Dari kejauhan aku melihat sosok bunda Icut dengan rantang besar di tangannya. Belakangan ini binda Icut sering berbelanja barang dagangan ke Medan hingga akhirnya sering juga menjenguk anaknya di pesantren. Bunda Icut adalah seorang pedagang kain dari Aceh. Beliau tampak gigih mencari nafkah. Banyak hal yang Icut ceritakan tentang keluarganya. Namun, jika ditanya perihal ayahnya maka Icut hanya diam membisu. Sejak itu, kami tak pernah lagi mengulang oertanyaan yang menyangkut ayahnua, mungkin hal itu adalah rahasia Icut sendiri. Kami pun tak mengerti.
"Benar-benar hari hoki yang sempurna," pikirku. Setelah asyik tampil lalu ditunjuk sebagai pemenang, kini kami ditawarkan menunjuk makanan enak yang bunda Icut siapkan. Di bawah atap pondok kecil khusus bertamu ini, angin begitu ramah menyapa.
canda dan tawa jadi bumbu pelengkap saat makan siang kali ini. Tak ada polesan keluh di sana, bunda Icut dengan semangat mendengarkan kami yang saling bangga bercerita tentang latar belakang prestasi kami masing-masing, aku lebih senang lagi melihat raut kebahagianan di mata Manda ketika bercerita. Sungguh, hari yang cerah dan terasa makin cerah ketika pemilik senyuman sempurna yang kala itu kulihat kini lewat dengan pakaian resmu 'PERSIA' (Persatuan Silat Al-Amanah) lengkap dengan sabuk biru di pinggangnya.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA CINTA PESANTREN
RomanceMarShila Silalahi yang terlahir sebagai anak yang cerdas, bahkan mendekati kata genius. Namun, ia memiliki sedikit kenakalan yang menurutnya hanya berbeda sangat tipis dengan kreativitas. meski hidup di pesantren tidak mudah, kegigihan dan kecerdasa...
