Kakiku kubiarkan melangkah, menjalankan tugasnya sebagai sepasang kaki. Pikiranku mulai menerawang, mengingat sosok Abo kecil. Dia adalah teman dekatku semasa duduk di bangku sekolah dasar. Abo kecil selalu memberanikan diri untuk dapat sebangku denganku.
Mulai dari kelas satu hingga kekas empat, kami selalu duduk sebangku. Namun, tidak pada kelas lima dan kelas enam. Hal itu di sebabkan pada saat penerimaan rapor prestasi di akhir kelas empat, dia berani mencium pipiku.Aku menangis. Sedih sekali. Hingga aku membiarkan Kak Andika, kakakku yang ketiga memukulnya keras hingga hidungnya berdarah. Sejak kejadian itu, sikapnya berubah padaku. Dia sama sekali tidak memintaku untuk duduk sebangku lagi dengannya. Perasaan sedih dan kesal berkelumut di hatiku melihatnya lebih memilih duduk dengan Asmaul Husna, teman sekelas kami. Meskipun begitu, aku tetap mau membantunya mengerjakan PR sebab dia tetaplah sahabat terbaikku saat itu. Sahabat yang manis, baik hati, tidak pelit, dan lebih cengeng daripada perempuan.
❤❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA CINTA PESANTREN
RomanceMarShila Silalahi yang terlahir sebagai anak yang cerdas, bahkan mendekati kata genius. Namun, ia memiliki sedikit kenakalan yang menurutnya hanya berbeda sangat tipis dengan kreativitas. meski hidup di pesantren tidak mudah, kegigihan dan kecerdasa...