Syajaratun Mafhum (2)

3.5K 101 0
                                    

Cerita itu pun berlanjut di kantor persidangan. Rasa lega yang tak seharusnya ada melekat di benakku karena hanya Zubed yang terseret ke mahkamah. Dengan wajah sedikit menyesal, kami mengantarkannya sampai ke depan kantor bahasa.

'Zubed yang malang!  Semoga berhasil di persidangan,' benakku.

Dengan modal kamus Arab tebal bernama Munjid (Kamus bahasa arab yang terkenal) ditangannya, Zubed mencoba pasrah, "Fighting! Cahyo!" kataku dengan suara kecil dari kejauhan memberi semangat setelah melihat wajahnya yang kini kulai memucat.

Namun, kini semangat yang ingin kuberikan pada Zubed malah tertular pada diriku sendiri saat menatap mangga mengkal yang besar di atas pohon di depan kantor bahasa itu.  Seakan-akan aku mendengar para mangga itu merayu dan memanggil-manggil namaku.

"Ayo, Shila ... raih kami! Kami sangat banyak di sini. Tak ada seorang pun yang mau mengambil kami. Ayo, Shila ... kami sangat nikmat. Asem-asem manikmat (jamak dari nikmat versi Shila)" begitu bunyi rayuannya.

❤❤❤

CAHAYA CINTA PESANTREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang