Kaki Renata tiba-tiba terkilir karena mengejar langkah guru Matematika. Kertas hasil kuis dadakan ia dan Karina hanya terlambat dua detik dikumpulkan dan mereka sekarang harus mengejar langkah guru Matematika.
"Masih kuat jalannya?" tanya Karina kepada Renata.
Renata mengangguk.
Renata dan Karina berhasil mengantar kertas hasil kuis dan beruntung masih diterima.
"Rena, ini mau balik ke kelas?" tanya Karina.
Mata Renata memandang lurus. "Aku ke uks aja. Mau ngobatin kaki."
"Mau aku temenin?"
"Enggak usah aku bisa sendiri."
"Tapi ... kalau tiba-tiba kamu jatuh gimana?"
"Aku bukan anak kecil harus dijagain, Karina."
"Kalau kamu enggak mau ditemanin, jalannya pelan-pelan ke uks," kata Karina. Melihat cara Renata berjalan dengan kesakitan pada kaki, tidak dapat dipungkiri rasa khawatir bersarang di benak Karina.
Renata dan Karina berpisah dekat tangga menuju ke kelas dan Renata menuju ke uks dengan langkah pelan.
Dari kejauhan, Ranata mengernyit melihat punggung dua teman dikenalnya.
"Antonny! Arka!" panggil Renata.
Antonny dan Arka membalikkan badan dan menatap Renata dengan dahi yang berkerut.
"Rena," jawab Anton dan Arka.
Antonny dan Arka menghampiri Renata.
"Kenapa di luar? Kelas enggak ada guru, ya?" Antony bertanya dahulu.
"Ada dan baru saja selesai, setelah ini masih ada pergantian pelajaran. Tapi aku harus izin."
"Izin? Memangnya kamu mau ke mana? Jangan bilang mau bolos? Ya ampun Renata kita ternyata sudah gede sudah mau bolos-bolosan." Arka menepuk-nepuk puncak rambut kepala Renata.
"Arka apaan sih. Aku nggak bolos! Kaki aku lagi sakit. Terkilir. Jalan terus tulang pergelangan kaki aku patah nantinya."
"Kaki kamu terkilir?" Arka mengubah tatapan menjadi prihatin kepada Renata.
Renata mengangguk.
"Aku lihat ya," kata Arka sembari congkok dan memeriksa pergelangan kaki Renata yang terkilir. "Rena, kaki kamu harus cepat di urut. Aku urut kaki kamu tapi harus tahan sakitnya, oke?"
Mata Renata mengerjap empat kali.
"Ka, tunggu. Kamu bisa urut kaki? Kamu enggak akan memperparah kaki aku, kan?" tanya Renata terlihat ragu.
"Bisa. Oh iya dua kelas yang tidak jauh dari sini, ada bangku, kamu nanti duduk di sana. Lalu tahan oke? Kalau mau teriak jangan kencang-kencang nanti aku dan Anton dikira apa-apain kamu." Arka menjelaskannya.
"Oke."
Renata duduk dan Arka berjongkok lalu mulai mengurut kaki Renata dengan satu kali urut.
Renata sempat berteriak sakit. Namun beruntung, suara Renata tidak sekeras toa.
"Oke sudah. Coba kamu berdiri dan berjalan pelan," kata Arka.
Renata berdiri lalu berjalan pelan, rasa sakit itu sudak tidak ada lagi.
"Makasih, Ka."
"Sekarang mending lo balik aja ke kelas." Anton berujar memberikan saran.
"Udah terlanjur telat. Kalau masuk pasti sudah bolos, Ibu Ella tidak suka ada siswa yang telat masuk pelajarannya. Apalagi kalau dia udah jelasin materi, yang ada aku kena semprotan pedasnya." Renata menjelaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR LIEFDE | Tchs #1
Teen Fiction#REVISI [R14+] [√ SELESAI] [The Choice Heart Series #1] Affair Liefde © 2018, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo Illustration & Designer: MPH/MDee ...