Part 09

858 70 1
                                    

"Gak cukup kalau tanpa kamu... " Ucap Arlan dengan menatapku, membuatku malu dan hatiku bergetar.
"Tapi, Sisil orang yang kamu cinta. Dan itu bagus buat mu berduaan, bisa saling cinta..." Ucapku dengan menekan perlahan warna merah dipipi Arlan.
Arlan menatapku dengan tajam, "Rasanya Beda...." Ucap Arlan padaku.
"Sama aja..." Jawabku pada Arlan.
Hari berganti dari siang ke malam, aku menonton TV sementara Arlan mengerjakan tugas sekolahnya, dia tipikal orang rajin hanya sikapnya saja dingin. Setelah selesai dengan tugasnya Arlan menghampiriku yang duduk di sofa.
"Eh... Pery. Kapan Sisil akan benar benar cinta padaku???" Tanya Arlan padaku dengan wajah serius dan menatapku.
"Tergantung situasi dan kondisi aja Arlan, bisa 1 bulan atau lebih..." Ucapku menjelaskan dengan menonton TV.
"Lama sekali, kenapa kau tidak gunakan panah cinta kaya cupid cupid yang digambar manusia..." Gumam Arlan dengan menanyakan panah cinta.
"Ah.... panah itu, bisa tapi cintanya akan cepat putus juga... karena cinta cepat datang cepat juga pergi..." Jawabku dengan senyum pada Arlan. "Mau???" Tanyaku pada Arlan.
"Gak, jangan jangan. Kita pake caramu aja...." Gumamnya seolah takut padaku. "Lalu..." Gumam Arlan padaku.
"Lalu apa??" Tanyaku kembali.
"Bagaimana, jika cinta itu berpindah...?" Tanyanya dengan menatapku tajam,penuh tanya.
"Cinta gak cepat pindah kok, tenang aja..." Jawabku dengan senyum dan menoton TV walau Arlan menatapku.
"Tapi aku...." Ucap Arlan yang langsung ku potong.
"Sudah tidur... jangan banyak ngomong...." Ucapku pada Arlan dengan menutup mulutnya oleh tanganku.
"Heheheh..." Dia malah tersenyum, dan lalu pergi meninggalkanku sendiri, Aku membarikan tubuhku disofa.
"Pery..." Gumam Arlan tiba tiba diatas kepala.
"Hah...." Kagetku pada Arlan. "Ada apa lagi??" Tanyaku jadi agak emosi karena kaget.
"Tidur dikamar aja, barengan..." Gumam Arlan.
"Why??" Tanyaku dengan bingung, 'Si Arlan ngelindur kali ya?? masa iya jadi baik...' Gumamku dalam hati.
"Biar gak kedenginan..." Gumam Arlan dengan senyum mencurigakan untuk ku.
"Gak usah... sana sana..." Ungkapku pada Arlan dengan menyuruh Arlan pergi dari hadapanku.
Arlan kembali kekamarnya, aku mulai menutup mataku dan merehatkan tubuhku dari aktivitas yang melelahkan hari ini.
***
Pagi hari datang dengan langit cukup indah di kota ini, aku segera bangun untuk membangunkan Arlan kesekolah. Aku berjalan kekamarnya, pintunya masih ditutup. Aku membuka pintu, kulihat Arlan masih tertidur nyenyak dengan selimutnya. Aku mendekatinya dan membangunkannya.
"Arlan... bangun..." Gumamku pada Arlan.
"Hoam..." Gumam Arlan dengan membalikkan tubuhnya padaku.
"Arlan.... bangun sekolah...." Ucapku kembali pada Arlan.
Arlan tiba tiba mengulurkan tangannya, 'Why??? aku merasakan firasat buruk' Gumamku dalam hati. Aku mencoba diam tak memegang tangan Arlan, aku justru menatapnya tajam.
"Katanya mau aku bangun, tarik tanganya kali..." Ucap Arlan padaku, dengan senyum manisnya.
"Ah... Oke oke..." Ucapku pada Arlan.
Aku memegang tangannya, dan mulai menariknya. Namun, Arlan malah menarik ku kekasurnya. "Ah...." Teriak ku saat ditarik Arlan, yang membuat aku dan Arlan saling bertatapan.
Arlan tersenyum padaku, "Ternyata benar...." Gumam Arlan tiba tiba padaku.
"Benar apanya?" Tanyaku pada Arlan dengan bingung.
"Gak apa apa..." Jawab Arlan dengan tiba tiba memelukku.
"Lepaskan tangan mu..." Ucapku pada Arlan.
"Sudah lama tak di peluk...." Gumam Arlan padaku yang membuat aku makin bingung.
"Maksudnya???" Tanyaku pada Arlan.
"Aku sudah lama tak dipeluk Ayah dan Ibuku... Rasanya hangat seperti ini..." Ucap Arlan menjelaskan padaku, "Oh..." Gumamku hanya mengucapkan Oh.
"Wajah mu merah tuh..." Gumam Arlan dengan memegang pipiku.
"Benarkah??? Mungkin karena kadar sayapku yang jarang dipake..." Gumamku, yang aku sadari alasanku tak masuk diakal.
Arlan menatapku dengan tajam, lalu tersenyum padaku. "Hari ini minggu, tak ada kegiatan sekolah.." Gumam Arlan padaku.
"Emh... gitu..." Jawabku yang masih dipelukan Arlan.
"Tapi aku mau keluar..." Gumam Arlan padaku.
"Kemana???" Tanyaku penasaran.
"Olah raga...." Jawab Arlan. "Kau... mau sampai kapan??" Tanya Arlan padaku.
"Apanya???" Tanyaku heran.
"Sampai kapan mau aku peluk???" Tanya Arlan dengan senyum padaku.
Aku segera bangkit dari dudukku, aku menjadi bingung harus gimana sekarang.
"Aku keluar ya..." Ucapku pada Arlan.
Aku berjalan keluar dengan cepat, ku tutup pintu kamar Arlan dengan cepat.
"Hem......" Gumamku dengan duduk di kursi, kenapa dia seperti tadi. Sikapnya membuatku merasakan getaran berbeda.
"Keluar yu..." Ucap Arlan yang memakai pakaian traning untuk berolahraga.
Aku hanya tersenyum dan mengganguukan kepalaku.
Aku dan Arlan keluar dari rumah, Arlan mulai berlari disebuah taman. Udara yang segar, dengan sinar matahari dan angin yang berhembus pelan membuat taman ini terlihat indah dan sangat nyaman. Ada banyak orang orang disini, dari tua hingga muda. Ada juga jajanan untuk semua kalangan.
Arlan berlali sudah 2 keliling taman, wajahnya yang mulus itu kini dihiasi air keringat dari tubuhnya. Aku sendiri duduk dibangku taman, Sambil melihat Arlan yang sedang berlari.
Tak lama kulihat Sisil ada didepan gerbang menuju taman, 'Ah..... Cinta memang selalu ikut kemana pun...' Ucapku dalam hati.
Ada anak kecil berlari didepan Arlan dan hampir dekat dengan Sisil, Aku membuat anak itu jatuh ketanah dan menangis. Orang tuanya jauh sedang membeli sesuatu, jadi takkan melihat.
"Huak.... Huakk..." Tangis sang anak karena merasa sakit lututnya.
Sisil yang tak jauh segera menghampirinya, dengan wajah baiknya. Sisil mengusap pipi sang anak dan membantu nya berdiri, Tak lama Arlan berpapasan dengan Sisil dan Anak itu. Tapi Arlan, seolah tak ingin melihat Sisil.
"Arlan..." Panggil Sisil saat keduanya berpapasan.
"Sisil..." Panggil Arlan, yang seharusnya Arlan duluan yang panggil Sisil.
"Lagi apa disini?? Sisil." Tanya Arlan pada Sisil dengan wajah senyum.
"Aku mau olahraga, tapi tadi anak ini jatuh dan nangis...." Ucap Sisil dengan menjelaskan semua kejadian.
"Emh... gitu ya udah, kamu cari orang tuanya... ya..." Ucap Arlan pada Sisil.
"Apa???" Kagetku pada Arlan. Arlan menatapku dengan senyum.
"Kau harusnya membantu Sisil, biar makin deket..." Gumamku teriak pada Arlan.
"Bantu aku dong kak Arlan, aku bingung..." Ucap Sisil yang manis.
"Duh... gimana ya...??? Ya udah ayo... deh..." Gumam Arlan, Aku tersenyum pada Arlan.
Arlan dan Sisil pun berjalan berdua, aku ada dibelakang ke dua sejoli ini. Lama mencari, ibunya ahirnya di temukan.
"Makasih ya..." Ucap Sang ibu pada Arlan dan Sisil.
"Sama... sama..." Gumam Arlan dengan senyum.
"Banyak pengantin baru ditaman ini sekarang sekarang...." Gumam si Ibu dengan senyum dan meninggalkan Sisil dan  Arlan serta Aku.
Arlan dan Sisil saling senyum, saling malu. Arlan mengajak Sisil duduk di sebuah kursi. Aku duduk di kursi sebelah yang agak jauh.
Tapi duduk disini aku sangat suka, aku melihat pria pria atletis sedang berolahraga. Pria pria itu memakai celana pendek dan baju sangat ketat, sehingga otot ototnya terbentuk dan celananya pendeknya membuat burungnya terlihat agak jelas.
"Ah...seperti disurga..." Gumamku seorang diri.
"Apa...???" Suara tiba tiba dari sebelahku.
Aku melihat kearah suara itu, "Arlan..." Gumamku pelan.
"Jadi ini kerjamu.." Gumam Arlan padaku.
"Heheheh, hanya cuci mata aja... melihat yang bening.... bening...." Gumam ku pada Arlan.
"Ayo pulang...." Gumam Arlan.
"Nanti, aku mau liat yang botak... sexy dulu...." Gumam ku dengan terus menatap pria botak didepan.
"Ayo pulang..." Gumam Arlan yang emosi entah kenapa.
"Kamu kan ada Sisil..." Gumamku pada Arlan.
"Udah balik, ayo kita juga balik..." Gumam Arlan padaku.
"Tapi...." Gumamku pada Arlan.
Arlan menarikku, tanpa ragu. Aku pun pulang kerumah Arlan bersama Arlannya. Arlan mendudukan ku di kursi. Arlan pun ikut duduk di kursi.
"Jadi..." Gumam Arlan padaku.
"Apa...??" Tanyaku pada Arlan.
"Kau pery Gay???....
...
..
.
Arlan/Dirga
To Be Continue

Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang