Part 20

726 54 0
                                    

"Pacar isiin... video kencan yang 2 cewek kemaren.... ya..." Gumamku dengan senyum.
"BOKEP??" Ucap Kak Yogi padaku dengan mata melotot.
"Apa itu namanya?? Bokep... Ah...." Ucap ku dengan senyum manis.
"Apa istimewanya Bokep?" Tanya Kak Yogi padaku dengan sorotan mata yang tajam.
"Emh.... lucu aja, mereka ciuman... sampai masukin lidahnya..." Ucapku dengan polos.
"Enakan praktek... kali......" Ucap Kak Yogi tiba tiba.
Aku terhenti dan menatap wajah kak Yogi, wajahku memerah seketika.
"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Kak Yogi padaku.
"Aku belum siap... Kak Yogi... jangan sekarang..." Gumamku dengan senyum senyum.
"Wo wo... mesum... aku tidak mengajak mu praktek. Ayo sini belajar..." Ucap Kak Yogi dengan merangkul leher ku.
"Pelan pelan, sakit... kak.. leherku..." Gumamku dengan senyum.
Aku dan Kak Yogi tersenyum bersama, seolah hari ini adalah hari yang tercipta untuk kami. Setelah belajar sedikit tentang ponselku, Aku dan Kak Yogi pergi ke sebuah danau. Kak Yogi menghampiri seseorang entah mau apa, sementara aku berdiri di bawah pohon dengan senyum padanya.
"Dalam senyum ku ini, ada sebuah takdir yang membuat hatiku bergetar. Bahwa besok atau lusa aku harus membunuh seseorang untuk sayapku..." Gumamku dengan raut wajah takut akan yang terjadi besok atau lusa.
"Apa Arlan... Atau Kak Yogi... Aku sangat Bingung...." Gumamku kembali dengan raut bingung.
"Kamu tak apa?" Tanya kak Yogi yang aku tak tahu kapan berjalan kearahku, mungkin karena aku melamun.
"Gak apa apa..." Jawabku dengan senyum.
"Ayo..." Ajak kak Yogi membawa tangan dan tubuhku ke arah perahu.
Angin sore menghebus wajahku, wangi danau terasa sekali. Kulihat dedaunan berguguran.
"Naik...." Ucap Kak Yogi padaku, menyuruhku naik pada perahu berbentuk angsa putih.
"Gak... Apaan... aneh sekali perahu ini... ada kepala hewan..." Gumamku dengan agak aneh.
"Hehehe... Naik aja, aku melindungimu...." Seru Kak Yogi dengan senyum yang membuatku percaya padanya.
Kulangkahkan kakiku naik ke peraru angsa, rasa berdebar ada dihatiku. Takut jatuh dan tak bisa berenang. Setelah aku naik, kak Yogi datang dan duduk dikursi sebelah.
"Kayuh perahunya... kita jalan ke matahari itu..." Gumam Kak Yogi padaku.
"Heem..." Jawabku dengan senyum.
Aku dan kak Yogi mengayuh perahu hingga berjalan, kesebuah pantulan matahari di air danau yang sangat indah. Matahari ada didepanku akan tenggelam, cahaya kuning nya sangat indah dilihat dari perahu angsa ini.
"Kamu suka??" Tanya Kak Yogi.
Aku menatap kak Yogi dengan senyuman, Kak Yogi yang menatapku ia menggenggam tanganku. Lalu, mengarahkan pada bibirnya dan mencium tangan ku dengan romantis.
"Aku mencintaimu..." Ucap Kak Yogi padaku.
"Aku Juga..." Jawabku mendekati wajah kak Yogi yang mencium tanganku.
Wajah ku dan wajahnya berdekatan hingga tanpa ku sadari Kak Yogi menciumku. Ciuman mesra seperti dari seorang pangeran yang turun dari langit.
"Matahari udah gelap..." Gumamku saat setelah berciuman dan melihat matahari yang telah tiada.
"Ini karena mu, wajahmu mengalihkan duniaku..." Seru Kak Yogi padaku yang membuatku malu.
Aku dan Kak Yogi mengayuh kembali perahu menuju tepian danau. Lama mengayuh ahirnya sampai juga di tepian danau. Aku dan kak Yogi turun dan berjalan disekitaran danau. Melihat bintang bintang di angkasa, yang dalam sesaat aku kangen pada ayah dan ibu di negeri langit sana.
Malam makin larut, angin didanau makin kencang.
"Kita pulang yu...." Gumam Kak Yogi padaku.
"Heem...." Jawabku.
Aku dan Kak Yogi pun berjalan, dengan pelan. Dalam perjalanan Kak Yogi memberikan jaketnya padaku. Padahal aku yakin Kak Yogi pun merasakan dingin.
"Makasih Kak..." Ucapku pelan.
Kak Yogi hanya tersenyum padaku, dan mengacak ngacak rambutku.
Pria didepanku ini adalah sosok pria brutal diawal ku melihatnya, entah kenapa sekarang menjadi pria yang baik hati serta romantis dibandingkan pria manapun. Rambut hitamnya dan wajah tulusnya itu, akan membuat semua orang tertegun memandanya.
***
Setelah lama berjalan dan naik bis, aku dan Kak Yogi sampai di rumah. Aku masuk kekamarku, sementara kak Yogi pergi ke toilet. Aku langsung mematikan ponselku dan menutup ponsel.
Mataku terbuka kembali tiba tiba, namun kak Yogi belum juga kembali kekamar. Kemana Kak Yogi sebenarnya, Kulihat jendela besar seperti pintu terbuka.
"Apa itu?" Tanyaku dalam hati.
Aku bangkit dari tidurku, ku langkah kan kakiku menuju jendela itu. Aku masuk ke jendela itu, kulihat seorang wanita berdiri di balkon kamar.
"Ibu...??" Gumamku yang tahu badan dan rambut itu dari belakang.
Wanita itu membalikan badannya, dan benar saja itu adalah Ibuku. Wajahnya tersenyum menatapku, tapi kulihat matanya menangis dan memerah seolah terlalu sering menangis.
"Ibu..." Gumamku kembali dengan tangis.
Saat ku dekati ibu tak bisa ku sentuh, ia justru menjauh dari ku dan terbang dilangit.
"Jatuhkan pilihatmu... dan cepatlah kembali..." Gumam Ibu dengan tangis padaku.
"Tapi..." Ucapku dengan bingung.
"Tapi kenapa???" Tanya Ibu dengan melayang di udara menggunakan selendang.
"Aku bingung siapa yang harus ku bunuh..." Gumam ku dengan raut wajah bingung.
"Bunuh Arlan..." Jawab Ibu dengan yakin.
"ARLAN???" Tanyaku dengan mata terbuka lebar.
"Heem... Kau mencintai Yogi kan??? Bunuh Arlan..." Gumam Ibu dengan mendekat padaku.
"Arlan juga mencintaimu, Jadi sudah pas. Untuk membunuhnya..." Ucap Ibu dengan senyum dan pergi menghilang tiba tiba.
"ARLAN...." Gumamku saat ibu menghilang.
Mataku kembali terbuka.
"Apa???" Gumamku yang langsung bangun dari tidurku.
"Tadi itu mimpi..." Gumamku melamaun.
Aku masih diranjang ku, jendela yang tadi ku lihat masih tertutup. Apa ibu kangen padaku, hingga ia mendatangiku dan menyuruhku membunuh Arlan dengan cepat.
"Apa aku sanggup membunuh Arlan??" Tanyaku pada diriku sendiri.
"Apa kekuatan ku mampu...?" Tanyaku dengan bimbang.
***
Pagi hari Aku dan Kak Yogi sudah disekolah, kak Yogi pamit padaku untuk ketoilet sebentar. Aku duduk dibawah pohon yang daun nya mulai kering dan berjatuhan perlahan.
"Dirga..." Panggil tiba tiba seseorang dihadapanku.
"Arlan...." Panggilku saat tahu pria dihadapanku itu Arlan.
"Aku bawa nasi goreng untuk mu... makan lah..." Ucapnya padaku.
Arlan tanpa ku suruh dia duduk disampingku, Aku membuka nasi goreng yang dibawakan Arlan. Wanginya sangat ku kenal, sama seperti nasi goreng yang dulu pertama aku turun ke bumi.
"Gimana? suka?" Tanya Arlan saat aku mengunyak nasi gorengku itu.
"Suka...." Jawabku dengan senyum.
Hatiku merasa sakit, membayangkanaku membunuh orang dihadapanku ini. Air mataku mengalir tiba tiab, jatuh ke tanah membentuk sebuah pisau tajam. Pisau yang tak perlu diasah namun selalu tajam.
"APA INI WAKTUNYA???" Tanyaku dalam hati.
...
..
.
DIRGA/ARLAN
Wah Wah... Reader jadi yang mau dibunuh Arlan??? bener gak ya??? Army penasaran... moga gak gitu ya...

Cahaya Pery Dari Langit (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang