BAB 18

153 11 0
                                        

Indra kembali menatap Renata dan tersenyum kecil. "Beneran tidak terjadi apa-apa tadi?"

Renata menggeleng.

Dering ponsel Renata dalam di genggaman tangan tiba-tiba bergetar.

Renata segera mengusap layar ponsel itu.

"Halo ya Bianca."

"Lo di mana sih?" tanya Bianca di balik kepada Renata.

"Maaf aku lagi nyari angin," jawab Renata bohong. "Gue balik nih ke kelas."

"Ya sudah cepat ... sudah gelap. Karina khawatir ketika tahu lo tidak kembali ke kelas."

Empat menit kemudian panggilan telepon dari Bianca berakhir.

Renata menatap kembali ke arah Indra. "Kak Indra masih mau di sini?"

"Lo tadi udah di telepon, ya?"

Renata mengangguk.

"Apa itu Karina?" tanya Indra.

Kening Renata mengernyit. "Bukan. Tadi Kak Indra dengar aku sebut nama Bianca. Tapi bagaimana Kak Indra kenal dengan Karina?"

"Kita temenan. Dia tidak mengatakannya kepadamu?"

Lagi-lagi Renata menggeleng dengan tampang lugu dan polos. "Karina tidak pernah bilang, kalau dia temenan dengan Kak Indra."

Di ujung koridor secara perlahan terdengar suara teriakan seseorang, Indra dapat mendengar suara tersebut, dikarenakan pendengarannya cukup tajam layaknya pendengaran lumba-lumba.

Indra tiba-tiba memberikan senyuman tulus pada Renata dan Renata mengernyit memerhatikan senyuman Indra.

"Yuk ... kita balik ke kelas, teman-teman lo semakin cemas nyari lo nanti," ujar Indra sambil bangkit dari tempat duduk.

Renata dengan lugunya mengikuti perintah Indra. Namun ada perasaan hangat dan nyaman ketika mereka mengobrol bersama tadi.

Renata tanpa sadar tersenyum bahagia sekaligus senang. Sisi kelembutan Indra saat ini sangat Renata sukai dan tanpa sadar, hati terdalam Renata ikut berseri bahagia.

Renata dan Indra berpisah ketika kelas Renata sudah tidak jauh. Indra lagi-lagi memberikan senyuman manisnya. Renata membalas senyuman tersebut. Setidaknya untuk hari ini, dia terhibur dengan perhatian dari Indra.

Renata berjalan dan memeriksa lagi isi tasnya, barangkali buku dan alat tulisnya tidak tertinggal.

Renata menatap sekeliling isi kelas, suasana tampak sunyi dan horror.

Ponsel yang berada ditangan Renata tiba-tiba berbunyi. Renata menjawab panggilan telepon itu.

"Kamu di mana sih, Renata?" tanya Karina di telepon.

"Di kelas. Kalian di mana?"

"Renata .... aku dan Bianca di lantai tiga sekarang, nyari kamu yang tidak ada di lantai satu dan dua. Kamu tunggu aku dengan Bianca di situ, jangan ke mana-mana!"

"Iya, iya. Cepetan ya, aku takut. Kelasnya horror." Renata menatap sekeliling kelas, tampak horror.

"Siapa yang suruh hilang tanpa kabar? Enggak ada, kan. Kamu sendiri yang pergi," omel Karina membabibu.

Sepuluh menit kemudian.

Langkah derap kaki yang tergesah-gesah terdengar oleh kedua telinga Renata. Dengan spontan Renata berdiri dari duduk dan berjalan menuju ujung pintu kelas.

AFFAIR LIEFDE | Tchs #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang