Tiga Tahun Kemudian..
Hari ini adalah hari minggu. Tidak ada kuliah atau hal semacamnya. Boleh dikatakan hari minggu adalah harinya para mahasiswa bebas melakukan apa saja, termasuk liburan atau hanya sekedar nongkrong dibalik selimut tebalnya.
"Umi.. Naufal berangkat yah." Pamit Naufal sambil menyambar kunci mobil yang ada diatas meja.
Umi yang sedang menyetrika hanya bisa berkata,"hati-hati.. jangan ngebut."
Naufal tersenyum tipis mendengar jawaban umi. Ia sudah sangat hafal betul dengan kata-kata ini. Kata-kata yang hampir setiap hari ia dengar lewat mulut umi saat ia hendak pamit.
"Oh iya, jangan lupa bunganya sayang. Umi titip salam untuk Khansa yah. Maaf gak bisa ikut hadir." Ujar umi mengingatkan sebelum Naufal benar-benar pergi.
Naufal kembali tersenyum tipis sambil berjalan meraih karangan bunga yang tergeletak diatas meja. Dan tak mau membuang waktu terlalu banyak, Naufal akhirnya berlalu meninggalkan umi yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk menempuh perjalanan sampai pada tempat ini. Tempat yang begitu sejuk diantara beberapa pohon rindang yang mengelilinginya.
Naufal terus melangkah dengan sebuah karangan bunga ditangannya. Pada jarak sekitar tiga puluh meter dari tempat Naufal berdiri, pandangannya menangkap sosok wanita berjilbab hitam sedang menuang air pada salah satu makam tujuan Naufal.
Dan kalian harus tahu, debaran jantung yang sempat hilang selama beberapa tahun kemarin kini kembali muncul tanpa aba-aba, tanpa peringatan, bahkan tanpa kode apapun.
Naufal terus melangkah mendekati makam itu. Pandangannya hanya fokus pada satu arah, yaitu pada sosok wanita yang masih serius dengan aktivitas penaburan bunga pada untuk makam didepannya.
Tepat beberapa langkah dari makam tersebut, sang wanita mengangkat pandangannya. Dan.....
Teekk..
Untuk kali pertama setelah beberapa tahun kemarin, kedua pasang mata ini kembali dipersatukan dalam satu kontak mata yang begitu dalam. Sangat dalam, hingga degup jantung yang tak biasa itu kembali muncul setelah lelah bertahan dari tempat persembunyiaanya.
Senyum lebar berhasil keluar lebih dulu dari wajah cantik wanita ini. Kedua matanya berkaca-kaca menatap Naufal yang tak bergeming di tempatnya.
"Hai..." Sapanya masih dengan senyum manis dibibir mungilnya.
Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna semuanya. Suara itu menyadarkan Naufal kalau ini bukan mimpi. Ini nyata.
Dan---dia---kembali.....
Naufal kembali melangkah menghampiri wanita itu. Semakin dekat, begitu dekat hingga hanya menyisakan jarak satu langkah dari tempat wanita itu berdiri.
Tak ada kata yang mampu keluar dari mulut masing-masing. Hanya mata yang mampu berbicara, seakan menjelaskan apa yang telah terjadi beberapa tahun kemarin.
"Kenalkan, aku Prisca Khansa Bramasta. Mahasiswa kedokteran Harvard University. Kamu boleh memanggilku Prisca, boleh Khansa, terserah mana yang membuat kamu nyaman." Ujar wanita itu sambil menjulurkan tangan kanannya kearah Naufal.
Naufal meneguk ludahnya sedikit kasar, senyum kecil akhirnya berhasil timbul dari bibirnya. Senyum yang begitu manis. Benar-benar sangat manis.
Naufal bukannya menerima uluran tangan itu melainkan membawa tubuh wanita itu kedalam dekapannya. Sangat erat, seakan takut akan kehilangan wanita itu lagi dalam hidupnya. Cukup kemarin ia merasakan kehilangan. Hari ini dan kedepannya, jangan sampai terulang kembali.
"Aku Muh. Naufal Afkar As'ad. Mahasiswa bisnis dan manajemen Oxford University. Senang menemukanmu kembali, Pris--ca." Kata Naufal sedikit berbisik tepat disamping telinga wanita yang ada dalam dekapannya itu.
Wanita itu tersenyum, ia membalas pelukan Naufal. Pelukan yang harusnya bisa melepaskan rasa rindu yang membuncah selama beberapa tahun kemarin. Pandangannya tertuju pada makan didepannya, dan suara lirih keluar dari mulutnya.
"Aku kembali menemukannya, Sa. Aku kembali menemukannya. Dan aku tau, diatas sana kamu sedang tersenyum bahagia kan..??"Yah, dia adalah Prisca. Prisca Aisya Bramasta. Cewe paling ceroboh yang pernah Naufal kenal. Dan saking cerobohnya, hatinya saja di biarkan jatuh pada seorang cowo yang tak punya komitmen dalam hidupnya.
Yah, dia adalah Naufal. Naufal yang jauh dari kata sempurna. Bahkan, ia sendiri belum bisa membedakan mana cinta dan mana sahabat. Tapi sekarang diumurnya yang ke 20 tahun ini, semua yang ada pada dirinya telah berubah. Pendirian, pemikiran, komitmen, semuanya telah berubah.
Naufal bukan lagi seorang remaja labil yang buta akan dunia. Tapi sekarang, dia adalah pria dewasa yang penuh ambisi dalam hidupnya.
Sebuah kata-kata yang pernah umi ucapkan waktu itu kembali terngiang ditelinga Naufal.
"Dia ambisius, sama ambisiusnya dengan Khansa. Dia juga cerdas, sama cerdasnya dengan Khansa. Dia tertutup, sama tertutupnya dengan Khansa. Tapi bedanya, Khansa lembut dan dia tegas. Khansa mudah berbaur, dia sulit berbaur.Khansa ada didalam diri Prisca tapi Prisca belum tentu ada didalam diri Khansa.
Prisca punya dunianya sendiri sayang, dan itu sulit untuk di ubah. Prisca pernah bilang kepada umi waktu itu, katanya dunia ini hanya abu-abu baginya, tak ada yang menarik dan tak ada yang berwarna didalamnya."
Naufal tersenyum simpul. Ia bersyukur Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bersama dengan wanita yang dicintainya.
"Kuharap, kehadiranku disisimu memberikan warna dalam hidupmu. Bukan lagi dunia abu-abu, tapi lebih kepada dunia pelangi."
_The End_
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Anak SMA
Teen FictionNovel ini menceritakan tentang kisah asmara anak SMA. Remaja yang pemikirannya masih sangat labil. Naufal dan Khansa adalah dua orang sahabat yang terjebak oleh sebuah perasaan cinta. Berawal dari sebuah permainan truth or dare, Naufal menantang Kha...