Part 15

812 56 0
                                    

"Oh... gitu, ayo kita pacaran biar kita ciuman...." Ucapku dengan senyum.
Yogi melotot menatapku, Yogi menatapku tanpa berkedip. Lalu Yogi menatap kiri dan kanan.
"Apa kau waras???" Tanya Yogi padaku drngan bingung.
"Apa itu waras?" Tanyaku balik dengan heran.
"Hah...  Lupakan" Ucap Yogi dengan menepuk jidatnya.
"Jadi?" Tanyaku pada Yogi dengan serius.
"Apa nya yang jadi hah? " Tanyanya dengan agak keras padaku.
"Kita pacaran?? "Tanyaku dengan senyum.
"Boleh aku cium bibir... " Seruku dengan semangat.
"Otakmu udah hilang kayanya... " Gumam Yogi padaku dengan menyedot minuman jus ice.
Aku hanya menatapnya,  aku berjalan kearahnya kini.  Kuarahkan wajahku pada dirinya,  kudekatkan bibirnya padaku.  Tapi tiba tiba Yogi berdiri dengan wajah melotot kembali.
"Apa yang kau lakukan? " tanyanya kaget dengan bergetar.
"Cium.... " Jawabku manis.
"Ahh....  kou...  benar benar gila... " Ucap Yogi dengan senyum aneh.
"Ayo kita pulang... " Ucapnya dengan menarikku.
Aku baru menyadari satu hal,  orang orang sedang menatapku dan Yogi.  Mereka berbisik bisik seolah bicara...
"Mereka gay,  gak tau malu ya... " Ucap mereka berbisik bisik.
Aku hanya bisa tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka,  dengan senyum manisku.
Aku dan Yogi pergi keluar,  Yogi menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkahku.  Namun dalam geleng kepalanya itu kulihat sedikit senyum.  Aku dibawa Yogi ke koridor sekolah kembali.
"Kamu tunggu disini ya,  aku belajar dulu...  nanti kita langsung pulang... " Gumam Yogi dengan senyum dan langsung pergi meninggalkanku.
Aku tersenyum kearahnya, Wajahnya terus saja menatapku.  Hingga...
"Aw.. " Ku dengar rintihnya,  kakinya tersandung kaleng yang berisi air.
Aku tersenyum melihat itu,  wajah Yogi sangat sangat lucu ketika itu. Yogi masuk ke dalam kelas,  sementara aku ada diluar kelas.  Sepi dan bingung kini menjadi satu.  Namun aku akan tetap menunggu Yogi,  sampai kapan pun.
Matahari makin siang makin menunjukan sinarnya,  suasana di dalam sekolah ini seperti terbakar.  Saat itu aku melihat seseorang dilapangan,  ia tengah terdiam menatapku.  Dibadannya ada sesuatu yang terpasang seperti sayap,  tak lama ia terbang keatas langit.
"Siapa orang itu...? " Tanyaku dengan wajah bingung.
Cahaya tadi sepertinya bukan sinar matahari,  melainkan cahaya dari langit yang membingbing orang tadi.  Cahaya perlahan menghilang,  sinar yang seolah matahari itu kembali redup.  Aku kembali duduk dikursiku,  seseorang tadi masih terbayang dimataku.  Entah kenapa aku seperti mengenal orang itu.
Tit...  Tit....  Ti.. t....
Suara berisik muncul dari atas langit,  tiba tiba banyak anak anak berhamburan.  Mereka berlari ke luar gerbang. Aku tersenyum,  karena aku merasa sebentar lagi Yogi akan menghampiriku. Aku menunggunya dengan senyum merekah.
"Dirga... " Ucap tiba tiba seseorang disampingku saat aku menarap keaeah depan.
Aku tersenyum dan menatapnya,  kupikir itu Yogi tapi ternyata bukan,  Orang itu Arlan.  Aku menatapnya dengan ketus,  tak ku beri senyum sedikit pun padanya.
"Dirga...  apa kau lupa padaku...? " Tanya Arlan dengan wajah memelasnya padaku.  'Kasihan juga' Pikirku dalam hati.
"Tidak.. " Jawabku pada Arlan.
"Apa kau hilang ingatan,  Dirga? " Tanya kembali Arlan padaku.
"Aku gak tau yang kamu omongin... " Gumamku dengan menatap tajam Arlan.
"Apa mungkin? " Tanya Arlan dengan wajah serius padaku.
"Apa?? " Tanyaku dengan penasaran.
"Ingatan mu hilang,  setelah dilepasnya sayap mu... " Ucap Arlan dengan serius padaku.
"Apa mungkin? " Tanyaku pada Arlan.
"Mungkin saja,  kau ingat tadi pagi.  Ada 2 lubang dipunggungmu,  dan aku yakin itu bekas sayapmu... " Ucap Arlan semangat padaku.
"Lalu dimana sayapku sekarang... ? " Tanyaku pada Arlan.
"Mungkin saja disembunyikan,  atau kita harus balikin dengan cara lain... " Ucap Arlan dengan menatap wajahku.
"Gimana... " Tanyaku dengan menaikan alisku.
"Mungkin.... " Gumam Arlan dengan senyum padaku,  senyum memiliki sebuah ide.  Yang entah kenapa aku mendapatkan firasat tidak enak,  aku menelan ludahku.
Pluk....
Mataku berkedip kedip,  Arlan menempelkan bibirnya ke bibirku.  Rasa basah dan hangat menyelimuti bibirku,  Arlan menutup matanya sementara aku tidak.
"ARLAN... " Teriakan Yogi membuatku mendorong Arlan ke depan,  Yogi menyadarkan ku.
"Dengar Yogi,  aku ingin menghidupkan ingatannya seperti di dongeng.  Dengan ciuman dan cinta sejati... " Seru Arlan dengan bicara cinta sejati yang sama sekali bukan aku yang cinta.
"TAHI MU,  CINTA SEJATI... " Ucap Yogi saat sampai dihadapan Arlan,  yang langsung memukul Arlan.
Brukk... 
Bruk...
Pipi kanan dan kiri Arlan memerah tiba tiba,  mungkin karena pukulan Yogi teramat keras.
"KAU MELECEHKAN DIRGA,  GUE.  ARLAN, BRENGSEK LO... " Gumam Yogi setelah puas memukul Arlan.
Yogi menarik tanganku,  kulihat kebelakang.  Sisil tiba tiba datang menghampiri Arlan dan men coba membantu Arlan.
Tiba tiba kepala ku sakit,  kepalaku seolah ingin mengingat sesuatu yang penting.  Sebuah kejadian yang sama,  saat dipukuli tapi aku tak bisa mengingat seluruhnya.
"Dirga kau baik baik saja? " Tanya Yogi dengan memegang kepalaku.
"A.... " Jawabku menatap Yogi agak bingung.
"Ayo kita pulang,... " Seru Yogi saat aku menjawab aku baik baik saja.
Aku dan Yogi kembali menaiki busway menuju rumah yogi yang sangat besar, dalam perjalanan aku berdiri bersampingan dengan Yogi.  Awal perjalanan tak ada hal yang aneh,  namun entah kenapa beberapa saat kemudian.  Aku merasa ada yang memegang pinggulku.
"Ah... " Gumamku dengan wajah agak bingung.
"Jangan mendesah,  kau mesum...  ini depan umum... " Gumam Yogi menatapku sinis sekarang.
Kayanya bukan Yogi yang pegang pinggulku.
"Lalu siapa?'' Tanyaku pelan.
"Apanya yang siapa? " Tanya Yogi yang ternyata mendengar ucapanku.
"Orang yang memegang pinggulku...  Kak... Yogi... " Gumamku dengan agak merasa takut.
"Hah... " Yogi kaget menatapku.
"Kak Yogi aku takut... " Ucapku dengan merasa bahaya.
Yogi tidak merespon ucapanku, Yogi justru diam tanpa bicara sepatah katapun padaku.  Yogi hanya menatap jendela.
"Ag... " Gumamku kembali dengan merasa geli.
Tiba tiba,  Yogi mengambil tangan dari bawah.  Yogi tersenyum picik,  dan ada tangan ditangannya kini.
Sreeeeek....
Pintu busway terbuka sampai di halte,  orang orang keluar.  Dan tangan yang meraba pinggulku pun terlihat,  seorang pria tua yang genit.
"NGAPAIN LO NYENTUH PACAR GUE... " Tanya Yogi dengan tatapan mirip Iblis yang dibangunkan dari tidur.
"Itu bukan...  saya.... " Jawabnya gugup dengan menelan ludah.
Yogi membalikkan tangan pria itu,  hingga membelakangi Yogi dan tangannya ada dibelakang.
"NGAKU LO... " Seru Yogi dengan greget pada Pria paruh baya itu.
"I.. YA...  I....  YA...  SAYA NGAKU... " Ucap pria itu dengan menahan rasa sakit.
"NGAPAIN LO RABA RABA..  HAH? " Tanya Yogi sekali lagi.
"Saya cuman iseng" Jawabnya enteng sekali.
"ISENG LO BILANG.... ? " Tanya Yogi dengan wajah 100 % kesal.
"SAMA PACAR GUE LO BILANG ISENG... " Gumam Yogi kembali.
"Hihihi,  cih... " Gumam Yogi yang tak lama lansung menurunkan pria itu hingga jatuh ke bawah lantai,  lalu...
brukkk... 
brukkkk...
Kaki Yogi menendangai pria itu,  dengan keras dan kencang.  Pria itu menjerit dengan mengeluarkan kata maaf berulang kali.
"Maaf...  Maaf... " Ucap pria itu dengan wajah memelas.
"Maaf... " Ucapnya kemudian.
"Udah...  Kak Yogi... " Jawabku dengan menahan wajah kak Yogi.
Yogi berhenti dengan wajah masih emosi,  pintu halte masih terbuka.
"AWAS LO LAKUIN LAGI,  AMA PACAR GUE ATAU YANG LAINNYA. MATI LO... " Ucap Yogi pada pria yang tidur dilantai dengan menarik tanganku dan keluar dari pintu.
Aku dan Yogi kini tidak pulang ke rumah, melainkan Aku dan Yogi ada ditengah tengah kota.  Yogi mengajak ku ke sebuah alun alun dikota,  kulihat ada ayunan disana. Yogi mengajakku ke ayunan itu.  Wajah nya masih tak bisa diajak senyum, wajahnya masih wajah memukuli pria tadi.
"Hah.... " Gumamku saat duduk diayunan.
Yogi tidak merespon ku sama sekali,  Yogi hanya menunduk kesal dengan mengepalkan tangannya.
"Yogi... " Gumamku dengan memegang erat tangan Yogi.
"Hem... " Jawabnya pelan.
"Cium.... " Seruku dengan memegang bibir.
"Eh... " Jawab Yogi dengan wajah anehnya.
"Katanya Yogi pacarku,  tapi kok gak mau cium...." Seruku dengan wajah sedih.
"Bukan gak mau... ... tapi... " Ucap Yogi dengan bingung padaku. "Aku normal... " Lanjutnya pelan.
"Mungkin Arlan pacar aku sekarang... " Gumamku menunduk.
"Kenapa? " Tanya Yogi dengan memandang wajahku.
"Karena Arlan udah cium aku...  dan gak bisa dihapus... " Ungkapku dengan wajah makin murung.
"Tidak benar,  akan ku hapus itu... " Ucap Yogi dengan agak naik pitak.
"Emang ada caranya? " Tanyaku dengan menatap Yogi dan berdiri disamping Yogi.
"ADA, PASTI SELALU ADA PENGHAPUS KETIKA ADA NODA... " Gumam Yogi dengan menatapku tajam.
"Tunjukan... " Pintaku dengan tulus.
Plukkkkk.....
Sebuah rasa basah dan hangat yang kedua kali,  Yogi menciumku kembali untuk menghapus ciuman Arlan.  Rasanya seperti mimpi 2x ciuman dalam 1x hari. Aku hanya mengedip ngedipkan mataku ketika herciuman.
"AKU CINTA KAMU... " Gumam Yogi dengan tulus setelah menciumku.
Aku terdiam mendengar pengakuan Yogi yang tulus.
"AKU JUGA... " Jawabku.
Dan tiba tiba wajah Arlan muncul dihadapanku,  ingatan itu kembali dan pria bersayap itu muncul dalam pikiranku kembali.
"Arlan... " Gumamku dengan tiba tiba.
"APA? ? " Tanya Yogi dengan wajah emosi.
"Gak apa apa... " Gumamku dengan senyum.
"Oh ya...  bisa liat yang panjang?? " Tanyaku dengan senyum.
Yogi memunculkan bola matanya kembali.
...
..
.
TO BE CONTINUE
YOGI/DIRGA
WAH...  DIRGA MAKIN MAKIN NIH READER,  UDAH JADIAN.  DICIUM 2X KALI MIMIN IRI AMA DIRGA HAHAHAHA

Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang