Part 18

794 55 0
                                    

"Ah..." Kembali aku mendesah lirih, karena lututku berdarah, kulihat seseorang itu. Aku kaget melihat wajahnya yang ternyata.
"Sisil...." Gumamku kaget melihat wajah sisil yang terlihat prustasi.
"Kenapa, kaget??? Aku bisa kasar??" Tanya Sisil dengan senyum sinis padaku.
Aku menatap sisil lekat lekat, dimatanya tersimpan sebuah kemarahan mendalam dan sebuah rasa sakit yang teramat pedih.
"Apa hidup mu semenderita itu??" Tanyaku dengan menatapnya.
"MAKSUDMU???" Tanya Sisil dengan bingung dan melipat tangan didada.
Aku mencoba bangkit dari jatuhku, kurapihkan bajuku. Aku tatap kembali wajah Sisil yang menatapku penuh kebencian, hembusan angin menerpa kami yang berdiri saling bertatapan.
"Kamu mencari kasih sayang dari orang lain, karena hatimu patah hatikan. Ditambah kedua orang tuamu yang mengacuhkan mu..." Ucapku dengan penuh keyakinan.
Mata Sisil membulat saat mendengar ucapanku, yang aku lihat melalui sorot mata kebenciannya. Wajah Sisil terlihat takut, tangannya kulihat gemetar. Sisil tiba tiba berjalan cepat kearahku, setelah dekat. Tanga kanannya melayang ke arahku, tapi...
"Apa yang kamu lakukan? hah?" Tanya Yogi yang tiba tiba datang disampingku.
Wajah sisil mendadak ketakutan, saat melihat Arlan.
"Kamu sudah GILA? hah???" Tanya kembali Yogi pada Sisil.
"Aku... Aku...." Jawab Sisil gugup pada Arlan.
"Aku apa? Ingin menyiksa orang??" Tanya Yogi dengan menggenggam tangan Sisil kencang.
"Sakit..." Ucap Sisil merintih sakit.
"Sakit???? Hah, apa kabar Dirga yang kamu dorong ke hingga jatuh... hah???" Ucap Yogi dengan penuh amarah pada Sisil, melihat ku kesakitan.
"Rasa sakit, yang ku alami lebih sakit. Dirga ingin merebut kekasihku..." Seru Sisil dengan menatap Yogi.
"Sesakit itu?? Lalu bagaimana dengan aku yang kamu sakiti. Disakiti karena sebuah penghianatan mu Sisil." Ucap Yogi yang yang membuat ku terpaku akan kata katanya yang keluar.
Orang yang menolong ku ini, adalah seseorang yang hatinya terluka parah. Karena, Karena sebuah cinta.
"Aku memang tak menyukaimu, dari dulu aku memaanfaatkan mu saja. PUAS.... HAH...." Gumam Sisil dengan keras pada Yogi.
Yogi melepaskan tangan sisil dengan pelan, entah kenapa aku merasa rasa cinta Kak Yogi masih ada pada Sisil. Dan sisil setega itu menghancurkan hati seorang pria, yang benar benar baik.
"Harusnya enkau mengerti sakitnya dikhianati, atas kejadian sekarang..." Gumam Yogi dengan langsung pergi meninggalkan Sisil dan menarik tanganku dari tempat itu.
Hati siapa yang tersakiti sekarang, aku bingung memirkan cinta yang sangat rumit dan membuatku hancur. Satu yang pasti, orang yang menggandeng tanganku ini hatinya pasti sangat hancur karena sebuah penghianatan.
Disisi lain, saat aku dan Yogi pergi. Disudut kecil itu ku lihat Arlan yang mendengarkan pembicaraan Aku dan Sisil serta Kak Yogi. Wajahnya menatap kearahku, tertunduk murung dengan sebuah kesedihan.
Kak Yogi membawa ku kesebuah tempat yang sepi dan jauh dari orang orang, Aku dan Kak Yogi ada di depan sebuah gedung olahraga. Kak Yogi berdiri menatap lapangan indor dengan olahraga lompat tinggi. Sementara aku duduk menatap sitinggi kak Yogi.
Kak Yogi tiba tiba berbalik padaku, aku menatap wajahnya. Sebuah senyuman terpancar dengan hati yang lirih, Kak Yogi mendekati ku dan duduk disampingku dengan gaya laki laki dengan kaki memanjang kedepan dan tangan kanan direbahkan kebelakang tubuhku.
"Kamu gak apa apa??" Tanya Kak Yogi padaku.
"Gak apa apa Kok Kak..." Jawabku dengan menatap kearah depan.
"Tunggu..." Ucap Kak Yogi yang langsung berdiri, Kak Yogi melangkah kan kakinya dari ku.
Bayanganya kak Yogi menghilang, Namun itu hanya sebentar. Ia kini kembali lagi dengan membawa sesuatu ditanganya.
"Apa itu?" Tanyaku bingung.
"Ini P3K, Untuk mengobati luka dilutut mu..." Jawab Kak Yogi dengan langsung jongkong dihadapanku.
Aku tak bicara apapun sekarang, hanya menatap wajah Kak Yogi yang menurutku lumayan tampan. Tidak, bukan lumayan. Tapi memang tampan dengan wajah yang sedikit manly tapi imut, berbeda dengan wajah Arlan yang dominan wajah imut.
Kak Yogi dengan cejatan membersihkan lukaku, rasa sakit saat diobati entah kenapa tak terasa sama sekali. Mungkin karena menatap wajah kak Yogi, yang mampu memindahkan dunia ku.
"Kok diam...?" Tanya Kak Yogi tiba tiba membuatku kaget.
"Gak apa apa..." Jawabku dengan senyum.
"Maaf tadi kau mendengar ucapan yang harusnya tak kamu dengar..." Gumam Kak Yogi padaku.
"Gak apa apa kok PACAR..." Jawabku dengan senyum.
"Ah.... benar PACAR..." Ucap Yogi dengan senyum padaku.
"Pacar, kapan hubungan ama Sisil..." Tanya ku pada Kak Yogi.
"Sejak dia SMP hingga SMA ini, namun cintanya entah kenapa berubah saat di SMA..." Cerita Yogi padaku.
"Emh.... Gitu, Mungkin Jodoh pacar itu aku.... hihuhi...." Gumamku dengan senyum ceria.
"Why??" Tanya Kak Yogi.
"Karena, Aku ditemuin Kak Yogi. Dan sekarang jadi pacar kak Yogi..." Jawabku dengan menunjuk nujuk dada kak Yogi.
"Kau ini, ada ada saja... menis mesum..." Gumam Kak Yogi padaku.
"Jujur, sejak aku bertemu denganmu. Hidupku terasa berubah, yang dulunya hitam putih kini berwarna karena kamu..." Ucap Kak Yogi dengan mencium tanganku.
"Kamu adalah sebuah anugrah terindah..." Lanjut kembali Kak Yogi padaku.
"Benarkah??" Tanyaku pada Kak Yogi.
"Hemmmm.... Menemukanmu adalah sebuah karunia terindah yang aku temui..." Gumam Kembali kak Yogi padaku dengan senyum manis.
Aku tersenyum pada kak Yogi dengan manis, Menurut kak Yogi. Aku adalah sebuah Anugrah dan Karunia, apa benar seperti itu. Aku hanya mampu percaya akan kata kata kak Yogi.
***
Pulang sekolah saat anak anak yang memakai seragam keluar, Aku menunggu dengan semangat kedatangan Kak Yogi padaku. Hilir lalu anak anak berseragam melewatiku.
"Dirga..." Panggil seseorang yang kupikir Kak Yogi. Namun, Ternyata bukan. Sosok itu adalah Arlan.
"Arlan...." Panggilku saat melihatnya.
Arlan melihat kiri dan kanan, Merasa aman tak ada  Kak Yogi. Arlan menari tanganku, dengan kencang.
"Arlan lepas Arlan...." Gumamku meminta Arlan melepaskan tanganku.
"Tak akan.... mungkin kau akan ingat jika ku bawa kesana..." Ucap Arlan dengan penuh percaya diri.
"Aku gak akan inget Arlan..." Ucapku dengan keras tapi Arlan tetap memaksaku ikut dengannya.
'PACAR MAAFKAN AKU...' Ucapku dalam hati saat dibawa Arlan.
"MASUK..." Pinta Arlan masuk ke sebuah bus.
"Mau kemana??" Tanyaku dengan bingung.
"MASUK SAJA..." Pinta Arlan yang mulai memelankan suaranya.
Aku masuk kedalam bus, lalu duduk disebuah kursi. Arlan menyusul duduk disampingku. Bus mulai melaju, kulihat Kak Yogi berlari mengejarku dari belakang. Namun sayang, laju bus makin kencang. Hingga membuat Kak Yogi berhenti dan menarik nafasnya. Sambil menatap kepergianku, yang menatap dirinya.
Arlan hanya terdiam menatap arah depan, entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
Lama dalam bus, Ahirnya Aku dan Arlan sampai disebuah pantai. Pantai ini mengingatkan ku akan sesuatu, bayangan itu muncul perlahan.
"IKUT AKU..." Gumam Arlan dengan memegang tanganku.
Aku mengikuti Arlan, hingga berjal dekat dengan air pantai. Arlan menatap sang surya yang kini perlahan mulai turun dan akan berganti oleh sang bulan.
"BAGAIMANA??" Tanya Arlan padaku.
"Apanya??" Tanyaku dengan berdiri disamping Arlan dan menatapnya.
"Kau masih tak ingat???" Tanya Arlan padaku.
"Gak...." Jawabku ketus.
Arlan tiba tiba membalikan badannya agar menghadap diriku. Hingga wajah Aku dan Arlan saling bertatapan, Wajahnya perlahan mendekat pada wajahku. Hingga wajah kami berdekatan dan bibir Arlan mencium bibir ku.
Saat itu, Saat berciuman.
Sebuah ingatan ku muncul kembali.
FLASHBACK
AKU MENCINTAIMU DIRGA JANGAN PERGI. (Ucap Arlan padaku dengan ciuman terahir kala itu)
AKU JUGA MENCINTAIMU ARLAN. (Balasku saat sebagian tubuhku menghilang)
KESALAHAN MU ADALAH MENCINTAI MANUSIA BERNAMA ARLAN, KAU HARUS DIHUKUM DENGAN CARA MENCABUT SAYAPMU DAN DIASINGKAN. (Gumam pria tua dibayangku, yang kupikir itu adalah Ayahku)
AYAH.... (Panggilku)
HUKUM DIA, CABUT SAYAPNYA DAN ASINGKAN KEBUMI, INGATANNYA AKAN HILANG SEGERA. (Gumam ayah dengan teganya padaku)
JANGAN... SUAMIKU (Ucap wanita tua, yang kupir itu adalah ibuku)
IBU.... (Gumamku)
LAKUKAN SEKARANG... (Titah Ayah yang tak bisa dibantah siapa pun)
JIKA KAU INGIN KEMBALI BUNUH ARLAN, AGAR CINTANYA MENJADI SAYAPMU.... (Gumam Ayah dengan memberikan syarat untuk kembali)
CABUT SEKARANG... (Ucap Titah Ayah dihadapan seluruh bangsa Langit)
AA....... (Teriaku kesakitan)
BUNUH ARLAN... (Ingatan ku berpusat pada Bunuh dia)
KAK NIKI....(Panggilku melihat Kaka ku)
ARLAN SEBUAH ANUGRAH... (Arlan kekasihku yang harus aku bunuh...)
BUNUH DIA
BUNUH DIA
FLASHBACK END
Aku membuka kedua bola mataku, ku dorong Arlan dari dekat tubuhku hingga ia terjatuh. Aku menggelengkan kepalaku.
"Tidak... Tidak..." Gumamku dengan hati menangis.
"TIDAK.........." Aku teriak tak tertahankan rasa sakit didadaku.
"Dirga..." Ucap seseorang dari jauh.
"Kak Yogi...." Panggilku dengan tanggis.
Slash....
Sebuah pisau tajam muncul dari mataku, terbuat dari butiran air mataku.
'Apa harus aku membunuh nya.... Atau harus ku bunuh Kak Yogi, sebagai pengganti' Tanyaku dalam hati.
...
..
.
DIRGA/ARLAN/YOGI
TO BE CONTINUE
Wah... wah... Reader... tegang gak sih...??? Siapa yang akan dibunuh ya??? Mimin berharap si Yogi aja. Iya gak??? atau Arlan... hem.... MEMBINGUNGKAN....

Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang