D E L A P A N B E L A S

838 123 56
                                    

'Is there still a smile when you know the truth one?'

.

========

07.30 p.m KST

Ahreum terdiam di meja makan.

Tidak, ia tidak sedang makan. Hanya saja habis berdebat dengan sang paman beberapa menit yang lalu.

Sebuah berita yang tayang di media, membicarakan tentang kematian misterius seorang pengemis jalanan di Pulau Jeju. Luka tembakan dan segala keanehan yang ada.

Ahreum sudah mengira bahwa itu semua karna sang paman. Oh bukan! Tapi seseorang yang bernama 'Eagle Eye'. Namun mau tidak mau menerima kenyataan, bahwa orang tersebut ada di depan Ahreum kini.

Dia masih pamannya sendiri.

"Siapa yang menyurumu?"

James tersenyum miring, "berhentilah Jennie! Kau harus tahu pekerjaan kita terkadang tidak bisa memilih."

"Lalu kenapa korbannya itu seorang pengemis? Apakah client-mu benar-benar tidak memiliki musuh yang lebih berbahaya sedikit? Pengemis itu orang yang lemah."

James berdiri dari duduknya. Melangkah pelan mendekati Ahreum. Kemudian berjongkok di depan Ahreum. Membuat tubuhnya lebih pendek dari gadis itu.

Tangan James melayang ke kepala sang keponakan dan mengusapnya lembut.

Jangan tanya Ahreum yang kini menatap James dengan pandangan tajam.

"Ada beberapa orang di dunia ini yang berpura-pura untuk menutupi keburukannya. Dengan kata lain, ada beberapa orang di dunia ini yang seharusnya tidak kita percaya dengan mentah."

Ahreum mengernyit, "lalu apa bedanya dengan kita yang bahkan menghilangkan identitas asli?"

"Yang membedakan adalah jalan hidupnya sayang."

Ahreum masih diam. Berusaha untuk mencerna perkataan sang paman.

"Hidup dengan penuh kepura-puraan adalah hal yang buruk. Namun ketika ada yang hidup berpura-pura untuk menutupi kesalahannya dan berniat jahat dari situ, maka itu adalah hal yang lebih dari buruk."

"Kau mengertikan?" lanjut James.

Ahreum yang pahampun langsung menundukkan kepala. Menatapi jemarinya yang ia mainkan sendiri. 

"Tapi sama saja kalau kita semua sama-sama berbohong." Lirihnya kemudian.

James menatap sendu keponakannya itu, disamping keponakan Jennie sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Ya, meskipun dia masih terlalu tampan untuk menjadi seorang ayah.

"Keluarga Silla (keluarga ibunya Jennie) adalah keturunan mata-mata. Ketahuilah, tidak semua dari kami yang menginginkan ini semua, Jen. Contohnya ibumu, dia mau menjadi mata-mata karena ingin membantu orang tanpa harus dikenal meskipun pada akhirnya dilupakan."

Mata Ahreum sudah berbayang dan basah. Belum selesai kesakitan hatinya saat menangis di kamar mandi asrama Bangtan tadi pagi. Dan kini, harus menelan pil pahit tentang keluarganya.

"Maafkan kami karena kau terlahir di keluarga ini. Namun ketahuilah, kau akan menemukan makna dari pekerjaannya ini nanti."

Ahreum sontak memeluk sang paman erat. Mengeluarkan tangisan yang amat perih karena terpendam.

Lagi dan lagi, ia hanya bisa menangis di depan pamannya sendiri.

James menimpalinya dengan candaan karena berniat menghibur. Tentu saja, Ahreum langsung tertawa akan hal itu. Suasana jadi ceria kembali.

SPY ;[BTS FF ONHOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang