Duapuluhtiga: Kelabu

11 2 2
                                    

Hari ini adalah hari di mana seorang Baleo Dirgantara berganti umur.

Hari besar yang selalu ia tunggu-tunggu. 

Hari yang akan menentukan kedewasaannya.

Sebuah sunggingan lebar terbentuk diantara bibirnya. "Gue bakal di kasih kejutan apa ya kira-kira?"

Pemuda itu merebahkan tubuh kekarnya, ia menatap langit-langit kamarnya.

Memejamkan mata.

Lalu sebuah hembusan nafas berat kembali terdengar dari bibirnya.

"Tapi gue nggak bisa egois," ia tersenyum hampa. "Nian sedang terpuruk, bisa-bisanya gue kepikiran untuk hal bodoh kayak gitu."

Yah. Hampir semua orang cemas memikirkan nasib Nian. Walaupun ia baru saja mengenal dekat gadis itu baru-baru ini, tapi Nian terlahir dengan sisi hangat yang selalu bisa membuat Leo sadar, bahwa gadis seperti Nian itu sangat jarang.

Tersenyum di saat terluka.

Terluka di saat tersenyum.

Posisi itu terlalu menyakitkan.

Kadang Leo sendiri bingung bagaimana harus bereaksi di kala menemukan Nian yang seperti itu. "Lagi pula, gue udah biasa merayakan sendiri, kan?" Leo bertanya pada dirinya sendiri, kepahitan yang ia lalui semenjak ia duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar, membuat ia sadar bahwa hidup ini keras dan butuh perjuangan.

Masa lalu yang hitam.

Masa lalu yang perlahan menghancurkannya.

Lalu getaran ponsel Leo mengintrupsi segalanya, cepat-cepat pemuda itu membuka lalu membaca pesan yang masuk.

Adenian Gallina: Le, temenin gue bentar dong. Di cafetaria biasa.

"Hmp." Leo membalikkan tubuhnya tengkurap. Lalu dengan cepat membalas pesan tersebut.

Baleo D: Mau ngapain?

Adenian Gallina: Gue mau bahas soal dia. Lo pasti tau yang gue maksud

Baleo D: Oke, gue otw

Ntah kebetulan atau tidak, hari ini, ia memang sangat ingin menemui Nian.

-NEONIAN-

Ting.

Pintu cafe terbuka. Tepat di ujung kanan dekat tembok, gadis dengan surai yang tergerai sedang melambai-lambaikan tangan.

"Leo!" panggil gadis itu semangat.

Tersenyum, pemuda itu melangkah cepat. "Hai," tiba di sana, Leo menarik kursi lalu menempatkan bokongnya senyaman mungkin. "Lo udah di sini lama?"

"Nggak," gadis itu tersenyum. "Baru nyampe lima menit tadi."

Mengangguk. Leo menghela sebentar, ia menatap mata gadis di hadapannya sedikit dalam. "Neo gimana?"

"Neo lagi ngurusin hal lain," lalu terbentuk sebuah sunggingan manis yang menghangatkan dada. "Lo kenapa? kusut banget."

Sadar tidak sadar. Leo seolah menginginkan suatu kalimat manis yang segera Nian ucapkan.

"Hng." Leo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue ulang tahun loh, nggak ada niatan buat ngucapin gitu?" ucapnya lagi dengan ringisan yang cukup lebar.

NEONIAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang