Part 17

844 48 0
                                    

"JANGAN BERHARAP KHILAF..." Ucap pria itu yang ternyata...
"ARLAN...." Panggilku kaget saat melihat sosok pria dengan rambut acak acakan.
"APA KAU GILA HAH???" Ucap Yogi yang sama kagetnya seperti ku, dengan wajah malu. Mungkin karena Aku dan Kak Yogi sedang bertatapan.
"Benar aku gila...." Seru Arlan dengan menatap wajahku.
Arlan berjalan mendekat kearah ku, wajahnya tak sedikitpun berpaling dariku.
"Aku gila karena orang yang kucintai..." Ucap kembali Arlan padaku.
"Arlan...." Panggilku dengan pelan, tanpa berfikir apapun.
"AKU MENCINTAI MU DIRGA..." Gumam Arlan dengan lantangnya dihadapan Kak Yogi.
Deg.....
'Kata kata itu....' Ucapku dalam hati, dan seketika kepalaku sakit disaat mencoba mengingat sesuatu.
"Ah......" Ucapku dengan memegang kepalaku.
"Dirga... kamu kenapa??" Tanya Kak Yogi kuatir padaku.
"Dirga..." Teriak Arlan padaku.
'AKU MENCINTAIMU DIRGA...' Kata kata itu kembali tergiang tanpa wajah.
'AKU JUGA....' Jawab seseorang itu pria dengan sayap ditubuhnya.
"Ini semua gara gara lo BRENGSEK..." Gumam Kak Yogi dengan mendorong bahu Arlan.
"Maafin Aku Dirga... maaf..." Ucap Arlan padaku.
Aku gak bisa bicara apapun, kepalaku terasa sakit sekali. 'Apa yang terjadi?' Tanyaku dalan hati dengan tubuh yang sakit. Tak sampai disitu, seseorang pria tua muncul dikepalaku.
'BUNUH DIA, AGAR KAMU BISA KEMBALI' Ucap pria dalam ingatanku dengan sadis, Aku harus membunuh.
"BUNUH...." Gumamku dengan kencang, hingga membuat kedua pria dihadapanku menatapku tanpa berkedip.
Kak Yogi dan Arlan saling menatap satu sama lain, mungkin mereka berfikir tentang aku yang mengucapkan kata BUNUH.
"Kamu tak apa? Dirga??" Kak Yogi menatap wajahku dengan kuatir, Kak Yogi lalu mengambil air putih di meja kemudian meminumkannya padaku.
"Minum lah... biar kamu tenang..." Ucap Kak Yogi dengan mengelus elus bahuku.
Aku meminum air putih itu sedikit, lalu aku bingung dengan ingatan ku yang tadi. Kenapa ada pria yang menyuruhku membunuh, lalu siapa yang harus aku bunuh. Siapa dia, kenapa harus dibunuh.
"DIRGA...." Ucap Kak Yogi dan Arlan secara bersamaan saat aku melamun.
"Apa....?" Jawabku ketus tanpa senyum pada kedua pria dihadapanku ini.
"Apa katanya??? dia gak tau apa kita kuatir hah??" Tanya Arlan pada Kak Yogi.
"GAK TAU GUE, lagian ngapain lo kuatir dia pacar Gue inget itu..." Seru Kak Yogi pada Arlan dengan sorotan mata tajam yang tak tertandingi.
"Aku akan merebutnya..." Ucap Arlan dengan menaikan alisnya, serta senyuman picik.
"Kalau Lo bisa, coba saja..." Ucap Kak Yogi menantang Arlan.
Aku menatap kedua pria didepanku yang dari tadi ribut tak jelas, saling tunjuk dan saling tatap. Kak Yogi menyentuh tanganku sedikit, tiba tiba ia menjerit.
"Aw..... Panas..." Gumam Kak Yogi dengan menyentuh tangannya.
Aku menatap rasa sakit Kak Yogi, Arlan kemudian memegang tanganku. Rasa panas yang dirasakan Kak Yogi entah kenapa tak dirasakan oleh Arlan, aku tidak mengerti. Arlan menatapku, wajahnya penuh tanya entah kenapa.
"Sepertinya kamu sakit Dirga..." Ucap Kak Yogi padaku.
"Heem...." Jawabku, yang lemah. Tak mampu menjawab.
"Biar kubawakan air dingin buat mengkompres...." Ucap Arlan padaku, yang lalu pergi ke dapur mengambil air kompres.
Kak Yogi menatapku, wajahnya terlihat aneh menatapku.
"Kak Yogi takut padaku?" Tanyaku saat melihat ekspresi Kak Yogi yang berbeda padaku.
"Bukan takut, hanya kaget..." Jawabnya dengan muka datar padaku.
Arlan masuk kembali kekamar dengan membawa air dingin untuk ku, Arlan duduk disamping kananku. Sementara Kak Yogi ada disisi kiriku menatapku penuh wajah murung.
Arlan meletakan sebuah lap yang sudah dimasukan kedalam air es kekepalaku. Aku hanya menikmati dinginya kepalaku.
"Kamu ingat??" Tanya Arlan padaku.
"Apa?" Tanyaku dengan wajah bingung.
"Dulu aku berantem dengan Yogi, karena kamu tak ingin aku diinjak injak..." Gumam Arlan padaku, dengan menyentuh jidatku.
"Hah... waktu dikantin itu....?" Tanya Kak Yogi pada Arlan.
Aku hanya menjadi pendengar saja sekarang.
"Hem... Dirga lah, yang membuatmu jatuh. Dan dipermalukan semua orang..." Ucap Arlan pada Yogi.
"Aku...??" Tanyaku dengan wajah kaget.
"Gue gak percaya..." Ucap Kak Yogi dengan emosi.
"Percaya atau tidak, itu faktanya. Dulu Dirga tak terlihat dia memakai sayap, entah kenapa sekarang tak ada..." Ucap Arlan dengan terus bicara.
"Hah... anak SD... lagi ngayal..." Gumam Kak Yogi dengan senyum sinis.
"Apa kau tahu ada 2 lubang dibelakang tubuh Dirga...?" Tanya Arlan pada Kak Yogi.
Kak Yogu tiba tiba terdiam, matanya membulat menatap Arlan. Mungkin Kak Yogi kaget kembali, atau entah apa aku tidak tahu.
"Jawab kau tahu atau tidak??" Tanya Arlan pada Kak Yogi.
"Aku tidak tahu, dan tidak percaya..." Jawab Kak Yogi pada Arlan.
"Kau harus tau, itu mungkin masa lalu ku yang kulalui dengan Dirga. Kau harus tau dan Peduli..." Ucap Arlan.
Aku terdiam, mendengarkan ucapan Kak Yogi. Kenapa?, Kenapa dia bilang tak tahu. Aku masih ingat diawal pertemuan Kak Yogi menunjuk 2 lubang dipunggungku.
"Bukanya...." Ucapku pada Kak Yogi, namun langsung dipotong oleh Kak Yogi.
"AKU GAK PEDULI MASA LALUNYA, YANG AKU PEDULIKAN SEKARANG NASA DEPANNYA. MASA DEPAN ORANG YANG AKU CINTAI..." Ucap Kak Yogi yang membuatku kagum dan tersenyum atas ucapanya.
"KALAU DIMASA LALU, KAMU CINTANYA. TAPI SEKARANG AKU CINTANYA. DIA MILIKKU, DAN SELAMANYA AKU DAN KAMU AKAN BERSAMA...." Lanjut Kak Yogi padaku dengan senyum padaku.
"Kita lihat saja, siapa yang akan dapatkan DIRGA..." Ucap Arlan dengan sinis.
"Sekarang kamu tidur... ya..." Ucap Kak Yogi padaku, dengan menidurkanku.
Kulihat kak Yogi mengepalkan tangannya, mungkin Kak Yogi menahan sesuatu yang ia rasa.
"Dan Kau Arlan, sebaiknya kau pulang... Kamu sudah tidak dibutuhkan..." Ucap Kak Yogi pada Arlan.
"Tidak, aku akan menunggu Dirga sampai besok... pagi..." Ucap Arlan dengan menatap Kak Yogi.
Kak Yogi dan Arlan saling menatap hingga aku terlelap tidur, namun masih ku dengar suara gaduh Arlan dan Kak Yogi.
"Kau pria tak punya malu... ini rumahku..." Gumam Kak Yogi.
"Bodo, di kekasihku..." Ucap Arlan dengan kekeh.
"Mimpi... dia pacarku...." Gumam Kak Yogi.
....
Arlan dan Kak Yogi debat sampai pagi menjelang, hingga aku bisa tidur nyenyak pagi hari. Mereka berdua memang musuh bebuyutan, hingga tak kenal waktu dan tak melihat kalau ada orang sakit.
***
Pagi hari aku terbangun dan duduk di kasur, kulihat kedua pria itu enyah entah kemana. Tapi gak apa apa, kalau gini dunia terasa nyaman.
"Ingatan semalam???" Tanyaku pada diri sendiri.
"Kenapa harus dibunuh??" Kembali diriku bertanya, dengan wajah berfikir.
Crek....
Kak Yogi tiba tiba masuk kekamar dengan membawa makanan atau sarapan pagi.
"GOOD MORNING MANIS MESUMKU...."  Ucap Kak Yogi dengan meletakan makanan dihadapannku dengan meja kecil khusus untuk dikamar.
"Kak Yogi..." Panggilku dengan senyum.
"Kenapa??? " Tanya Kak Yogi dengan memasukan sendok ke makananku.
"Emh...." Gumamku.
"Jangan dipikirin yang semalam, mau kamu jatuhkan kaka di hadapan presiden pun aku gak akan malu....." Ucap Kak Yogi dengan manis padaku. "Tahu kenapa?" Tanya Kak Yogi padaku.
"Karena yang mendorongku adalah calon kekasihku..." Jawab Kak Yogi dengan mengacak acak rambutku.
"Hehehe...." Aku tersenyum pada Kak Yogi, sebenarnya memang gak enak. Kalau apa yang dikatakan Arlan itu memang terjadi.
"Makanlah...." Seru Kak Yogi padaku, aku langsung menyantap makanan yang ada dihadapanku.
"Oh ya, apa kau mau ikut kesekolah hari ini?" Tanya Kak Yogi padaku.
"Mau..." Jawabku dengan semangat.
"Pasti karena Arlan ya??" Tanya kak Yogi padaku.
"Bukan, Justru karena kamu..." Jawabku dengan makanan penuh dimulut.
"Wihhhh... udah bisa romantis.... ceritanya..." Tanya Kak Yogi.
"Bukan, Aku takut yang panjang milik kaka. Diambil oleh orang, terus dipake kencan... ama yang lain... gak rela..." Jawabku dengan terus makan.
"Aihhh.... walau sakit... otak mesum mu terus jalan ya...." Gumam Kak Yogi padaku.
"Tadi, malam kita gak jadi kencan. Gara gara Arlan padahal aku mau nyentuh... kak Yogi kaya yang divideo..." Ucapku jujur.
"Aishhhh aku gak akan kencan lah... itu pikiran mu saja MESUM..." Ucap Kak Yogi membantah.
"Tapi aku mau..." Ucapku pada Kak Yogi.
"Lakukan saja sama si Arlan..." Ucap Kak Yogi padaku.
"Oke... nanti siang ...." Ucapku semangat.
"Weh... weh...." Ucap Kak Yogi kaget.
Aku lanjut saja makan ku tak menghiraukannya.
"Awas aja kalau berani kamu mesum..." Ucap Kak Yogi dengan emosi.
Aku senyum kearahnya, tak peduli ia bicara apa.
"Aku akan bunuh kau..." Ucap Kak Yogi dengan berjalan ke pintu.
"Awaks kau..." Ucapnya kembali dengan menutup pintu keras.
BRAKKKKKK
Aku tersenyum melihat tingkah laku Kak Yogi.
"Aa.... dia cemburu..." Gumamku dengan melahap nasi.
***
Setelah selesai makan, aku mandi dan mengganti baju. Kemudian pergi kesekolah bersama Kak Yogi menggunakan Busway.
Tak lama di Busway, aku dan Kak Yogi sampai disekolah. Sesampainya disekolah banyak siswa dan siswi yang memakai seragam sama.
"Tunggu disini... Aku Absen dulu kekelas..." Ucap Kak Yogi padaku.
"Baik... pacar..." Gumamku yang membuat kak Yogi kaget.
"PACAR....!!" Gumam Kak Yogi dengan senyum padaku.
Aku pun membalas senyumnya, Dan lalu kak Yogi pergi meninggalkanku sendiri.
Tak lama Kak Yogi pergi, seseorang dari belakang menarik rambutku hingga terasa sakit.
"Ah...." Gumam lirihku.
"Eh... Dirga ngapain disini hah???" Tanya seseorang itu dengan langsung mendorongku kedepan hingga terjatuh kelantai.
"Ah..." Kembali aku mendesah lirih, karena lututku berdarah, kulihat seseorang itu. Aku kaget melihat wajahnya yang ternyata.
".....
...
..
.
DIRGA
TO BE CONTINUE
Wah... Wah... Konflik apa lagi ya... Siapa orang itu??? beraninya menganiayaya Dirga. Berharap Dirga bisa melawan, iya gak sih Reader... Mimin penasaran deh...

Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang