HARUKI #5

2 0 0
                                    

Dari: Ken Dedes +6287719424339

Kepada : Yasmin +6285718252810

Min, kamu suka sama Haruki ya?he he he


Dari: Yasmin+6285718252810

Kepada: Ken Dedes +6287719424339

Ah, gak. Dia Cuma sahabat baik aku aja.


Dari: Ken Dedes +6287719424339

Kepada : Yasmin +6285718252810

Masa sih? Soalnya kamu sering banget pergi sama dia. Ke Medan. Ke Bali juga.


Dari: Yasmin+6285718252810

Kepada: Ken Dedes +6287719424339

Ah, enggak kok. Aku cuma mau cari teman buat jalan-jalan aja. Kalau mahasiswa Indonesia kan kadang suka gak ada duit. Waktu ke Bali kan gak cuma berdua. Tapi, bareng Mei juga he he he. Waktu ke Medan juga niatnya bertiga. Eh, temanku tiba-tiba membatalkan rencana dia he he he

Pesan terkirim. Aku membuat segalanya agar terlihat logis di mata Ken Dedes. Begitulah satu-satunya cara untuk membuat dia percaya. Menjelaskan segalanya secara logis. Ada yang sakit di sela hatiku. Susah payah aku melipat rapi perasaanku dan menyimpannya di dalam sebuah laci yang tak akan pernah diketahu oleh siapapun. Biar perasaan itu hidup untuk diriku sendiri. Tak seorang pun akan mengetahuinya. Tak juga Haruki. Biarlah ia berlari menuju gerbang kehidupannya. Biarlah ia menilaiku seperti yang ia inginkan. Aku tak sudi kisah hidupku diperbincangkan oleh orang lain. Ini akan menjadi bagian dari penderitaan dan kebahagiaanku sendiri. Memberitahu Ken Dedes atau yang lainnya hanya akan semakin menyakitkan hatiku. Ken Dedes dengan keteraturannya akan membahas masalah ini dengan dalam, memberiku kritikan dan saran yang memuakkan. Aku benar-benar tak suka diatur-atur oleh orang lain. Biarlah aku menanggung deritaku sendiri. Biar berdarah. Biar luka. Biar menganga. Aku ingin menegak pedih dan senang kehidupanku sendiri. Harus kuakui, meski Ken Dedes adalah temanku, aku tak lantas menyukai semua sikapnya. Biarlah rahasiaku akan menjadi rahasiaku saja. Ken Dedes, Asma, dan Mei telah cukup menilai hidupku dari apa yang berhasil mereka lihat. Untuk bagian ini, aku hanya akan membuka laciku ketika aku berada sendiri di dalam gua jiwaku.

Malam ini sunyi, perih, dan sunyi lagi. Lalu sunyi. Sunyi. Dan perih. Tiap helaan nafasku adalah perih. Tenggorokanku tercekat. Bayangan Haruki akan meninggalkanku berkelebat. Aku terluka. Aku rapuh. Aku tercekik. Aku akan kehilangan lagi. Lagi. dan Lagi.

Aku mengambil kembali mengambil pulpen. Mecari selembar kertas.

Haruki. Tolong aku. Jangan terlalu baik kepadaku. Aku...

Kucoret habis kertas itu dengan tekanan. Kekesalan menjalar-jalar di tubuhku. Aku remuk kertasnya. Membuang ke tong sampah.

AWAN DALAM GELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang