D U A P U L U H

741 115 45
                                    

"Sweet accident? How about me?"

.

.

*****

Setelah mengantarkan sang adik di stasiun, Jimin langsung beranjak pulang. Karena dia tak ingin orang-orang mengetahui kehadirannya.

Tanpa pengamanan dan manajer, Jimin bisa-bisa mati kutu jika ada fans gila mengetahui kehadirannya di tempat umum bukan?

Seperti kata Ahreum tadi, Jimin langsung pulang menuju ke asrama.

Setelah mengendarai mobilnya lagi, namun belum sampai jauh dari letak stasiun tingkat kepekaan Jimin menangkap sesuatu.

Sesekali matanya melirik kearah spion mobil dan mengernyit heran.

"Mobil itu sedang mengikutiku kah?" gumamnya mendapati sebuah mobil yang berjarak tak jauh berjalan tepat di belakangnya.

Bahkan sesekali, mobil yang di duga mengikutinya itu juga sesekali memainkan lampu sein depan. Dan membuat konsentrasi Jimin sedikit buyar.

Rasa takut semakin terasa ketika Jimin benar-benar yakin bahwa mobil asing itu mengikutinya. Hal itu terjadi ketika Jimin berusaha mencari jalan lain, dan mobil itu mengikutinya. Apalagi saat Jimin menaikkan kecepatan, mobil asing itu bahkan semakin mendekat.

Akibatnya Jimin keluar dari jalurnya pulang.

Jimin tak perduli lagi, dia berusaha menghindar meskipun dipacu dengan degub jantung tak karuan.

"Sial!"

Jimin mengumpat ketika mendengar suara klakson bel asing itu.

Namja itu berhasil sampai di sebuah jalanan yang sedikit ramai, setidaknya lalu lalang mobil lain, membuat mobil asing itu tidak terlalu mengganggunya.

Bahkan ia juga sadar bahwa dirinya sudah sangat jauh dari pusat keramaian Kota Seoul. Pengalihannya tadi membuatnya tak sadar membuat dirinya menyetir sejauh ini.

Jimin berinisiatif untuk meminta bantuan.

"Aku tak mungkin menelpon para member!" kesalnya.

Ya, Jimin takut jika member membantu dan menyusulnya, mereka juga akan ikut bahaya. Apalagi Jimin yakin, pasti yang mengejarnya kali ini tak lain adalah seorang sasaeng fans.

Seperti biasa!

Kemudian, dia bernisiatif untuk menelpon manajer. Dan berakhirlah Jimin menggelengkan kepala cepat. "Jika aku menelpon hyungnim pasti aku akan dimarahi habis-habisan karena keluar tanpa sepengetahuan mereka."

Jimin melirik mobil asing itu lagi. Si pengendara gila itu semakin mendekati Jimin dengan klakson yang tak kunjung berhenti ketika Jimin merasa kini ia berada di jalanan yang sedikit sepi.

Keringat Jimin mulai bercucuran di pelipis.

Sesungguhnya tangannya gemetaran menggegam setir mobil. Dia belum pernah berada di situasi seperti ini sendirian.

Dan tanpa keyakinan apa-apa, Jimin reflek saja menelpon seseorang yang spontan tersirat difikirannya.

Ya, menelpon Ahreum dalam kondisi yang tak tenang. Berharap Ahreum bisa menolongnya dengan cara apapun.

"Ahreum-ah tolong aku!" ungkapnya langsung begitu si gadis menjawab teleponnya. Bahkan Ahreum juga terdengar sangat khawatir sekarang.

"..."

Jujur saja, Jimin samar-samar tak begitu yakin dengan apa yang dikatakan Ahreum di seberang sana. Konsentrasinya menyetir membuatnya membelah konsentrasi, dan itu sulit dilakukan untuk para pria.

SPY ;[BTS FF ONHOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang