BAB 16

135 10 0
                                        

Pak Agus mendekapkan tangan ke dada seraya bersandar di kursi zona nyamannya dan berkata, "Karena bidang akademik sains kalian sangat bagus, saya telah merekomendasikan kalian mengikuti Olimpiade Sains tingkat Nasional. Namun, jika kalian lulus di Olimpiade Sains Nasional, pihak Queensferry perusahaan sepuluh besar di Indonesia sebagai sponsor olimpiade tersebut, menawarkan perjanjian yang menjanjikan. Jika ada tiga siswa berbakat lulus, mereka akan dibawa lagi ke tahap olimpiade sains international dan akan diberikan kontrak kerja selama tiga tahun diperusahan mereka."

Semua siswa yang dipanggil ke ruangan Pak Agus saling menatap. Ada yang biasa saja tampangnya, ada yang ambius setelah mendengar perjanjian dari olimpiade tersebut. Olimpiade kali ini bisa dijadikan sebagai batu loncatan masuk ke perguruan tinggi yang bergengsi. Ada juga yang sangat senang dengan isi tawaran tersebut.

"Pak, apa saya boleh tahu kapan pelaksanaan olimpiade tersebut?" siswa bergaya rambut slicked bertanya.

"Bulan depan olimpiadenya di mulai. Dan senin depan kalian akan mengikuti karantina di asrama Star High," kata Pak Agus.

Renata tiba-tiba menatap ke arah Karina, namun mata Karina terfokus ke arah lain. Dahi Renata mengernyit. Renata mengikuti arah tatapan Karina.

'Kak Indra?' Renata membatin.

Renata memanggil Karina dengan suara pelan, "Na? Karina!"

Karina menoleh akhirnya. "Oh, Renata. Ada apa?"

"Kamu bakal ikut olimpiade ini, kan?"

"Aku mau sih. Kamu gimana?" Karina berbalik bertanya.

"Ikutlah. Gak mungkin aku buang kesempatan yang sulit ini."

"Oke, kita gak boleh mundur kalo gitu." Karina kemudian menatap ke arah Arka dan menepuk bahu Arka.

Arka terlihat terkejut dan bertanya, "Apa?"

"Kamu bakal ikut olimpiade ini kan?" tanya Karina.

Arka mengangguk.

Hal ini merupakan kesempatan Arka, membantu kedua orangtuanya. Semenjak kecelakaan tiga tahun lalu Arka menjadi tulang punggung keluarga. Ayahnya mengalami kelumpuan di kaki dan Ibunya syukur tidak mengalami luka berat hanya luka ringan. Hanya saja Melviani-sang Adik menjadi korban dalam kecelakaan itu. Ketika itu Arka menjadi seorang pendiam dan membatasi interaksi dengan teman-teman sekelasnya.

Ketika semua orang telah pergi dari ruangan Pak Agus, tiba-tiba lengan Karina ditahan seseorang.

"Bisa kita bicara empat mata?" tanya Indra, sorotan mata Indra menatap memohon.

"Mengenai Renata?"

"Satu kali ini saja gue mohon ke elo, Karina. Bukan di sini tempat yang tepat. Gue ingin lo mendengarkan penjelasan gue."

"Penjelasan apa lagi kamu mau jelasin, Indra?! Karena kebodohan kamu, Renata hampir diperkosa dan karena insiden tragis itu kejiwaan Renata terguncang. Renata harus menjalani penanganan khusus kejiwaannya," kata Karina marah dan suaranya setengah meninggi.

"Na, gue mohon jangan buat dinding antara gue dengan Renata. Gue tahu semua-"

Karina tiba-tiba tertawa sarkastis dan memotong ucapan Indra. "Karena kamu," tuding Karina, "Renata hilang ingatan. Kamu kayak iblis, Ndra. Iblis berhati-"

Tiba-tiba seseorang memegang bahu Karina, secepat kilat Karina menoleh.

"Arka?!" jawab Karina terkejut.

Arka tersenyum tipis, tetapi di balik senyumannya ada maksud lain. Aura Arka dingin, Karina seperti merasakan aura tersebut.

Arka maju satu langkah ke arah Indra. Sorotan tatapan Arka tajam dan marah.

"Obrolan yang menarik," kata Arka. "Jadi, cowok berengsek itu, ini?! Cowok yang ninggalin Renata menunggu kamu dengan bodoh pada malam hari di taman?!" Arka menarik kerah baju Indra.

"Lepas!" bentak Indra.

"Kenapa? Enggak suka?" sinis Arka.

"Gue bilang lepas, lepas!"

"Dari sekarang jauhi Renata." Arka menatap memicing marah. "Cowok seperti kamu hanya akan menyakitinya."

"Lo bukan siapa-siapa Renata, kan?" Indra dengan kasar melepaskan cengkeraman tangan Arka dari kerah baju.

"Aku-"

"Arka berhenti. Aku tidak mau kamu berantem di sini. Kita masih di depan ruang guru." Karina mencoba menenangkan Arka. "Dan untuk kamu, aku sependapat dengan Arka. Aku ingin kamu ngerti dan sependapat dengan Arka dan aku."

"Memang aku bukan siapa-siapanya, tapi Renata sudah aku anggap sebagai Adik aku. Kamu berani nyakitin Rena lagi, aku yang akan hancurin kamu," tukas Arka.

Arka dengan cepat membalikkan badan dan menarik tangan Karina pergi meninggalkan Indra yang terpaku dengan wajah diam.

Indra kini tahu mengapa Renata tidak mengenal wajahnya pada pertemuan yang tidak sengaja ketika mereka saling menabrak. Kemudian, pada saat di ruangan piano, Renata tiba-tiba pingsan. Indra menerka itu karena nada piano ia mainkan.

Kedua poin itu sudah sangat jelas menjawab kebingungan Indra beberapa hari yang lalu. []

 []

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AFFAIR LIEFDE | Tchs #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang