Part 12

908 57 1
                                    

Mataku terbuka, aku melihat sekitar. Banyak pepohonan besar, serta ada juga air terjun. Terasa sangat dingin sekali disini, aku bingung. Kenapa aku bisa disini, kundengar suara burung dan air terjun yang berisik.
Ada orang yang mendekatiku, seseorang itu menggunakan topi dengan ujung dikebelakang kan serta pakaian serta hitam dan mwmbawa ransel. Aku menatap orang itu, orang itu makin dekat denganku. Aku menatapnya kembali, perlahan wajahnya terlihat.
Orang itu jungkok, ia menatapku dan tersenyum manis padaku.
"Kamu siapa??" Tanyanya padaku, tapi aku bingung aku siapa. Hanya menatapnya lalu tersenyum.
"Aku???" Tanyaku bingung lalu tersenyum.
"Iya... Kamu, kamu siapa..." Gumam pria itu dengan menggaruk kepalanya.
"Kamu???" Tanyaku kembali dengan reflex
"Iya... " Pria itu tersenyum padaku, membuatku bahagia sekali.
"Aku Yogi..." Ucapnya padaku dengan senyum.
"Ah.... Yogi...." Gumamku dengan menunjuk dadanya, pria itu menggangguk anggukan kepalanya.
"Aku??" Tanyaku kembali pada Yogi dengan bingung dan menunjuk diriku sendiri.
"Kau???" Tanyanya padaku. "Apa kau tak punya nama???" Tanya Yogi padaku.
Aku menggelengkan kepalaku, lalu menatap wajah pria itu. Pria itu seperti berpikir, lalu menatap segala arah yang ada didekatku.
"Ah...." Tiba tiba Yogi mendapatkan sesuatu dan mengangkatnya kewajahku.
"Ini kalung... bertuliskan Dirga...." Gumam Yogi dengan senyum menatapku seolah menemukan emas.
Aku tak bicara apa apa, hanya menatapnya.
"Jadi, namamu Dirga saja ya...." Seru Yogi dengan senyum. "Ini karena, kau hilang ingatan kayanya. Kau tak mengingat dirimu. Hah... repot ini..." Gumam Yogi dengan geleng kepala.
Aku tersenyum kembali, "Dirga...." Seruku bersuara dengan manis.
"Iya namamu Dirga, ingat itu..." Gumam Yogi dengan senyum.
"Ngomong-ngomong.." ucap kembali Yogi padaku, wajahnya menatapku dari kepala sampe kaki. Dengan posisiku yang terbaring.
"Kenapa kamu telanjang?..." Tanya Yogi menatapku tajam.
Aku terdiam menatap Yogi, maksudnya apa telanjang.
"Lihat ini..." Yogi memegang pakaiannya.
"Kau harusnya memakai pakaian mu, tapi sexy juga. Sebagai pria lumayan kamu..." Ucap Yogi dengan senyum.
Aku menatap tubuhku, aku tak memakai apa yang dipakai Yogi.
"Aaaaaaaaaa......" Aku teriak dan kaget tiba tiba.
"Kenapa baru sadar sekarang hah???" Tanya Yogi deng ekspresi biasa aja.
"Bukan....."  Gumamku dengan masih kaget.
"Kalau bukan, lalu apa??" Tanya Yogi dengan wajah penasaran.
"Ini..." Gumamku dengan menunjuknya.
"Ada yang panjang dan sedikir berbulu, menyeramkan sekali. Apa ini bisa dilepas..." Ucapku dengan wajah takut sekarang.
"A...." Ucap Yogi terdiam dengan wajah aneh, alisnya bergerak gerak, Yogi tak menjawab pertanyaan ku, sepertinya Yogi shock tapi entah kenapa.
"Jangan diem" Seruku memegang tanganya.
"Ah... itu hanya burung..." Gumam Yogi dengan tanpa melihatnya kembali entah kenapa.
"Burung... kenapa gak terbang??" Tanyaku dengan heran.
"Hehehe..." Yogi hanya tersenyum menatapku, Lalu memegang kepalanya.
"Apa kau juga punya??" Tanya ku pada Yogi dengan polos.
"Punya, lebih gede malah..." Gumam Yogi dengan membuatku penasaran.
"Benarkah???" Tanyaku dengan girang. "Aku ingin lihat..." Ucapku penasaran.
Kudorong Yogi kebelakang, lalu ku paksa membuka celananya.
"Jangan, jangan, woi...." Gumam Yogi menolak aku membuka celanya, tapi aku gak peduli rasa penasaranku semakin besar.
Tak lama, aku berhasil membuka celananya. Benar apa kata yogi, punya dia burungnya sangat besar.
"Wah... benar sekali... besar..." Gumamku dengan kagum, aku mendekatkan kepalaku pada burung Yogi.
Aku keluarkan lidah ku, aku penasaran rasanya gimana. Namun,  Yogi bangkit dan mendorongku. Matanya membuka semua dan mengarah padaku, aku hanya menatap nya balik dan diam.
"Kau.... kau.... pria binal... mesum... sok... polos.... brengsek...." Gumam Yogi dengan memunculkan kata kata yang tak ku ketahui.
"Kau ingin memperkosa ku kan...??" Tanya Yogi padaku, tiba tiba Yogi mendekat dan memukul pipiku.
Pak....
Aku terdorong kebelakang, aku hanya diam saja. Walau ada rasa sakit dibibirku.
"Brengsek..." Gumam Yogi dengan menatapku.
Yogi melangkah kan kakinya kebelakang dan mulai berjalan meninggalkan aku.
"Ikut, Yogi...." Ucapku saat melihat Yogi pergi, Yogi tak mendengarkan ku,. Ia terus berjalan.
"Yogi...." Ucapku kembali, yang membuat, jalan Yogi terhenti.
Yogi membalikan badanya, Yogi menatapku. Aku tersenyum padanya, Kulihat Yogi menarik nafasnya.
"Ha'ah..." Desisnya.
Yogi berjalan kembali kearahku, setelah dekat. Yogi menurunkan tasnya dan jongkok dihadapanku.
"Aku tak tega, ninggalin kamu disini. Takutnya kenapa kenapa..." Ucap Yogi dengan mengeluarkan beberapa barang di tasnya.
"Aku tak bawa baju, baju ku di tenda. Adanya cuman kain putih ini..." Ucap Yogi dengan menatap wajahku.
"Tapi, tubuh mu telanjang bulat, gak mungkin hanya pake kain..." Seru Yogi  dengan kebingungan.
Tak lama, Yogi bangkit. Ia melepas celana panjangnya, dia masih mengekan celana pendek boxer. Lalu ia lepas juga boxernya, sehingga yang tersisa CD. Burungnya ditutupi CD, namun terlihat besar.
Yogi memakai celana panjangnya kembali, setelah selesai ia duduk disampingku.
"Berdiri..." Gumam Yogi padaku, aku pun mencoba berdiri. Entah kenapa aku mengerti sedikit bahasa Yogi, tapi kadang juga tak ingat.
"Masukan kakimu ke Boxer ini..." Ucap Yogi, burungku berdekatan dengan wajah Yogi.
"Burungmu wangi surga..." Gumam Yogi tiba tiba.
"Seperti bau mulut bayi yang wangi, kamu seperti baru lahir..." Ucap Yogi saat selesai memakaikan Boxer.
Yogi lalu mentelimutiku dengan kain putih yang tadi, terasa hangat sekarang.
"Kau bisa berjalan?" Tanya Yogi padaku
"Hem..." Jawabku karena seingatku, aku bisa.
Aku dan Yogi berdiri, salang bertatapan.
"Hah'ah..." Yogi menarik nafasnya.
"Kenapa hidupku selalu sial, pacarku Sisil minta putus dan jadian ama Arlan. Sekarang ketemu orang asing, yang langsung mau jilat burungku. Apa aku kena karma ya??? Agggg..." Gumam Yogi yang terus bicara
"Sisil, Arlan...." Ucapku seperti aku mengingatnya, tapi tak bisa kuingat entah kenapa.
"Heem... Sisil dan Arlan, Aku akan merebut Sisil kembali. Itu janjiku... sebagai lelaki..." Gumam Yogi dengan percaya diri
"Yu jalan..." Ajak Yogi padaku.
Aku dan Yogi berjalan, lumayan agak jauh. Mungkin karena lokasi ditengah hutan, Yogi terus menggandengku dengan memeluk bahuku. Tak lama berjalan, aku sampai di sebuah tempat dengan banyak anak anak dan sebuah kain berbentuk segitiga.
Anak anak yang ada disekitar menatap kearah ku dan Yogi. Entah kenapa mereka menatapku, Tak hanya menatap ada juga yang berbisik bisik.
"Siapa dia???" Bisik bisik semua anak.
Aku melihat seorang anak laki laki, seumuran Yogi. Ia menatapku seperti aku ini makluk asing, walau memang asing. Anak laki laki itu tiba tiba berlari dan mendekatiku dengan teriak memanggil namaku.
"Dirga...." Teriaknya.
"Dirga.." Sekali lagi pria itu teriak didepanku.
Aku menatap wajahnya, wajah yang tak asing dan sepertinya sudah familiar dengan mata ini. Anak laki laki itu tiba tiba memelukku dengan erat.
"Dirga...." Panggilnya kembali dengan memelukku.
Anak anak menatapku kaget, termasuk Yogi yang wajahnya terlihat marah melihat Arlan memeluk. Yogi dengan cepat memisahkan ku dan Anak laki laki itu, Yogi mendorong Anak itu kebelakang.
"Jauhin dia..." Gumam Yogi dengan serius, lalu menarikku pergi.
"Dia miliku..." Ucap anak laki laki itu dengan emosi, dan membuat Yogi berbalik melihat anak itu.
"Hah... apa semua didunia ini milik lo brengsek???" Tanya Yogi dengan menunjuk Anak itu.
"Dirga, ini aku Arlan..." Gumam Anak itu dengan memanggil Arlam namanya.
Anak ini ternyata yang namanya Arlan, aku coba mengingatnya. Tapi hasilnya nihil tak ada satu ingatan pun yang aku ingat.
"Jauhin dia..." Ucap Yogi dengan langsung memukul Arlan, dengan kencang.
Arlan jatuh kebawah tanah, bibirnya berdarah. Tapi Arlan tak memperdulikanya, Arlan justru menatapku dengan tanpa berkedip.
Tak lama seorang guru datang menghampirikami semua.
"Ada apa ini??" Tanya Guru itu dengan bingung.
"Ini pak, Arlan mau rebut teman saya..." Gumam Yogi dengan berkata jujur, karena memang benar. Pria bernama Arlan itu ingin merebutku.
"Benar itu Arlan??" Tanya Guru pada Arlan.
Arlan mencoba bangkit, lalu Arlan menarik nafasnya "Hah...".
"Ceritanya gak gitu pak, Saya tau anak itu. Namanya Dirga, saya tahu rumahnya dan orang tuanya..." Ucap Arlan dengan serius.
"Yogi, serahkan anak itu sama Arlan. Biar dia pulangkan ke rumah miliknya..." Ucap Guru itu menyuruh melepaskan ku.
Yogi menatap tajam mata Arlan, aku tahu yogi sangat marah sekarang. Tangan Yogi yang menarikku, kini Yogi lepaskan dengan pelan.
"Kua menang lagi..." Gumam Yogi dengan mata penuh dendam.
Yogi lalu memelukku, entah kenapa aku tak ingin pisah. Tapi pria itu tau rumahku, jadi aku harus ikut.
"Jika terjadi sesuatu telp Aku, dan ini Telp milik mu. Tadi aku nemu dan memasukan ke saku ku. pegang ya..." Gumam Yogi dengan suara bergetar, lalu pergi meninggalkanku.
Arlan mendekatiku, dia tersenyum padaku. Tapi aku berjalan mundur, Arlan nampak heran melihatku.
"Kenapa dengan mu Dirga??" Tanya Arlan padaku.
"Kamu mengenalku??" Tanyaku balik pada Arlan.
"Kau tak ingat padaku?" Tanya Arlan padaku dengan wajah bingung.
Aku hanya diam menatap wajah Arlan sekarang, Arlan pun menatapmu. Guru dan anak anak lain bubar, seorang wanita menghampiriku dan Dirga.
"Sisil..." Panggil Arlan kaget saat melihat itu.
Ternyata ini yang namanya Siail, Ah... kepalaku terasa sakit sedikit, tapi aku coba menahannya.
"Siapa dia??" Tanya Sisil dengan menatapku agak aneh.
"Dia teman ku Sisil..." Jawab Arlan.
"Kok dia kaya gak kenal kamu ya..." Ucap Sisil dengan curiga padaku.
"Aku juga ngerasa gitu, tapi badannya ini kok..." Gumam Arlan dengan yakin.
Sisil dan Arlan saling tatap satu sama lain dan tak lupa menatapku.
***
Siang hari, Aku dan Arlan serta Sisil pulang ke dari tempat yang namanya kemah itu. Aku diajak Arlan kerumahnya, dengan Sisil juga. Karena acara kemah sudah selesai.
"Kok aku ngerasa dia hilang ingatan ya kak Arlan....??" Tanya Sisil pada Arlan.
"Kayanya sih gitu..." Jawab Arlan dengan fokus menyetir.
Pukul 3 sore Kami bertiga sampai di apartemen Arlan, Sisil duduk di Sofa. Arlan pamit untuk membeli makanan.
"Kamu, disini ya. Tunggu jangan kemana mana..." Ucap Arlan dengan senyum.
Arlan pergi meninggalkan ku berdua dengan sisil, Sisil menatapku dengan tajam.
"Kau ini, kayanya spesial di Arlan. Aku gak akan membiarkan ada 2 ratu dihati Arlan..." Ucap Sisil yang tak aku mengerti.
"Ikut Aku..." Ucap Sisil dengan keras padaku, aku hanya bisa mengikutinya.
Aku ikuti kemana Sisil membawaku, Sisil menaiki Taxi. Lalu menyuruh taxi berjalan entah kemana. Namun aku tak banyak bicara karena aku tahu sisik sedang emosi.
Aku dan Sisil sampai disebuah jembalan yang banyak, jalan tol dengan 4 tanggal. Aku berada dilantai 4 dibawahku ada jalan lagi, Sisil tiba tiba turun. Aku pun disuruh Sisil Turun. Tapi taxi tidak pergi.
"Sekarang kamu cari orang tua kamu sendiri, bye..." Ucap Sisil dengan meninggalkanku dan pergi menggunakan taxi.
Aku melihat kiri dan kanan, mobil mobil melaju dari kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Aku berjalan kearah kiri ke kanan, panas sekali. Aku menangis mengingat Yogi, kenapa aku tak pergi dengannya saja. Arlan Sisil jahat, sementara Arlan baik padaku.
Didepan ada sebuah tangga, aku coba turun hingga lantai 1. Saat aku turun, aku kembali berjalan. Tapi tiba tiba, ada orang orang menghampiriku.
"Hallo.... ganteng..." Gumam Pria dengan rambut jabringnya.
"Hallo..." Jawabku agak risih padanya.
"Sexy juga... nih cowo, boleh dipake...." Gumam pria satunya, yang tiba tiba menepuk pinggulmu.
"Aw..." Jeritku tiba tiba pinggulku diremas.
"Ikut... Yu..." Ucap si gondrong.
"Gak... lepas..." Gumam Ku.
"Ayo, sayang bahenol... Nanti enak minta tambah...." Gumam Pria satunya.
"Engak... Tolong... Tolong...." Ucapku dengan rasa takut.
"Tolong tolong...." Kebali teriak ku.
Tapi pria itu, menarik ku makin kencang, hingga tiba tiba ada yang teriak.
"Lepasin Woy.......
...
..
.
Dirga
To Be Continue
Wah... siapa yang nolong Dirga ya??? Mimin penasaran deh.... Stay Senin ya.... Reader...

Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang