Part 10

838 60 1
                                    

"Apa...??" Tanyaku pada Arlan.
"Kau pery Gay???" Tanya Arlan padaku dengan wajah serius, sementara aku tidak tahu apa itu gay.
"Apa itu gay??" Tanyaku pada Arlan.
"hah...." Arlan menarik nafasnya. "Gay itu pria suka pria, misalnya kamu dengan si botak tadi..." Ucap Arlan padaku dengan sewot.
"Emh... gitu..." Gumamku dengan menatap wajah Arlan yang sedikit emosi ketika menyebut Botak.
"Apa kau pery gay???" Tanya Arlan kembali padaku.
"Mungkin tidak, mungkin iya hihihi" Jawabku dengan senyum.
"Arggg...." Gumam Arlan dengan melihat kearah lain. "Kamu membuatku stess sekarang..." Gumam Arlan dengan langsung berdiri dari duduknya.
Arlan melangkah kan kakinya ke dapur, Arlan menyalakan kompor. Aku mencoba mendekati Arlan dengan pelan.
"Arlan..." Panggilku dengan pelan.
"Apa???" Tanya Arlan dengan serius.
"Emh... kenapa cowo botak tadi, bisa punya tubuh sexy seperti itu...?" Tanyaku pada Arlan penasaran.
"Karena rajin olahraga, ditambah ngeym dan asupan pola makan yang teratur plus vitamin..." Jawab Arlan dengan panjang lembar menjelaskan.
"Oh.... gitu, kenapa kau tak seperti si botak. Pasti Arlan ganteng..." Ucapku pada Arlan dengan senyum.
"Percuma... tubuh besar kalau gak bisa melindungi seseorang yang ia sayangi..." Jawab Arlan sambil memotong sayuran.
"Tapi, sexy kaya Botak itu. Bisa membuat semua orang jatuh cinta..." Gumamku dengan senyum senyum membayangkan pria botak.
"Cukup..." Gumam Arlan dengan membanting pisau.
"Why???" Tanyaku agak takut, Arlan menatapku dengan penuh emosi.
Arlan mendekat padaku, dengan tatapan tajamnya itu. Aku bingung harus gimana, karena Arlan makin dekat padaku.  Kini Arlan sudah ada didepanku, ia terus berjalan dan aku berjalan mundur. Hingga aku tak bisa berjalan lagi karena dibelakang ada sebuah tembok.
"Kenapa Arlan???" Tanyaku dengan bingung dan malu jadi satu, dengan disertai dengupan jantung yang kencang.
"Bisa berhenti ngomongin Botak, Botak dan Botak...." Ucap Arlan dengan memegang dagu ku. "Aku muak dengan Botak botak..." Ucap Arlan penuh emosi padaku.
"Kalau mau bicara si botak, sana pergi ke luat tinggalkan rumah ku..."Guma Arlan dengan serius padaku.
Aku menelan ludahku, wajahku dan Arlan kini saling berhadapan.
"Kau sering beribicara Sisil.."Jawabku ingin membalikkan.
"Itu beda, dan ini rumahku. Jadi aku bebas lakuin apapun... mau bicain sisil atau apa kek... terserah aku..." Gumam Arlan serius padaku.
"Lagian kenapa gak bicarain aku aja hah. Aku juga ganteng, baik ngasih kamu tinggal, ngasih makan... apa si botak sama sepertiku...?" Tanya Arlan padaku.
"Kamu kan milik Sisil..." Jawabku dengan menunduk.
Arlan menatapku dengan tajam, entah apa yang kini dia pikirkan aku tak tahu sama sekali.
"Sisil belum jadi milikku, aku masih jadi milik semua orang..." Jawab Arlab dengan lembut padaku.
Aku mendorong Arlan, dan pergi duduk di sofa, ku nyalakan TV. Aku yakin Arlan masih menatapku, Aku ningung harus ngapain.
"Marah??" Tanya Arlan padaku.
"..." Aku diam tak menjawab pertanyaannya.
"Keluar yu..." Arlan mengajakku keluar.
"Aku matikan kompor dulu..." Gumam Arlan dengan pergi kedapur, Arlan kemudian mengganti pakaiannya. Ia memakai minyak wangi yang sangat harum.
"Yu..." Gumam Arlan dengan menarikku.
Arlan dan aku berjalan ke sebuah mall yang lumayan besar.
"Kenapa jalan jalan??" Tanyaku dengan jutex pada Arlan.
"Aku tak mau melihat wajah jelek mu saja..." Gumam Arlan dengan senyum padaku.
"Jelek??? Hah... penipu..." Gumam ku dengan kesal.
Arlan tertawa dengan senang dan lepas, wajahnya semakin hari semakin tampan. Warna dunia Arlan kini sudah berubah, Aku senang melihatnya dan juga takut akan kehilangan.
Sampai depan mall, Entah jodoh atau gimana aku dan Arlan melihat Sisil sedang dipaksa yogi ikut dengannya. Tapi Sisil gak mau, Aku menatap Yogi dimatanya ada sebuah ketulasan cinta pada Sisil. Sayang sisil menganggap Yogi pengganggu.
"Bantuin tuh Arlan..." Seruku pada Arlan.
"Udah, Biarin aja... kita kesini kan buat jalan jalan... bukan buat nolongin Sisil..." Gumam Arlan yang sangat acuh pada Sisil entah kenapa.
"Arlan..." Panggilku dengan teriak.
"Ya udah... oke... oke..." Jawab Arlan.
Aku dan Arlan melangkah kan kaki menuju Sisil, saat sampai Arlan berteriak pada Yogi.
"Lepasin dia..." Gumam Arlan pada Sisil seperti seorang pahlawan.
"Arlan..." Panggil Sisil, dan menatap Arlan penuh cinta dan kasih.
"Pergi loh, lo gak ada urusan..." Gumam Yogi dengan memandang Arlan penuh kebencian.
"Jelas ada... Karena dia pacar ku..." Ucap Arlan yang membuat jantungku agak sakit.
"Pacar??? Mimpi..." Gumam Yogi dengan senyum piciknya.
"Aku mencintai Sisil dan Sisil pun mencintaiku... jadi lepaskan dia..." Gumam Arlan dengan gagah.
"Coba saja kalau bisa..." Gumam Yogi pada Arlan.
Arlan yang emosi menghadapi Yogi, segera berlari dan memukul Yogi. Sisil sudah dilepaskan.
Bukkkssss Buksss....
Bukkkksss...
Adengan saling pukul satu sama lain, membuat ku tercengang. Mereka memperebutkan satu cewek yang tiada artinya bagiku. Sisil menatap perkelahian itu dengan gemetar, tak lama Sisil teriak minta tolong. Orang orang dari segala penjuru datang.
Yogi segera pergi dari tempat itu, dengan wajah penuh luka dan darah.
"Arlan kamu gak apa apa?" Tanya Sisil pada Arlan.
"Aku gak apa apa, gimana kamu??" Tanya Arlan dengan wajah kuatirnya.
"Aku gak apa apa..." Gumam Sisil dengan senyum. "Kak Arlan Sisil juga Cinta sama kaka..." Ucap Sisil yang membalas cinta Arlan.
Arlan tersenyum, tak lama Arlan mencium bibir Sisil dihadapan semua orang.
Disaat nereka berciuman, aku menerima pemberitahuan pada phonedateku.
Phonedate
TUGAS SELESAI, KAMU AKAN PULANG PUKUL 6 MALAM.
--------------
Aku menelan ludahku.
"Apa ini artinya perpisahan dengan Arlan...?" Tanyaku pada diriku sendiri, air mataku tiba tiba menetes saat menatap wajah Arlan.
Aku perlahan pergi dari Arlan dan Sisil, membiarkan mereka bicara terlebih dahulu. Kini aku berdiri di sebelah tiang berwarna putih, aku memikirkan hal yang terjadi tadi.
"Kenapa aku tak membiarkan Sisil dengan Yogi saja, dan tak perlu menyelamatkannya... Jadi waktuku masih banyak dari pada sekarang..." Ucapku dengan kembalinya air mata melintas pipiku. Angin berhembus kewajahku, rasanya tak percaya aku harus kembali ke negeri langit.
"Ehem...." Suara seseorang muncul, aku yakin itu Arlan.
"Kenapa kau disini??" Tanya Arlan padaku dengan senyum.
"Aku gak apa apa, hanya ingin cari angin..." Jawabku pelan.
"Kamu menangis???" Tanya kembali Arlan padaku.
"Aku senang kamu jadian dan menyatakan cinta, jadi aku menangis...." Jawabku dengan berbohong.
"Emmm... ya udah kita rayain yu..." Ajak Arlan dengan merangkul ku.
Aku dan Arlan pergi kesebuah tempat yang indah, Aku dan Arlan pergi ke pantai. Aku terpana dengan keindahan laut yang berwarna biru, Aku duduk dipasir pasir pantai yang putih. Arlan membawakanku makanan daging yang dibakar. Rasanya sangat enak, namun. Rasa enak ini sama sekali tidak bisa kurasa, karena aku berfikir akan berpisah dengan Arlan. Waktu menunjukan 6.30 sore, waktu ku makin sedikit bersama Arlan.
"Dirga..." Panggil Arlan padaku.
"Hem...." Jawabku dengan agak gemetar.
"Aku ingin jujur tentang sesuatu..." Seru Arlan padaku dengan menatap ke arahku, tapi aku tidak menatap kearahnya.
"Jujur apa???" Tanyaku dengan keadaan gelisah tak menentu.
"Hatiku..." Gumam Arlan dengan membalikkan wajahku mengarah ke wajah Arlan.
"Kenapa dengan hatimu Arlan???" Tanyaku pada Arlan dengan serius.
"Hatiku telah berpindah, pada seseorang..." Gumam Arlan padaku yang membuatku kaget dan shock.
"Pada Siapa Arlan...?" Tanyaku agak gugup pada Arlan.
"Pada seseorang dimasa lalu, masa saat aku masih kecil. Dia menemuiku dengan wajah bingung, yang membuat aku terpesona padanya. Dengan senyumnya wajahnya dan gayanya..." Ucap Arlan menatapku penuh cinta.
"Arlan jangan bercanda itu hanya masa lalu, lupakan sekarang Sisil pacar mu." Ucapku dengan senyum.
"Aku serius Dirga, kini ia kembali dengan wajah seperti dulu, senyumnya dan gayanya..." Gumam Arlan membuatku agak bingung dengan apa yang dibicarakan.
"Siapa dia?? Kapan kembali...??" Tanyaku pada Arlan.
"Kau..." Ucap Arlan dengan membuatku kaget, dengan apa yang dibicarakan. Karena dia berkata aku yang telah kembali.
"Kau yang dulu menemuiku, dengan berkata 'Aku tersesat..' dan aku tersenyum mengganggap kau hanya bercanda. Sejak hari itu aku selalu mengingat mu dan benar sekarang kau kembali...." Ucap Arlan dengan memegang wajahku.
"Menemukan mu adalah anugrah..." Lanjut Arlan dengan langsung menciumku dengan bibirnya.
Bibir Arlan terasa manis, matahari menjadi saksi beserta laut dan pantai pasir. Saksi manis Arlan mencium bibirku.
Lama, Arlan melepaskan bibirnya.
"Arlan aku harus pergi..." Gumamku pada Arlan.
"Kemana??" Tanya Arlan dengan wajah sedih.
"Tugasku sudah selesai... Jadi aku harus pulang..." Gumamku pada Arlan.
"Kau tak mencintaiku???" Tanya Arlan padaku.
"Aku mencintaimu Arlan..." Jawabku dengan penuh cinta.
"Tinggalah disini..." Gumam Arlan.
Aku menggelekan kepalaku, air mata keluar.
Aku kembali mencium Arlan dengan lembut. Ciuman perpisahan seorang kekasih. Aku melepas ciumanku.
"Selamat Tinggal...." Gumamku dengan tubuh yang perlahan menghilang.
Kudengar suara teriakan Arlan, memanggil namaku.
"Dirga.....
...
..
.
Arlan/Dirga
To Be Continue

Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang