Entah sudah berapa lama Naufal kembali duduk di ayunan kayu ini. Bayangan masa lalu masih terbayang jelas di depan matanya.
Di taman mini ini, mereka sering menghabiskan waktu hingga petang datang.
Naufal masih ingat jelas bagaimana tempat ini memberikan kehangatan bagi persahabatan mereka, ketika itu mereka masih duduk di bangku kelas IX SMP.
Lima bocah membentuk sebuah lingkaran dengan susunan Naufal, Khansa, Kiki, Evan, dan Alfin.
Permainan kartu selalu menjadi andalan mereka untuk mengisi waktu kosong. Permainan ini bukan permainan biasa, bagi yang kalah harus di berikan sanksi, sanksinya terkadang berupa coretan di sebuah wajah, baju, dan dibuku catatan mereka menggunakan spidol hitam permanen.
"Idih... Naufal curang...!!"Teriak Khansa saat mendapati Naufal tengah mengintip kartu miliknya yang sengaja ia sembunyikan.
"Mainnya sportif dong Fal.."Tambah Kiki dengan tatapan sinis mengarah pada Naufal.
"Yaelah, cuma ngelirik doang, gak sampai merhatiin satu-satu kali Sa.."Elak Naufal sambil menurunkan satu kartu miliknya menantang kartu milik Alfin.
"Yahh... elo Fal, sahabat sendiri.lo lawan.."Naufal hanya bisa menampilkan senyuman licik dibibirnya mendengar ucapan Alfin.
"Dalam permainan ini, tidak ada yang namanya persahabatan antara kita. semuanya adalah lawan, right ??"Evan selalu menjadi titik tengah antara mereka, membenarkan apa yang salah dan memperbaiki apa yang di anggap rusak.
Begitupun dengan reuni ini. Ia yang mengusulkan kepada Kiki dan Alfin agar mengadakan reuni kecil-kecilan mengingat hubungan Naufal dan Khansa yang semakin merenggang.
Ditengah permainan itu, Khansa selalu menjadi bahan coretan oleh keempat sahabatnya. Pintar dalam pelajaran belum tentu pintar dalam game.
"Kayaknya bentar lagi ujan deh.. Gue cabut duluan yah.."Alfin mengambil barang-barangnya lalu menggayuh sepedanya meninggalkan rumah Kiki yang tak jauh dari kompleks rumahnya.
"Gue juga harus cabut nih.. duluan yah..."Evan mengikuti jejak Alfin dari belakang menyisakan Naufal, Khansa dan Kiki.
Naufal melirik Khansa yang tengah menengadah melihat langit yang semakin mendung. Awan hitam bertebaran seakan menjebak mereka dalam sebuah ruang gelap gulita.
Disamping Khansa ada Kiki yang menatap cemas kedua sahabatnya mengingat kompleks rumah mereka berada agak jauh dari sini.
"Are you ready ??"Tanya Naufal sambil menatap Khansa lekat-lekat. Khansa membalas tatapannya dengan senyum kecil yang terukir dibibirnya membuat kecantikannya semakin bertambah tanpa sedikitpun berusaha menjadi cantik."ready."Jawabnya dengan yakin.
Naufal ikut tersenyum lalu mengulurkan tangannya kearah Khansa, Khansa menerima uluran tangan itu membuat keduanya saling bergandengan tangan menuju sepeda milik Naufal.
"Ki, kamu pulang dulu yah..."Pamit Naufal pada Kiki yang masih setia berdiri di beranda rumahnya mengantar kepergian kedua sahabatnya.
"See you tomorrow beib.."Tambah Khansa yang kini duduk di boncengan sepeda Naufal sambil memegang erat ujung kaos milik Naufal.
Kiki tersenyum, ia melambai-lambaikan tangannya keatas melepas kepergian mereka."Take care yah..."Ujarnya sedikit berteriak karena Naufal telah mengayuh sepedanya sedikit menjauh dari beranda rumahnya.
Beberapa kali kilatan listrik di udara seakan memberikan peringatan pada mereka disertai bunyi gemuruh yang entah mengapa terdengar lebih menakutkan dari biasanya. Bahkan langit terlihat jauh lebih gelap sebelum waktunya.
Naufal meraih tangan Khansa lalu melingkarkan tangan tersebut di pinggangnya. Khansa mempererat pelukannya saat menyadari Naufal menggayuh sepedanya semakin cepat.
Lebih cepat,
dan semakin cepat lagi. Hingga,
Satu titik,
dua titik,
tiga titik,Hingga titik-titik berikutnya memberikan efek basah pada tubuh mereka. Yah, mereka menerobos hujan yang menghadang perjalanan mereka.
"Sa, Lo gak papa kan..?? Mau nyari tempat berteduh gak ??"Tanya Naufal sedikit berteriak agar Khansa dapat mendengar apa yang ia ucapkan.
"gak perlu Fal."Naufal bisa merasakan kepala Khansa menyandar di punggungnya dengan pelukan yang semakin erat.
Naufal tahu, Khansa adalah orang yang paling takut dengan hal-hal yang menantang. Bahkan ia termasuk wanita yang parnoan. Tapi entah mengapa semua rasa takut itu selalu hilang saat dirinya berada didekat Naufal.
Naufal seakan jadi tempat pelindung baginya dan itu sudah berlangsung sejak kecil. Sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Fyi, diantara mereka berlima, persahabatan yang paling lama terjalin adalah antara Naufal dan Khansa.
Mereka tumbuh di kompleks yang sama, sekolah di tempat yang sama, bahkan tak jarang mereka menghabiskan hari libur dengan berpetualang ke tempat-tempat yang belum pernah mereka jelajahi sebelumnya seperti eksplor Pohon tua besar yang terkenal angker pada malam jumat kliwon.
Tentunya itu semua tidak akan terjadi tanpa Naufal si pemberani di sampingnya.
Naufal meraih tangan Khansa, Ia merasakan getaran dalam genggamannya. Tak perlu menunggu lama, Naufal telah memberhentikan sepeda itu pada sebuah pondok yang berada di pinggir jalan.
*******
Part ini sedikit mengungkapkan tentang bagaimana hubungan kelima sahabat ini dulunya.
penasaran bagaimana kelanjutannya pas mereka berada di pondok ???
Tunggu part selanjutnya yah...!!
Jangan Lupa Vote dan Comment:-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Anak SMA
Teen FictionNovel ini menceritakan tentang kisah asmara anak SMA. Remaja yang pemikirannya masih sangat labil. Naufal dan Khansa adalah dua orang sahabat yang terjebak oleh sebuah perasaan cinta. Berawal dari sebuah permainan truth or dare, Naufal menantang Kha...