CATATAN YASMIN: 4 MUSIM KEUANGAN

4 1 0
                                    

Menurut Yasmin mahasiswa seperti dirinya yang tergolong sebagai spesies kebanyakan di kampus, ada empat musim dalam keuangan setiap bulan.

Pertama, musim semi uang. Terjadi menjelang awal bulan, ditandai dengan ritual bulanan yaitu mengirimkan sms kepada orangtua.

Sms tipe 1

Bapak, ngirim uangnya jangan lupa ya. Aku udak kere nih! hiks hiks hiks.

Sms tipe 2

Bapak, ngirim uangnya jangan telat. Uangku tinggal Rp2.000,00 untuk tiga hari ke depan. Aku udah gak bisa makan apa-apa lagi kecuali lauk teri kering.

Namanya juga mahasiswa. Kurang berpikir dan berlogika. Yasmin tak pernah memikirkan efek apa-apa. Efek yang ditimbulkan oleh sms itu, misalnya orangtua menangis karena sedih, murni ditanggung oleh pihak kedua, yaitu orang tua.

Musim semi pun berganti dengan musim kedua, yaitu musim panas. Uang-uang melimpah. Kiriman orang tua menumpuk bersama gaji yang ia peroleh selama mengajari beberapa anak SD dan SMP di sebuah lembaga privat. Kebutuhan meningkat seiring dengan meingkatnya pendapatan. Diperparah oleh penyakit pura-pura lupa stadium 56 bernama: KALAP. Semua barang yang dibeli haruslah paket lengkap.

Untuk urusan gigi saja ada berbagai benda: mulai dari sikat gigi, pencuci mulut, pembersih lidah, pasta khusus gigi sensitif, hingga benang gigi. Paket lengkap kaki: Pembersih khusus kaki, garam penghilang bau kaki, batu apung, pelembab untuk kaki, plus gempuran dari dalam: vitamin yang juga bisa memperlembut kulit kaki.

Musim berikutnya adalah musim gugur. Ditandai dengan banyaknya kesalahan perhitungan keuangan. Uang yang telah dibagi-bagi untuk memenuhi kebutuhan minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat bergeser letaknya. 70 % uang untuk minggu kedua bergeser ke minggu pertama dengan alasan uang di minggu ketiga bisa dibagi dua: Untuk minggu kedua dan ketiga. Uang minggu kedua yang tinggal 30 % itupun meminta tambahan dari jatah uang minggu ketiga sebesar 50 %. Sengaja diambil 50% karena ditahan oleh penyesalan akibat kesalahan perhitungan di bulan-bulan lalu. Sayangnya, tepat di hari ketiga, minggu kedua, sebuah Merk yang cukup ternama diskon besar-besaran. Kapan lagi? Virus-virus penyakit KALAP berkembang biak ke seluruh sel di tubuh, sel otak, sel otot, sel hati, sel kelingking jari, sel di retina mata, sel di hawa nafsu, dan sel lainnya.

JEGEER!

Petir meledak sekali setiba di rumah. Listrik padam. Kepala sakit. Uang minggu kedua habis. Yasmin stres. Tak nafsu makan. Kepalanya sibuk berpikir dan berpikir. Hingga di depan sebuah restoran. Ia tak tahan. Ia harus membuang stresnya dengan bersenang-senang. Agar ia dapat berpikir kembali. Yasmin duduk di restoran, menikmati suasana dan makanan dengan uang minggu ketiga yang ia pindahkan semua ke minggu kedua. Yasmin menarik nafas dalam.

"Inner peace," desahnya menirukan Po di film Kungfu Panda yang selalu menggunakan kalimat itu untuk mengatasi kesulitan.

JEGER! JEGER! JEGERRRR!

Petir pun tak pernah berhenti sampai akhir bulan. Badai menghujam. Dompet Yasmin mirip perahu kecil, bocor, serta ditambal di sana-sini yang tengah dihempas badai 5 km. Kadang dihantam badai dari kanan sehingga miring 450 .

"AAAAAAAAAAAAAAAA," teriak Yasmin dalam tidurnya.

Yasmin tak sempat lagi menikmati musim keempat.

JEGER JEGER!! JEGER!!! JEGEERRR!!!

Kapal Yasmin nyaris karam. Bibirnya bergetar. Seluruh tubuhnya kuyub. Sebuah badai besar kembali datang dari arah depan. Kapal itu terbalik. Yasmin mengap-mengap di tengah samudra luas. Ia menggapai-gapai apapun untuk menolongnya.

Petir itu menemui puncaknya ketika Yasmin mencoba meminjam uang ke padaku, sahabat paling dekat di antara geng "Perempuan Keparat"-begitu mungkin Yasmin menyebut pertemanan antara ia, Asma, Mei dan aku. Tentu hanya diucapkan di dalam hati demi menjaga kesopanan dan memberi penghormatan terhadap teman-temannya. Tapi aku tahu bahwa ia memiliki naga liar di pikirannya melalui gelagat yang nyaris tersembunyi.

Aku bungkam. Bisu seperti batu. Tak seperti orang yang mau meminjami. Tak pula menjawab. Berhari-hari aku hanya pulang, pergi, dan mengunci diri di kamar. Yasmin tak peduli. Baginya, mungkin diriku tak ikhlas meminjamkan uang. Aku mengumpulkan dua ibu arisan lain. Mengajak mereka berdiskusi seputar masalah Yasmin.

Suatu hari di kala sepi. Angin bermain pada urat sela daun. Mengabarkan berita tentang dunia sana. Mengenai dunia impian dan kesedihan manusia. Kebungkamanku terpecah. Sebagai jawaban, aku mengirimi sebuah email tepat di hari ulang tahun Yasmin. Semoga ia tak tersinggung karena aku telah memikirkan setiap kalimat dengan masak. Dan meminta persetujuan dua anggota dewan ibu-ibu arisan. Yasmin sudah seharusnya berubah. Ia tidak dapat bersikap seenaknya seperti itu. Ia harus menghormati uang. Mengaturnya. Ia sungguh-sungguh keterlaluan belakangan ini.

AWAN DALAM GELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang