BAB 21

131 6 0
                                    

Renata mendengus kesal dan merasakan tubuhnya mulai kelelahan tapi, ia harus belajar dan banyak belajar materi sebagai bayangan soal untuk olimpiade perlu ia pelajari.

Renata mendongak dan menatap jam menunjukkan waktu dini hari.

"Renata semangat!" gumam Renata seraya mengumpulkan kembali semangat.

Satu jam kemudian dan Renata tersenyum penuh kemenangan. Detik-detik terakhir mendekati pukul setengah dua lebih enam menit dini hari, tugas rangkuman Renata rasakan agak berat terselesaikan.

Renata memundurkan kursi dari hadapan meja belajar lalu ia bangkit dari duduk dan kemudian ia mematikan lampu meja belajar dan pergi menuju tempat tidur.

Terik matahari pagi mulai menampilkan pesona sinarnya dan Renata telah selesai berpakaian dan memakai sepatu.

Orang-orang di sekolah mulai ramai. Hari ini adalah hari Senin dan upacara bendera adalah kegiatan awal dilakukan sebelum masuk pelajaran.

Tidak lama kemudian upacara di mulai.

Satu hal mengecewakan berada di barisan belakang adalah banyak orang yang saling dorong-mendorong dan Renata kali pertama memilih masuk dalam barisan belakang.

Renata menghela dan mengembukan napas. Seseorang di belakang, membuat Renata baru saja mengatur arah topi kembali tergesar dan tubuhnya terdorong sedikit ke depan. Dengan raut wajah kesal, Renata menutar kaki dan menatap ke belakang dan berseru, "Hei jangan dorong-dorong! Sakit."

Kening Renata mengernyit. "Yudistira?"

Yudistira menoleh. "Renata!"

"Jangan dorong-dorong," kata Renata.

"Salahin Novaldi yang dorong-dorong gue," kata Yudistira seraya menunjuk Novaldi di belakang.

"Kalian diam dong. Gue gak mau kena marahan Pak Agus." Novaldi menyahut seraya memerhatikan sekitar.

"Dasar murid teladan," kata Yudistira sebal kepada Novaldi. Tatapan Yudistira beralih kepada Renata. "Renata ada yang mau gue omongin nih," suara Yudistira terdengar membisik.

"Apa?"

"Lo kemarin nyaksiin wajah dingin Kak Indra saat ngambil cincin apa lah itu, kan?"

"Terus harus kaget, gitu?"

"Bukan. Astaga otak lo telmi banget sih." Yudistira bersungut sebal. "Gini. Gue dengan cowok yang di belakang gue— Novaldi—kita tiba-tiba kepo."

"Apa hubungannya sama aku?" tanya Renata sambil menautkan kedua alisnya.

"Intinya kepo. Siapa cewek yang punya cincin seperti punya Kak Indra. Gitu. Mungkin lo tahu."

"Kasih saran, mau?"

Yudistira mengangguk. "Boleh. Boleh. Apa tuh?"

"Coba kamu tanya langsung ke orangnya."

"Lo gak waras?! Gue akan di kacangin."

"Kan, itu satu-satu caranya."

"Males gue ngomong dengan lo. Gak ada jawaban memuaskan gue terima dari lo."

Yudistira pun diam.

Pandangan Renata kembali melurus. Namun, Renata juga penasaran siapa cewek itu dan mengenai cincin inisial Ra&Re.

'Dasar Yudistira menyebalkan.' Renata merutuk dalam hati.

"Oh iya, Reehnata."

Lagi-lagi Yudistira bersuara kembali.

AFFAIR LIEFDE | Tchs #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang