Selesai mata pelajaran pertama, kelompok yang diketuai Renata memberikan tugas kelompok empat mereka kepada ketua kelas.
"Aldin." Renata memanggil ketua kelas bernama Aldin. Cowok itu akan beranjak diambang pintu kelas.
Aldin menoleh dan menatap Renata. "Apa?"
"Temenin boleh? Lagi bosan di kelas."
"Boleh. Aku minta tolong pegang tugas teman-teman lain boleh?"
Renata mengangguk-angguk dan Aldin memberikan sebagian paper ilmiah kepada Renata.
Depan ruangan guru, Renata dan Aldin berpapasan dengan Ibu Sofia yang akan beranjak keluar dari ruangan guru.
"Eh. Aldin, Renata," sapa Ibu Sofia.
"Iya, Bu." Renata dan Aldin membalas sapaan Ibu Sofia dengan sopan.
Ibu Sofia menoleh pada setumpuk paper dipegang Renata dan Aldin. "Tugasnya taruh saja di meja, Ibu."
Renata dan Aldin mengangguk. "Baik Bu. Makasih Bu."
Ibu Sofia tersenyum dan kembali melangkah pergi menuju kelas akan beliau masuki.
Paper ilmiah dipegang Renata dan Aldin telah di letakkan di atas meja Ibu Sofia. Lalu mereka melangkah keluar dari ruang guru, beberapa guru dilewati mereka.
Tiba di kelas ke empat tak jauh, Renata melihat seorang cowok berjalan entah menuju ke mana, namun langkah kaki cowok itu tampak cepat dengan ekspresi serius. Penasaran menyelimuti hati Renata.
Renata menoleh kepada Aldin berjalan sejajar di sebelah. "Aldin, maaf aku ke toilet dulu. Kamu duluan aja ke kelas."
"Tapi lo jangan lama-lama, nanti gurunya masuk duluan ke kelas."
Renata mengangguk, lalu ia segera menyusul langkah cowok belum jauh berjalan di arah utara.
Taman belakang sekolah tempat terakhir langkah Renata terhenti. "Arka ada urusan apa di tempat ini?"
Setengah mengintip, Renata melihat selain bukan Arka di sana. Ada dua orang bersama Arka.
Renata yang bersembunyi di balik dinding dekat pilar tidak jauh, mendengar baik-baik apa saja yang mereka bicarakan.
Terdengar suara pukulan. Renata tertegun melihat Arka terpukul tepat pada rahang. Arka terjatuh berlutut. Renata melihat kejadian itu tercengang dan berseru, "Arka!"
Renata segera keluar dari tempat persembunyian dan menghampiri Arka.
"Renata?!" Arka terkejut.
"Kamu gapapa?" tanya Renata khawatir.
Arka menggeleng kepala dan mengernyit. "Kamu ngapaian di sini?"
"Harusnya yang bertanya seperti itu aku!"
"Sana ke kelas aja." Arka mengusir tanpa ragu.
"Nggak!" tolak Renata langsung. Lalu Renata bergidik sedikit ngeri melihat darah di sudut bibir Arka. "Kamu kenapa bisa ditonjok sih?"
Arka tak menjawab, seakan-akan mengabaikan kehadiran Renata.
Semenjak bersembunyi di balik dinding dekat pilar, Renata memang tidak mendengar apapun dikatakan Arka maupun dua cowok di hadapan Arka. Apa saja mereka bicarakan tak dapat Renata dengar. Kemungkinan ada sesuatu lain terjadi dan pasti masalah itu tidak mudah diselesaikan. Tapi bukan dengan cara kasar harus menyelesaikan masalah itu. Renata mendengkus kasar.
Arka menyeka darah segar mengalir di sudut bibir.
"Renata, sekarang balik ke kelas. Ini bukan urusan kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR LIEFDE | Tchs #1
Teen Fiction#REVISI [R14+] [√ SELESAI] [The Choice Heart Series #1] Affair Liefde © 2018, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo Illustration & Designer: MPH/MDee ...