PEREMPUAN PUN TERCIPTA #4

6 1 0
                                    

Percakapan mengenai pria kombinasi rujak akhir-akhir ini mulai bergema kembali. Percakapan mengenai pria lebih penting daripada urusan apapun apalagi sekadar membahas berita kaki presiden sedang lecet. Atau petugas bioskop dipecat karena ketiduran, atau program pengentasan orang miskin yang tak kunjung menemui kata selesai.

"Lebih baik pria ganteng, kaya, pintar tau!" Yasmin gigih bertahan.

"Idih, lebih baik pria baik hati, gak terlalu ganteng, dan pintar tau!" Asma tak mau ketinggalan.

"ALAMAK!! ATAS NAMA SEMUA HEWAN YANG PERNAH HADIR DI KOS INI. KENAPA PULA SEEKOR BEKICOT TIBA-TIBA BERTANDANG DAN MELEKAT DI PINTU KAMARKU? Suara Ken Dedes memecah kesunyian Magrib.

"Apaan sih? teriak-teriak. Ngalah-ngalahin suara azan. Bayi setan aja kabur dibuat suara kamu," Yasmin memperhatikan Ken Dedes yang tengah mengambil bekicot dengan tisu. Perempuan gempal itu mengambil posisi bersiap-siap membanting bekicot.

"Jangan, kasihan. Nanti mati," cegah Yasmin.

"Ah, andai ia seekor kucing pasti udah aku panggil Lucy si Emak Kucing." Ken Dedes meletakkan bekicot di dekat dinding. Hewan coklat itu menyuruk-nyuruk di balik cangkangnya. Perlahan ia mulai merayap di dinding. Lendir-lendir melukisi jejak-jejak binatang serupa seonggok daging tak berbentuk.

"Ya ya. Di kos kita hanya ada satu perempuan gila, Lucy si Emak Kucing, yang menyerahkan hidup dan matinya untuk kucing. Sayangnya bukan bekicot," timpal Yasmin.

Bekicot itu masih bergerak. Perlahan tapi pasti ia mulai merayap melintasi tembok. Pelan. Pelan. P e l a n s e k a l i.

"Aku benar-benar gak ngerti sama si Lucy. Bisa-bisanya dia memelihara anak kucing liar yang jelas-jelas kencing dan buang air sembarangan," tambah Ken Dedes.

"Kata dia, tiap hari dia membersihkan kandang kucing. Kalau dia masuk surga gara-gara kebaikan yang satu itu, aku gak akan protes ke Tuhan."

Yasmin mengangguk setuju. Hampir seluruh penghuni kos merasa jijik pada kucing. Anak kucing tak tahu diri itu sangat suka muntah dan buang air sembarangan. Tak cukup hanya itu, beberapa pemilik kamar yang lupa mengunci jendela sebelum pergi akan mendapat oleh-oleh gratis di dalam kamar berupa kencing kucing atau anak-anak kucing yang baru lahir lengkap dengan sisa darah yang belum dijilat induk mereka.

Yasmin mengalihkan pandangan ke bekicot.

"Mungkin tembok itu mirip padang pasir luas baginya, ke mana-mana hanya ada warna abu-abu," Yasmin kasihan melihat bekicot yang tak menemukan tujuan hidupnya di tembok yang tingginya tak sampai tiga meter itu.

"Andai aku mau aku bisa saja mengajaknya ke Margocity sekarang juga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya," tambah Yasmin lagi. Margocity hanya berjarak dua puluh lima meter dari kosan mereka.

"Yakali, bekicot kamu ajak jalan-jalan ke mall," Asma yang menempati kamar paling ujung mendekati pusat kerumunan bekicot.

"Wuidih, kok bisa ada di sini ya," Mei ikut menimbrungi obrolan.

"Entahlah, aku pingin kayak bekicot. Merayap-rayap di dinding he he he," Ken Dedes tiba-tiba berubah baik hati.

Mungkin dia ke sini karena kita semua jomblo."

"Ha ha ha, apa hubungannya?" tanya Asma

"Dia adalah pangeran yang dikutuk menjadi bekicot. Dia kemari karena ingin menilai salah satu dari kita yang pantas jadi permaisuri," analisis Yasmin mengalir seenaknya.

"Goblok," Yasmin mendelik.

"Tapi mungkin juga ya? he he he," mata Mei bergerak mengikuti gerakan bekicot.

Percakapan berhenti. Diam. Masing-masing jiwa kembali ke kamar mereka. Mereka menyadari bahwa percakapan ini tak akan menemukan kata selesai. Tak ada satupun dari mereka yang mampu mendefinisikan cinta secara tuntas. Hal ini mengakibatkan tema cinta diangkat berulang-ulang kali dalam percakapan.

Tidak cukup hanya lewat percakapan, perihal pembahasan cinta ini memang semakin menjadi-jadi di hati dan pikiran mereka. Lebih membara daripada kompor meledak yang bertemu bensin lalu menghanguskan rumah sekomplek. Menembus ketenangan di balik jiwa, terlebih pada perempuan bernama Asma yang sangat percaya bahwa pria terbaik di dunia adalah ayahnya sendiri. 

AWAN DALAM GELASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang