyalang padaku. Hih.

"Kantin."

"Ah gak solid nih! Kita panas panasan kamu enak di kantin." Aurel mengumpat padaku. Hehe. Maaf teman.

Aku duduk dikursiku, mengusir Okta yang duduk disana. Dia mendelik padaku.

"Kamu ketinggalan informasi deh karena kabur." Kata Anin. Dia bangga sekali.

"Camping Pramuka? Dah tau." Dia langsung cemberut. Haha. Aku suka muka masamnya itu.

"Alah! Paling kamu tau dari Ka Viny. Kamu ke kantin sama dia kan?" Okta tau! Tapi darimana. Saat aku pergi saja gak ada yang sadar. Dia jadi makin misterius aja.

"Kok... Kamu tau?"

"Apa yang gak aku tau?" Balas anak itu.

Wait!

Itu kata-kata Ka Viny tadi. Kok bisa sama? Dia kenapa bisa bilang itu juga? Okta aneh. Aku penasaran. Ah, gak mungkin. Tapi ada benarnya juga. Kalo dilihat-lihat wajah Okta dan Ka Viny itu mirip. Bahkan aku cabut kata-kataku waktu bilang Anin sama Ka Viny mirip. Okta lebih! Mereka itu kakak adik ya? Hih. Aku pusing. Bingung. Penasaran. Ya Tuhan!

"Wih! Pasti kamu ditraktir ya, Shan? Uuuu... Aku gak jadi marah deh kalo kamu perginya sama Ka Viny." Manda menyeru dengan suara nyaring. Telingaku sakit. Dia menjitak-jitak kepalaku.

Ini lagi. Apa maksud dia bilang gak jadi marah karena aku ke kantin dengan Ka Viny? Memangnya kalau dengan orang lain salah? Manda juga sama anehnya.

Aku bingung. Terlalu banyak teka-teki, bahasa terselubung yang sulit dimengerti.

TBC

Vote commentnya jangan lupa ya!

It's Okay To Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang