part two

439 54 4
                                    

keesokan harinya. Vanilla yang masih terlelap dalam tidurnya mendengar suara ketukan pintu dari kamarnya, dan itu membuat vanilla mengerjapkan matanya

dengan masih rasa kantuknya dia bangun dari ranjangnya dan membuka pintu kamarnya, ternyata yang mengetuk omah Hillary

“kamu masih ngantuk sayang? Maaf yah omah ganggu” sambil mengelus lebut rambut cucunya itu.

Vanilla hanya menganggukan kepala mengiyakan omah Hillary lalu vanilla menatap omah Hillary seakan bilang ‘ada apa?’

“oh iya omah hampir  lupa, kan kita mau ke sekolah baru kamu..inget kan omah bilang apa semalam?”

Vanilla terdiam sejenak disana entah apa yang dipikirkannya sampai membuat vanilla melamun.

Omah Hillary menatap vanilla karna vanilla diam saja dan tidak ada respon, ia mengusap bahunya pelan dan membuat vanilla kembali sadar dan menatap omah Hillary.

“kamu udah janji sama kita semua, kalau kamu mau mencoba kehidupan yang baru disini. Dan berawal kamu sekolah disini nanti kamu bakal memulai semua nya sayang”

Vanilla tau ia sudah mengatakan itu dan berjanji seperti yang ia bilang tapi vanilla tetap tidak berubah kalau kehidupan yang lamanya saja selalu menghantuinya.

“i'll try omah, omah tunggu aja. Aku mau mandi”  ucapnya yang begitu dingin dan muka datarnya

Omah Hillary sedikit terkejut melihat vanilla menjawab bicaranya meskipun terdengar dingin tapi omah senang jika vanilla bisa menjawab pembicaraan vanilla, karna vanilla selalu menjawab dengan anggukan kepala dan menjawab ‘iya’ ‘tidak’.

Tapi omah Hillary tau bahwa vanilla keberatan dengan masalah ini , ia ingin berusaha membuat vanilla menjadi seperti dulu lagi, dan menjadi vanilla periang kembali.

Omah Hillary tersenyum mendengarnya, lalu omah pun pergi dari kamar vanilla dan menunggu vanilla di bawah.

Berapa menit kemudian. Vanilla sudah siap dengan setelan seragam nya yang semalam omah kasih padanya, sangat pas di tubuhnya.

Setelah itu vanilla membawa tas selempangnya dan keluar dari kamarnya. Lalu vanilla menghampiri omahnya sedang mengolesi roti di ruang makan.

Saat vanilla mengambil tempat duduk di depan omahnya, dan dia mengambil beberapa roti dan selai nya dan acara sarapan mereka dihiasi dengan hening. Omah Hillary hanya tersenyum miris.

Dari semalam disaat mereka makan malam vanilla hanya diam saja, tidak ada obrolan apapun dengan omah Hillary. Padahal omah Hillary ingat sekali waktu sebelum kejadian yang menimpa padanya. Vanilla selalu mengajak omah Hillary mengobrol bahkan duduknya pun di samping omah Hillary.

Tapi setelah kejadian itu, semua menghilang tak ada lagi canda tawa bersama cucunya itu yang ada hanya kecanggungan dan kesedihan jika bersama vanilla.

Hari sudah mulai siang, vanilla dan omah nya harus segera berngkat ke sekolah dimana vanilla akan meneruskan pendidikan nya disana.

Sepanjang perjalanan, hiruk piruk Jakarta selalu membuat kemacetan, dimana saja sselalu ada kemacetan.
Didalam mobil vanilla selalu akan pendirian nya diam dan menatap ke arah luar jendela.

Sering omah Hillary mengajaknya bicara untuk memecah keheningan tapi yang diajak bicara hanya menggangguk mengeluarkan kata ‘ya’ dan ‘tidak’ sempat omah Hillary ingin mengomelinya karna menurutnya itu tidak sopan terhadap orang tua.

gimana dia dengan guru di sekolahnya? tapi niat untuk mengomelinya di urungkan, omah Hillary tidak mau membuat dirinya semakin tertekan.

Setelah mobil itu terbebas dari kemacetan dan akhirnya sudah sampai tujuan. Vanilla dan omah Hillary turun dari mobil mereka dan masuk ke dalam sekolah.

Vanilove || jadine storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang